Bagi kamu yang masih jomlo dan sedang proses mencari pasangan, tapi modal kerja kamu adalah guru PAUD. Jangan harap diterima calon mertua, kecuali kamu punya bisnis omzet milyaran atau sawah ladang membentang ribuan hektar.
Orangtua mana yang merelakan anaknya, menikahi orang yang tak punya harta dan tahta berlimpah, melihat anaknya hidup dalam garis kemiskinan dan serba kekurangan.
Jadi, kemungkinan besar kamu ngak akan masuk list calon menantu yang patut dipertimbangkan.
***
Terlepas dari stereotip masyarakat yang memandang rendah, remeh-temeh para pendidik anak usia dini, kami (pendidik anak usia dini) akan tetap terus memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas kepada anak didik tanpa pandang bulu, tanpa privilege golongan tertentu. Sebab anak didik di mata pendidik anak usia dini semuanya sama, setara, dan sepadan.
Mengisi gelas kosong.
Dibalik segala keremehan tersebut, guru paud senantiasa berjuang dan berkorban demi pendidikan anak usia dini. Sebuah cikal bakal yang menopang tumbuh kembang anak ke depan, batu pertama pengenalan keilmuan, dan motivator kedua anak untuk terus mengasah kecerdasan.
Memberikan Pendidikan yang Asyik dan Menarik
Guru PAUD harus selalu berkreasi, berinovasi, berpikir kreatif agar mampu memberikan pendidikan yang asyik dan menarik terlebih berkualitas dan bermutu. Mengajarkan dasar-dasar keilmuan dengan cara sederhana, berdasarkan pancaindra anak didik.
Karena mendidik anak usia dini bukanlah perkara mudah, gampang, dan remeh. Mereka tumbuh dengan berbagai warna, pola asuh orangtua, lingkungan sekitar, dan psikologis batin diri mereka.
Di rumah, mereka sangat aktif, berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga. Saya akui, pendidikan keluarga telah berhasil menstimulasi anak untuk tumbuh dan berkembang. Namun, beda hal dengan di sekolah.
Sekolah PAUD, pijakan pertama mereka di dunia pendidikan. Sifat dan sikap dasar manusia (anak didik) akan dibentuk, ditempa, dan diasah agar dapat melekat dalam jiwa dan raganya sebagai bekal tumbuh kembang anak di masa depan.