Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Lebaran Tanpa Silaturahmi

12 April 2024   19:58 Diperbarui: 12 April 2024   20:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

              "Pokoknya, Lebaran tahun ini tidak ada Silaturahmi." Tegasnya.

              "Mungkin nanti atau besok giliran mereka datang ke rumah bapak." ucapku.

              "Tidak tahu.Bisa iya, bisa tidak."

Suasana sempat hening. Kami mengelilingi lapangan tanpa keluar sebait kalimat pun. Aku enggan memulai pertanyaan karena raut kekecewaan terlihat jelas di wajah Pak Iwan.

              "Sejak mereka menikah, anak-anak saya semakin jauh dengan saya. Setiap kali berkunjung ke kediaman saya, mereka tidak pernah betah berlama-lama. Alasan mereka suami nyuruh pulang. Atau istri nyuruh pulang." Imbuhnya.

Aku kembali tertegun mendengarnya.

              "Padahal, kalau sudah ketemu sama cucu-cucuku rasanya hati saya bahagia sekali. Tapi, untuk bertemu mereka saja saya harus memohon-mohon. Tapi, jarang terwujud."

Kami menghentikan langkah karena tanpa terasa ada 8 atau 10 putrana kami berjalan. Kami duduk di tempat duduk yang ada kanopinya. Matahari pagi mulai menampakkan silaunya. Sambil meneguh air mineral yang dibawanya, Pak Iwan kembali melanjutkan obrolan.

              "Anak-anak saya sangat takut pada pasangannya. Anak perempuan saya takut sama suaminya. Sebaliknya, anak laki-laki saya takut sama istrinya. Saya juga heran kenapa bisa begitu?"

              "Tapi, hubungan bapak dengan anak-anak baik,kan?"

              "Ya, sebelum menikah baik-baik saja. Setelah menikah seperti ada jarak yang mereka ciptakan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun