"Ini kang, tadi istriku lihat si neng dibawa ular besar keluar dari rumah ini waktu mau kekamar mandi." Kata Sarman. "Sudah Man, ga usah sedih. Ini anakmu selamat." Kata kang pardi. Lalu topik membawa masuk neng kedalam rumah. Dan topik meminta rumah itu ditutup pintunya. Mereka semua tidak meninggalkan rumah itu sampai berkokoknya ayam pertanda fajar mulai merekah.
Tidak lama setelah ayam berkokok terdengar suara kentongan bertalu-talu. "siapa lagi ini yang meninggal" tanya kang pardi dalam hati. "Pik, apa ular tadi malam masih membawa korban lain lagi?" tanya kang pardi sama anaknya. "Endak pak, paling yang mati itu yang jadi ular." Kata topik dengan tenang. Lalu kang pardi, topik dan sarman keluar rumah itu untuk menuju kearah suara kentong. "Siapa yang meninggal pak?" Tanya Sarman pada pak kadus.Â
"itu si Darman meninggal" kata pak kadus. Lalu mereka semua menuju rumah Darman. Istri dan anak Darman menangis di samping jasad pria paruh baya itu. Di tubuh Darman terdapat bekas-bekas pukulan sebesar bambu yang dipakai oleh topik untuk memukul ular siluman. Kemudian didapati pula dirumah itu ada Marto yang tubuhnya menggigil ketakutan.Â
Melihat kedatangan Kang Pardi dan Topik membuat marto langsung bersujud pada kedua orang itu dengan ketakutan. Marto mengakui bahwa isu yang berhembus selama ini adalah perintah dari Darman. Darman lah yang selama ini menggunakan pesugihan agar usahanya lancar dan tidak perlu kesusahan mencari uang. Akhirnya terkuaklah teror kematian akibat tumbal pesugihan ular siluman di kampung Tingkir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H