Dalam realitanya beberapa kegiatan keagamaan seperti beribadah, ekaristi untuk sementara waktu tidak dapat dilakukan secara tatap muka bahkan tidak dapat dilakukan tentu bukan karena takut, tetapi demi keselamatan bersama.
Bagi umat Katolik, perayaan ekartisti, katekese umat, doa Rosario, ret-ret, rekoleksi hampir di berbagai tempat dilakukan secara online. Kegiatan-kegiatan bersama kategorial gereja tidak dapat dilakukan, seperti pertemuan Gereja, bimbingan konseling, misdinar, sekami-sekami untuk sementara waktu dibatasi.
Tidak ada lagi pertemuan dari rumah ke rumah pada bulan Maria seperti doa Rosario dan latihan koor. Dalam perayaan ekaristi online umat tidak menyambut Tubuh dan Darah Kristus saat komuni, tetapi diganti dengan “komuni batin”, yang mungkin umat sendiri tidak memahaminya. Bahkan untuk beberapa waktu ke depan, kehadiran umat saat misa akan dibatasi.
Dampak Covid-19 juga mempengaruhi kehidupan bermisi dan berpastoral. Bentuk pastoral daring (online) digalakkan di setiap keuskupan, seperti Misa, Doa Rosario, katekese.
Harapannya, pada masa pandemi ini, Gereja tetap setia menyapa umat Allah walaupun hanya secara virtual. Pandemi Covid-19 telah menyentak kesadaran kita akan tantangan yang ditimbulkan oleh komunikasi digital terhadap pelayanan pastoral.
Pandemi Covid 19 yang terjadi saat ini menimbulkan ketakutan yang luar biasa bagi manusia. Pandemi ini diibaratkan seperti monster yang mampu menelan manusia dalam waktu yang singkat sehingga membuat semua orang takut, cemas akan hidup dan masa depan.
Pandemi ini benar-benar menguji iman setiap orang, apakah ia bertahan dalam penderitaan ataukah menyerah, meragukan dan menegasikan eksistensi Allah.
Dalam satu sisi banyak orang bertahan dalam penderitaan di tengah pandemi covid 19 karena imannya yang teguh akan Allah dan menaruh harapan besar Allah akan mendengarkan jeritan mereka dan akan memulihkan dunia dari setiap bencana yang terjadi.
Kita perlu mengetahui bahwa baik dahulu maupun sekarang Allah penyelamat dapat menyatakan diri dan dapat dialami oleh uamt-Nya yang percaya.
Pengalaman itu terus akan mencetuskan reaksi yang sama, puji-pujian, rasa kagum dan syukur. Juga sekarang Allah dapat menyembunyikan diri di balik macam-macam penderitaan, kemalangan dan sengsara lahir batin.
Bagi orang yang percaya, Allah sesungguhnya tidak pernah meninggalkan manusia, Ia tidak pernah membiarkan umat-Nya menderita tetapi Ia hadir melalui orang-orang di sekitarnya, yang menghibur, memberi harapan, meneguhkan iman meskipun di tengah penderitaan sekalipun. Saya terkenang dengan sebuah lagu rohani yang berjudul “Allah peduli”.