Mohon tunggu...
Barondsay Saesaemawon
Barondsay Saesaemawon Mohon Tunggu... -

Adalah pelajar Kelas Menulis di Rumah Media Semarang yang belajar rambu-rambu dunia kepenulisan; cerpen, cerbung dan novel. "Kamu orangnya misterius." kalimat itu sering kuterima dari mereka yang belum mengenalku. Bagi orang yang sudah mengenalku akan mengatakan kepadaku, "Dasar, kamu orang aneh!" Dan aku benar-benar merasa menjadi Alien!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mawar Putih

14 April 2016   22:03 Diperbarui: 14 April 2016   22:08 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      "Ma'afkan Bapak waktu itu, Nak."

      "Ma'afkan Faizah juga, Pak. Karena waktu itu saya sempat membenci Bapak." kataku dihiasi air mata yang perlahan mengalir.

      Kuterima mawar putih itu lalu kuletakan di samping kursi kemudian aku memeluk Bapak berseragam itu. "Terima kasih, Pak, sudah mau mengantarkan mawar putih ke rumah susun Fai,"

      "Itu sudah menjadi tugas Bapak, Nak."

      "Bolehkah aku menjadi temanmu?" tanya anak yang bersama Bapak berseragam.

      Aku memandangi Emak dan Bapakku meminta persetujuan. "Bolehkah Dia berteman dengan Fai?"

      "Boleh." jawab Emak dan Bapakku hampir bersamaan sambil tersenyum.

      "Faizah." kataku sambil mengulurkan tangan kananku memperkenalkan diri.

      "Julehah." kata anak perempuan itu sambil tersenyum.

      Aku salut sama Bapak berseragam itu yang tidak lain bernama Budi Hartono, seorang Satpol PP. Menurut cerita beliau, setelah aku dibawa Bapakku ke rumah susun ini beliau sempat menghentikan mobil yang akan menggusur rumahku, menyelamatkan mawar putih milikku dan membawanya ke rumah beliau. Anak beliau ternyata juga menyukai mawar putihku. Tapi karena tidak mengetahui caranya merawat, akhirnya beliau mencari keberadaanku dan bertemu denganku di rumah susun ini.

      Seperti yang dikatakan Bapakku untuk mengambil hikmah dari kejadian penggusuran rumah dua hari yang lalu. Dan hikmahnya adalah aku mempunyai teman baru, Julehah. Dan aku bisa melakukan amanahku kembali, merawat mawar putih pemberian Bang Badrun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun