Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kawah Candradimuka Pendadaran Keenam

19 September 2024   06:17 Diperbarui: 19 September 2024   06:19 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Disini mula pertama pendadaran bagi seseorang yang akan menganut agama Islam, sebagai peletakan pondasi dasar kepercayaan atau dasar keimanan agar tidak mudah mengingkari firman Allah Swt. Tuhan Yang Maha Gaib. Demikian hendaknya penganut Islam dalam memaknai kalimat persaksian pertama yang berbunyi: Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah.

Sebagai umat Islam tentunya sudah tidak asing lagi dengan kalimat: Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah.

Ini merupakan persaksian pertama dari Dua Kalimah Syahadat bukan? Hanya masalahnya sudahkah kita dapat memahami, dan melaksanakan makna dari persaksian tersebut?

Karena umumnya penyampai risalah bukannya memberikan gambaran agar orang dapat dengan mudah memahami maksud kalimat tersebut, tetapi  justru seolah -- olah mempersulit orang untuk dapat memahaminya; Dengan mengatakan, memangnya kita dapat menyaksikan Allah? Karena yang namanya menyaksikan mestinya kita dapat melihatnya dengan mata kepala kita sendiri, kata penyampai risalah.

Contoh, kita lihat dalam prosesi ijab kabul di acara pernikahan.

Orang tua calon temanten perempuan berkata hai Folan, direspon calon temanten laki -- laki ya saya Folan. Orang tua calon temanten perempuan melanjutkan berkata, aku nikahkan engkau dengan anak kandungku bernama Folaniwati dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai; Direspon oleh calon temanten laki -- laki dengan mengatakan, aku terima nikahnya Folaniwati dengan maskawin tersebut.

Selanjutnya petugas nikah bertanya kepada saksi 1 sah? Dijawab sah, dilanjutkan bertanya kepada saksi 2 sah? Dijawab sah, maka sahlah kedua calon temanten tersebut menjadi suami istri. Para saksi dapat mengatakan sah karena beliau -- beliau tadi mengikuti, dan melihat secara langsung acara prosesi akad nikah.

Maunya penyampai risalah ya seperti itu yang namanya orang bersaksi, harus menyaksikan secara langsung apa yang dipersaksikan layaknya kedua orang saksi dalam ijab kabul tadi. Mestinya kita tidak harus berpola pikir demikian, karena Allah Maha Gaib yang sudah barang tentu bersifat gaib; Namun demikian ...............

Kita wajib mengimani atau mempercayai

dan meyakini keberadaan-Nya.

Jadi kita hendaklah tidak mempersepsikan Allah layaknya ...........

Makhluk atau sosok yang dapat dilihat dengan mata lahir karena Allah bersifat gaib, tetapi kita wajib meyakini 

keberadaan-Nya melalui persaksian mata batin.

Kalau Allah dipersepsikan keberadaannya sebagai makhluk atau sosok apapun wujudnya, pasti akan dapat menimbulkan kesalah pahaman di masyarakat dalam memahami makna batiniah dari petunjuk-Nya.

Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 115. Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Mari kita coba bayangkan, apakah tidak mungkin orang akan mengatakan sebagai berikut.

Mereka yang hidup di pegunungan misalnya, kemanapun mereka menghadap dimungkinkan akan menyak-sikan atau melihat gunung; Lalu menyimpulkan, ooooo Allah itu gunung - gunung itu ya? Benarkah simpulan ini? Tentu simpulan ini tidak benar.

Akan lain lagi simpulan mereka yang hidup di hutan, kemanapun mereka menghadap selalu menyaksikan atau melihat berbagai jenis pohon, lalu menyimpulkan ooo Allah itu pohon - pohon itu ya? Benarkah simpulan ini? Sudah barang tentu simpulan ini tidak benar.

Atau bisa saja mereka menyimpulkan, oooo Allah itu hutan ya. Mengapa mereka menyimpulkan demikian? Ya karena saat mereka mengahadap ke arah timur, dan barat hanya hutan yang mereka saksikan atau lihat. Simpulan ini tentunya juga tidak benar.

Tidak berbeda pula simpulan orang yang sehari -- harinya melihat berbagai jenis binatang, kemanapun mereka menghadap selalu menyaksikan atau melihat berbagai jenis binatang, lalu menyimpulkan ooo Allah itu gajah ya? Benarkah simpulan ini? Sudah barang tentu simpulan ini tidak benar.

Demikian pula simpulan orang yang sehari - harinya melihat laut, kemanapun mereka menghadap selalu menyaksikan atau melihat laut terbentang luas. Suatu ketika mereka melihat ombak bergulung-gulung, lalu menyimpulkan ooo Allah itu ombak bergulung itu ya? Benarkah simpulan ini? Sudah barang tentu simpulan ini tidak benar.

Di pagi hari kita semua dapat menyaksikan terbitnya matahari di ufuk timur, lalu orang menyimpulkan ooo Allah itu matahari itu ya? Benarkah simpulan ini? Sudah barang tentu tidak benar.

Ketika malam hari terbitlah bulan sebagai penerang kegelapan di malam hari, orang lalu menyimpulkan ooo Allah itu bulan itu ya?Benarkah simpulan ini? Sudah barang tentu tidak benar.

Dan lain -- lain wajah atau rupa makhluk atau sosok yang disaksikan atau dilihat ketika orang menghadap ke arah timur atau barat, lalu disimpulkan bahwa  apapun wujud yang disaksikan atau dilihatnya itulah Allah. Sudah barang tentu simpulan -- simpulan seperti itu tidak mengandung kebenaran sama sekali.

Jadi kunci untuk memahami wajah Allah yang dimaksud dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 115 tadi hendaklah .................................

Allah Swt. Tuhan Yang Maha Gaib tidak dipersepsikan sebagai makhluk atau sosok apapun wujudnya, tentu simpulannya akan jauh dari kebenaran.

Mengapa demikian? Ya sebutannya saja Allah Swt. Tuhan Yang Maha Gaib, oleh karena itu Allah bersifat gaib atau tidak tampak mata atau tan kasat mata;...........

Namun demikian kita wajib mengakui, mempercayai 

dan meyakini keberadaan-Nya walau kita 

tidak melihat atau menyaksikan.

Lalu bagaimana caranya? Cara untuk melihat atau menyaksikan keberadaan-Nya, ya harus dilakukan melalui pendekatan gaib sesuai diri kita yang terdiri atas 2 unsur yaitu unsur nyata, dan unsur gaib.

Mari kita coba memahami makna wajah Allah dimaksud dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 115, dengan pendekatan kebiasaan yang kita lakukan setiap hari. Sebagai contoh kegiatan kita sehari -- hari, berikut.

Setiap hari kita sudah terbiasa membuat wedang atau air teh manis, dan menikmatinya bukan? Benar, kita sudah terbiasa membuat, dan menikmati wedang atau air teh manis.

Singkatnya cara membuat teh manis sebagai berikut. Dalam 2 gelas kita masukkan kedalamnya masing -- masing 3 sendok teh gula pasir ( terbuat dari tebu ), 1 sachet teh celup lalu dituangi air mendidih. Setelah dituangi air mendidih, selang beberapa saat yang semula air tidak berwarna lama - lama berubah menjadi berwarna coklat karena adanya kandungan unsur teh di dalamnya. Setelah warna dilihat cukup coklat, aroma daun teh terasa sudah menyengat sachetan ampas teh diambil, selanjutnya disajikan tamunya di ruang tamu disertai beberapa potong roti di atas piring.

Sambil menyajikan berkata monggo mbakyu teh nasgitelipun dipun unjuk, sinambi dahar roti?(Jawa), bahasa Indonesianya: silahkan mbakyu, teh panas, manis, dan kentalnya diminum sambil makan roti? Tamu menjawab. Injih-injih mbakyu matur nuwun, la kok repot -- repot (Iya -- iya mbakyu terima kasih, wah kok malah jadi merepotkan). Keterangan. Nasgitel singkatan dari panas, legi, dan kentel. 

Setelah tersaji di atas meja, mari kita simak percakapan antara tuan rumah dengan sang tamu.

Tuan rumah. Mbakyu apa yang tersaji di atas meja itu?

Tamu. Oo itu segelas teh, dan roti mbakyu.

Tuan rumah. Kok mengatakan itu adalah segelas teh, apakah mbakyu melihat adanya pohon teh di dalam gelas itu?

Tamu. Oo tidak mbakyu, saya tidak melihat pohon teh dalam gelas itu.

Tuan rumah. Tetapi mengapa mbakyu mengatakan itu adalah segelas teh?

Tamu. Ya karena saya dapat mencium aroma, dan warna dari air yang ada dalam gelas itu mbakyu.

Tuan rumah. Apakah mbakyu yakin dalam gelas itu air teh, walau tidak melihat adanya pohon teh di dalam gelas?

Tamu. Ya saya yakin bahwa itu adalah air teh, walau saya tidak melihat pohon teh di dalam gelas tersebut; Tetapi saya percaya, dan yakin bahwa dalam gelas itu terkandung sari teh.

Tuan rumah. Oo begitu. Jadi mbakyu percaya, dan yakin itu segelas air teh?

Tamu. Iya mbakyu, saya yakin air dalam gelas itu mengandung sari teh.

Tuan rumah. Mari mbakyu tehnya diminum selagi masih hangat.

Tamu. Iya mbakyu terima kasih. Setelah meminumnya lalu berkata, wah nikmat sekali mbakyu rasa manisnya pas.

Tuan rumah. Kok mbakyu mengatakan segelas teh itu manis rasanya?

Apakah mbakyu melihat adanya pohon tebu di dalam gelas itu?

Tamu. Oo tidak mbakyu, saya tidak melihat pohon tebu dalam gelas itu.

Tuan rumah. Tetapi mengapa mbakyu mengatakan air teh itu manis?

Tamu. Ya karena saya dapat merasakan rasa manis dari air teh itu mbakyu.

Tuan rumah. Apakah mbakyu yakin bila dalam air teh itu mengandung gula pasir, walau tidak melihat adanya pohon tebu dalam gelas itu?

Tamu. Ya saya tahu bahwa itu manis dari rasa gula pasir walau saya tidak melihat pohon tebu dalam gelas tersebut; Tetapi saya percaya, dan yakin bahwa air dalam gelas itu mengandung sari tebu.

Tuan rumah. Ooo begitu. Jadi mbakyu percaya, dan yakin itu segelas air teh manis?

Tamu. Iya mbakyu saya yakin walaupun tidak melihat pohon tebu dalam gelas tersebut, karena saya dapat merasakan air teh tersebut berasa manis dari sari tebu yang umum disebut gula pasir. Tuang rumah. Ooo begitu.

Tuan rumah. Kalau boleh bertanya, mengapa mbakyu tadi tidak jadi meminum setelah memegang gelasnya?

Tamu. Iya mbakyu karena saat saya pegang gelasnya masih terasa panas, jadi belum berani untuk meminumnya.

Tuan rumah. Apakah mbakyu melihat adanya api dalam gelas kok mengatakan panas?

Tamu. Saya tidak melihat api dalam gelas mbakyu, tetapi saya yakin bahwa itu adalah sifat panasnya api walau tidak melihat wujud apinya. Tuan rumah. Ooo begitu.

Setelah menyimak percakapan antara tuan rumah, dan tamu kiranya kita mendapat gambaran untuk memahami makna yang tersirat dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 115.

Jadi kita dapat mengatakan bahwa segelas air teh nasgitel tadi bukan sebagai wajah pohon teh, pohon tebu, dan api.............................

Tetapi itu adalah wajah dzat teh, wajah dzat tebu, 

dan wajah dzat api yang ada dalam 

segelas air teh nasgitel.

Percakapan selanjutnya tuan rumah mempersilahkan kepada tamunya.

Tuan rumah. Mbakyu silahkan rotinya dimakan lo? Tamu. Iya mbakyu terima kasih.

Tuan rumah. Apakah mbakyu tahu roti itu terbuat dari pati gandum? Tamu. Tahu mbakyu, ada apa?

Tuan rumah. Apakah mbakyu melihat pohon gandum di roti itu, kok dapat mengatakan ada pati gandumnya?

Tamu. Walau saya tidak melihat pohon gandum tetapi saya yakin adanya, karena tanpa pati gandum tidak akan menjadi roti, mbakyu.

Tuan rumah. Ooo begitu.

Demikian pula dari percakapan antara tuan rumah, dan tamu tadi kita tidak dapat mengatakan bahwa roti itu adalah.........

Wajah pohon gandum, melainkan wajah 

dzat gandum yang ada dalam roti.

Sejalan dengan alur pikir percakapan tentang teh nasgitel, dan roti mari kita alihkan pandangan kita ke arah yang maha luas, dan maha besar berupa semesta alam atau jagad raya seisinya termasuk diri manusia, dikenal sebagai ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis.

Mohon maaf ini kali sampai disini dahulu uraian penjelasannya saudaraku, dan akan dilanjutkan pada artikel berikutnya. Terima kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun