Mawar putih itu menjadi milikku sejak enam bulan yang lalu. Sore itu, Bang Raihan pulang sekolah bersama Bang Badrun yang sudah berpakaian bebas.
   "Fai, bunga ini dari Bang Badrun buat kamu." kata Bang Badrun sambil meletakan bunga yang ditanam di pot ukuran sedang ke ubin teras rumahku. "Kamu rawat, ya,"
   "Wahh... terima kasih, Bang Badrun." kataku senang. "Bunga apa namanya, Bang?"
   "Bunga mawar." jawab Bang Raihan. "Mawar putih tepatnya."
   "Faizah, kan tanya Bang Badrun, kenapa Bang Raihan yang jawab?"
   Bang Badrun tertawa. "Iya. Mawar putih, Fai."
   Sekarang Bang Raihan yang tertawa dengan nada mengejek.
   "Bagaimana cara merawatnya, Bang?"
   "Setiap pagi, kamu harus menjemurnya di bawah sinar matahari." Bang Badrun membuka tas punggungnya kemudian mengeluarkan isinya. "Selain itu kamu juga harus meberikan pupuk ini."
   "Pupuk kandang?" tanyaku ketika melihat plastik itu berisi pupuk kandang.
   "Iya. Atau pupuk buatan ini," Bang Badrun menunjukan plastik satunya yang ada tulisan tangan menggunakan spidol, NPK. "Cukup sepuluh sampai dua puluh butir saja. Sebulan sekali atau dua minggu sekali. Dicampur air juga nggak apa-apa, disiramkan pada pagi dan sore. Ingat, jangan terlalu sering karena akan kering kemudian akan mati."