Implementasi program PLTS dilakukan dilakukan antara lain karena sifat teknologinya yang memungkinkannya untuk 1) menjangkau lokasi terpencil sekalipun di seluruh wilayah nusantara untuk berbagai kegunaan, 2) dioperasikan oleh perseorangan maupun komunitas, dan 3) disusun dengan konfigurasi tertentu sehingga sangat andal sekaligus relatif sederhana pengoperasian dan pemeliharaannya (Pusat Ekonomi Kerakyatan/PUSTEK, UGM). Sedangkan jenis usaha yang dapat didukung oleh listrik ramah lingkungan PLTS ini antara lain berupa: 1) usaha kuliner olahan makanan dan minuman; 2) industri rakyat batik; 3) usaha air minum baik isi ulang maupun kemasan, dan 4) mobile solar water pumping system, yaitu pengairan sawah dan kebun menggunakan mesin pompa bertenaga surya.
Menurut Rachmawan Budiarto, Sekretaris PUSTEK UGM, Konsorsium SSH nantinya juga akan dikembangkan peranannya sebagai center of excellence di sektor bisnis hijau (Green Business, Green Jobs) di mana tim teknisnya (yang mempunyai kemampuan melakukan pelatihan dan pendampingan teknis) dapat menjadi sebuah katalis yang membuka lapangan kerja ramah lingkungan melalui kolaborasi dengan SMK, khususnya SMK di bidang elektro dan ketenagalistrikan. Kehadiran SMK ini akan berperan sebagai pemelihara teknis teknologi PLTS, serta diharapkan dapat meningkatkan koordinasi, kontrol, dan keberlanjutan implementasi energi terbarukan bagi Pelaku Usaha. Keterlibatan SMK juga memberikan manfaat bagi SMK sendiri karena dengan berperan dalam pemeliharaan teknis PLTS menjadi tempat praktik atau teaching factory dan pembelajaran berbasis penyelesaian masalah di lapangan.
Sementara itu, BMT UMMAT sebagai salah satu komponen pembentuk Konsorsium SSH akan berfungsi sebagai investor energi terbarukan atau aktor penyedia pembiayaan/leasing penyedia sumber energi bagi unit usaha atau masyarakat untuk meningkatkan produktivitasnya, dengan sekaligus mereduksi emisi karbon. BMT UMMAT juga berperan sebagai lead consortium dalam mengelola manajemen dan keuangan SSH.
Pengembangan model ekosistem terintegrasi berbasis komunitas dalam bidang energi terbarukan di masa mendatang dapat dilakukan melalui dua model dasar, yakni pengembangan dan replikasi. Melalui pengembangan ekosistem yang dibangun dan dikembangkan dalam skala dengan melibatkan lebih banyak sumber daya setempat, yaitu Lembaga Keuangan, Sektor Usaha, SMK, dan vendor (supplier PLTS), maupun pemberi hibah (CSR). Sementara itu melakukan model replikasi berarti menciptakan ekosistem serupa (duplikasi) di lokasi lain dengan berbagai adaptasi/kontekstualisasi rancangan bisnis, teknis energi, dan sosiologi-institusional.
Kesimpulan dan Saran
Model SSH Gunung Kidul, Yogyakarta, dapat menjadi show case upaya implementasi sustainable energy transitions, yang terintegrasi dan melibatkan komunitas setempat. Hal ini diperlukan untuk menjaga keberlangsungan model tersebut, dan meningkatkan azas manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat yang mungkin diterapkan di berbagai kabupaten/kota.
Implementasi PLTS di atas, sebagaimana menjadi bagian prioritas utama dalam Sustainable Energy Transitions di Presidensi G20 Indonesia, patut dipertimbangkan sebagai model yang dapat dikembangkan dan direplikasi, khususnya di negara berkembang dan miskin. Apalagi model ini juga menganut azas keterjangkauan dan berkeadilan. Hal ini dapat diusulkan menjadi salah satu concentrate deliverables dalam Presidensi G20 Indonesia.
Model PLTS di atas yang terintegrasi dan berbasis komunitas, sekiranya dapat dijadikan model solutif transisi energi yang dapat direplikasi dan dikembangkan baik di negara berkembang maupun negara miskin. Ketergantungan energi fosil secara global yang mencapai 75% dapat menjadi alasan kuat bagi Indonesia dalam memberikan solusi dalam transisi energi di masa mendatang.
Indonesia sebagai wakil negara berkembang dapat meminta negara-negara maju untuk memberikan “CSR”nya sebagai hibah untuk mengembangkan dan mereplikasi PLTS. Tidak hanya PLTS, Indonesia dapat mengembangkan Sustainable Energy Transitions menggunakan sumber energi lainnya seperti biomass, air, angin, dan lainnya yang disesuaikan di negara setempat.