Mohon tunggu...
Bayu Angganugroho
Bayu Angganugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Penggerak Swadaya Masyarakat

Hobi memancing dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Horor

Pesugihan Siluman Ular

30 Januari 2024   09:20 Diperbarui: 30 Januari 2024   09:24 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Kampung Tingkir tak ubahnya seperti kampung mati pada malam itu. Hanya terdengar suara hewan malam. Tiba-tiba saja kang pardi mendengar suara anjing melolong panjang, "anjing siapa itu?, tidak ada warga kampung yang memelihara anjing." Kata kang Pardi. Kang pardi lalu meninggalkan peraduan dan bergegas keluar rumah.

Dalam keremangan malam kang Pardi menyusuri jalan kampung untuk mencari sumber suara anjing tersebut. Kang pardi meneruskan langkah menuju ke sebuah belik (sumber mata air) yang menurutnya suara anjing itu berasal dari situ. Tapi langkahnya terhenti, dia melihat sesosok bayangan hitam juga berlari menuju arah sana. Pelan-pelan dia melangkah menuju tempat itu dan bersembunyi di balik rimbunya semak pohon the hutan. 

Dari sana dia memperhatikan gerak gerik sosok tersebut yang berdiri di pinggi belik yang dinaungi pohon beringin besar. Ketika sinar bulan purnama menerobos sela-sela dedaunan tampaklah sosok itu.

Kaget kang pardi mendapati bahwa yang berdiri disana adalah anak lelakinya. Jantungnya berdegup dengan kencang seakan meminta dirinya menerkam anaknya sang biang keonaran dan kesengsaraan. Tapi niatnya diurungkan karena dari arah lain terdengan suara angin yang sangat kencang. Lambat laun, suara angin tersebut menjadi suara desis persis ketika ular mendesis. Bulu kuduk kang pardi berdiri karena menyadari anaknya berhadapan dengan ular sebesar pohon kelapa yang datang dengan masih melilit sesuatu di badannya.

"Hai siluman serahkan anak itu!" kata topik dengan kencang kepada sesosok ular itu. "ssssssssss" ular itu menjawab dengan mendesis dan mengarahkan tatapan matanya ke topik. 

Mata ular itu merah menyala dalam kegelapan dan taringnya yang besar mengkilap diterpa sinar purnama. "kau sudah membuat susah keluargku. Jika memang engkau mau mencari korban jangan ambil warga kampung ini." Hardik topik. Ular itu lantas melepaskan lilitan pada korbannya, "enyahlah kau pengganggu, ini korban yang dijanjikan kepadaku" kata ular itu membalas. Sejurus kemudian ular itu mulai menyerang topik dengan membuka mulutnya lebar-lebar.

Saling serang terjadi antara topik dan ular besar itu, sementara kang pardi hanya bisa memperhatikan dari balik semak-semak. Sejurus kemudian sang ular siluman berhasil menghantam topik dengan ujung ekornya yang besar. 

Topik tersungkur dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Bersusah payah topik berdiri lalu dia mengeluarkan sebuah benda yang tampak seperti bambu kuning. Konon bambu kuning merupakan senjata yang ampuh untuk melawan segala macam hewan dan siluman terutama ular. 

Topik dan ular itu kembali saling serang dan topik berhasil menghantamkan bambu kuning ke arah kepala dan tubuh ular besar itu. Lama-kelamaan ular siluman berteriak kesakitan dan tubuhnya kelojotan di atas tanah. Seiring suara memekakkan telinga dan ada cahaya sangat terang yang menyambar maka hilanglah tubuh ular itu dari hadapan topik.

Kang pardi keluar dari persembunyiannya, "Pik apa itu tadi?" tanya pada anaknya. "Itu siluman ular yang meminta tumbal pak. Makhluk itu yang selama ini meneror kampung tingkir." Kata topik sambil mendekati orang yang tadi di bawa ular siluman. "alhamdulillah masih hidup" kata topik "ayo pak kita bawa pulang ke orang tuanya". Topik lalu mengangkat tubuh korban ular siluman dan bersama bapaknya dibawa korban itu menuju rumah si korban.

Di rumah korban sudah terdengar suara tangisan orang-orang. Kang Pardi lalu mengetuk pintu rumah itu "Man, Man buka pintu Man. Ini pardi." Kata kang pardi. Terbuka pintu itu dan didapati seorang laki-laki yang berwajah sedih seperti ditinggal mati seseorang. "kenapa nangis man?" tanya kang pardi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun