Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga identitas. Mengajarkan Generasi Alpha bahwa menggunakan Bahasa Indonesia bukan berarti membatasi kreativitas mereka, melainkan menambah kedalaman makna dari apa yang mereka ungkapkan, adalah hal penting.
Dalam diskusi di kelas atau keluarga, kita bisa menyisipkan nilai-nilai tentang sejarah Bahasa Indonesia, pentingnya bahasa dalam menjaga kebudayaan, serta peran bahasa sebagai jati diri bangsa.
Guru dan orang tua bisa mengajarkan bahwa beberapa kata dalam Bahasa Indonesia memiliki keunikan makna yang tidak ditemukan di bahasa lain.Â
Misalnya, kata "guyub," "luhur," atau "ngayomi" punya nuansa budaya yang lebih mendalam. Membahas istilah-istilah ini bisa menambah apresiasi mereka terhadap bahasa.
 5. Kolaborasi dengan Konten Kreator dan Influencer
Seiring meningkatnya ketertarikan Generasi Alpha pada dunia digital, kolaborasi dengan para konten kreator yang populer di kalangan mereka bisa menjadi strategi yang menarik.
Influencer yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari anak-anak muda dapat diajak untuk membuat konten kreatif yang menyisipkan Bahasa Indonesia.
Misalnya, sesi "kata keren Bahasa Indonesia," video sketsa singkat, atau tantangan membuat puisi dalam Bahasa Indonesia bisa menjadi ide menarik yang dapat mereka bagikan.
Kolaborasi ini bukan sekadar media promosi bahasa, melainkan juga sebagai bentuk penyadaran akan pentingnya penggunaan bahasa secara bertanggung jawab dan apresiatif. Influencer bisa menjadi contoh nyata bagi Generasi Alpha dalam memadukan bahasa gaul mereka dengan Bahasa Indonesia yang baik.
 6. Menggunakan Literasi Digital dalam Pembelajaran Bahasa
Literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi untuk menemukan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi. Dalam konteks Bahasa Indonesia, literasi digital bisa membantu Generasi Alpha untuk lebih kritis dalam memilih dan menggunakan bahasa yang sesuai di platform digital.