***
Dengan sisa-sisa pakaian kebesaran yang compang-camping bercampur lumpur pekuburan, dan darah yang terus menetes dari dada kiri. Serta tangan kiri yang bersetia menyangga usus terburai, Ametung berdiri tegap, tepat di tempat dulu ia mengembuskan nafas untuk kali terakhirnya. Kali ini Ametung menundukkan pandang ke bumi. Demikian pula keris di tangan kanannya. Angin menghantarkan bau busuk tubuhnya. Hawa busuk tubuh Ametung inilah yang menciptakan wabah tak terkira. Arok menyongsong beberapa tombak di depan dan tersenyum.
“Sudahlah, Akuwu, berdamailah dengan nasib. Pulanglah kepada takdir kekalahan dan kematianmu.”
“Siapa pun semestinya setia pada nasibnya. Namun apakah aku harus menjadi pecundang hanya karena kesetiaan pada nasibku? Ada yang lebih berharga dan utama ketimbang sekadar berserah diri kepada nasib.”
“Aku meragukan ketegaanku membuatmu merintih untuk kali kedua, Akuwu.”
“Seorang ksatria tak akan pernah merintih bila kesakitan.”
“Akuwu, bahkan dengan segala ilmu, pengetahuan, serta kesaktianmu, kau tak akan pernah sanggup mengalahkan aku! Engkau boleh saja meneror seluruh penghuni negeri ini dengan wabah anehmu. Tetapi untuk kali kedua, aku akan menyudahimu. Camkan itu, Akuwu!”
“Pongahmu masih seperti dulu.” Ametung meluruskan pandang ke muka. Dia membahanakan angkara. “Camkan pula, wahai Arok, dalam banyak hal, dendam mengalahkan kematian. Dalam banyak hal lain, cintaku kepada permaisuriku yang telah kaucuri, membangkitkan kematianku! Akulah mimpi buruk kalian berdua. Akulah garis tipis antara cinta dan kebencian. Dan, kalian berdua tidak akan pernah dapat menghentikan kematianku yang menuntut balas karenanya. Jelanglah saatmu, Arok!”
“Apa yang kauinginkan dariku dari kebangkitanmu, Akuwu?!”
“Apa yang kuinginkan?” Ametung berpikir sejenak. “O, tentu saja aku mengingkan rumah manis di pinggir danau, istri ayu, anak yang lucu-lucu, hasil panen yang tak pernah menipu, dan… tentu saja kepalamu, biadab!” Mata sang akuwu memerah darah, menombak Arok.
“Apakah engkau sudah tahu cara bertarung, kakanda Akuwu?!”