Mohon tunggu...
Rizki Zakaria
Rizki Zakaria Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2010

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Identitas

6 Oktober 2011   04:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:17 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hei aku tegaskan secara jelas. Apa yang kamu utarakan dari tadi hingga kini, sehingga menyebabkan semua ini terjadi disebabkan kamu yang keras kepala. Kamu pengkhianat.”

“Memang itulah kenyataannya. Aku ingin Tuhan melihat tindakanku. Bosan aku menunggu. Sebab Tuhan terlihat tak sanggup memberikan kesegaran pada mereka-mereka. Kesengsaraan menjadi buah bibir berita. Apa kamu juga menyadari itu. Apakah kamu tega melihat mereka termangu-mangu?”

“Wajar saja bila saya mencalonkan diri menjadi anggota DPR. Tak ada yang salah. Salah apabila kamu menolak rencana dan gagasan ini. Kaulah pengkhianat sesungguhnya.” Kekehnya.

“Ada yang benar dari perkataanmu itu. Pertama, rakyat memang kesulitan akan kesejahteraan hidupnya. Kedua, niat dan semangatmu mengingatkanku pada pernyataan sang proklamator, Bung Karno, “Seribu orangtua hanya dapat bermimpi, tetapi satu orang pemuda dapat mengubah dunia”. Itu menjadi tolak ukur penilaianku pada pernyataan yang kau berikan. Akan tetapi, kekurangannya banyak sekali, yakni…”

“Sudahlah, memang itu kenyataannya kan. Aku bosan dengan jawaban darimu.”

“Tunggu, kita sudah berdebatakan hal ini. Tidak pantas apabila akhirnya seperti ini saja. Tidak ada hasilnya.”

“Kamu mengajak berkelahi lagi?”

“Bukan, ini pesanku. Kamu tak bernama. Identitasmu teritnggal di rahim ibumu. Sebaiknya kau cari dengan hati-hati. “

“Sampai jumpa!”

Aku meninggalkan tempat, setelah sebelumnya menghabiskan terlebih dahulu sisi-sisa susu yang ada. Tatapanku menggetarkan hatinya. Mungkin.

“Hah???”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun