“Sebentar…”
“Coba saja saya bekerja menjadi seorang petugas pemadam kebakaran. Akan saya basahi mereka-mereka dengan air kesegaran. Atau, sebagai karyawan PDAM, maka akan saya tumpahkan air kesegaran pada mulut yang termangap-mangap di atas kegersangan pemerintah kota.”
“Kita tak bisa menjadi Tuhan” tegurku.
“Alasannya?”
“Sebagai makhluk, maka hal yang diperhatikan adalah…”
“Adalah apa?”
Lagi-lagi pernyataanku selalu saja ia potong. Kesal.
“Sebentar…”
“Sudahlah. Banyak yang harus saya lakukan. Rakyat ini butuh kesegaran. Salahsatunya dengan menunjuk dan mencalonkan saya sebagai anggota DPR. Maka pilihlah saya. Dengan itu kau akan selamat. Itu paripurna. AKu ingin seger menyapih pada keadaan.”
“Kamu gila?!”
“Tak ada yang gila, kita sama-sama mahasiswa. Kamu tidak semudah itu mencalonkan diri menjadi anggota DPR sebab DPR tak ada jaminan kesejahteraan.”