"Maafkan aku Sari."
"Kenyataan saat ini tak semudah keinginanmu lagi Johan. Aku akui sebenarnya aku mulai nyaman denganmu, Â tapi melihat kamu begitu bahagia bertemu lagi dengan Sonia, aku harus ingat perjanjian itu."
"Aku akan menikahimu lagi."
"Seandainya agama membolehkan kita menikah pun, aku belum siap melukai hati Sonia. Cukup aku saja yang terluka, semoga aku dan anakku takkan kehilangan kebahagiaan."
"Sari, sebaiknya kamu pulang."
"Agar kamu bisa selalu memantau dan menemuiku? Johan mantabkan hatimu dengan Sonia ya, bangunlah surga kalian. Aku gak apa-apa, Â jangan terlalu dipikirkan."
"Aku tak tenang, Â merasa bersalah dan pasti akan selalu memikirkanmu."
"Apakah aku akan kau pikirkan seandainya aku tidak hamil? Keputusan sudah kau ambil Johan, sekarang suka tak suka kita jalani saja. Jangan khawatir, kelak aku pasti beri tahu bahwa kamu adalah ayahnya."
"Aku benar-benar gila, Â aku mulai merasa kehilanganmu."
"Terima kasih. Hari sudah mulai sore, Â mau langsung pulang atau bagaimana?"
"Izinkan aku menghabiskan waktu sekarang ini bersamamu, walau hanya berbincang saja. Aku merindukan saat kau suguhkan teh hangat sepulang kerja. Lalu menghabiskan waktu membicarakan remahan-remahan cerita sambil menonton TV."