Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kawah Candradimuka Pendadaran Keenam

19 September 2024   06:17 Diperbarui: 19 September 2024   06:19 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika malam hari terbitlah bulan sebagai penerang kegelapan di malam hari, orang lalu menyimpulkan ooo Allah itu bulan itu ya?Benarkah simpulan ini? Sudah barang tentu tidak benar.

Dan lain -- lain wajah atau rupa makhluk atau sosok yang disaksikan atau dilihat ketika orang menghadap ke arah timur atau barat, lalu disimpulkan bahwa  apapun wujud yang disaksikan atau dilihatnya itulah Allah. Sudah barang tentu simpulan -- simpulan seperti itu tidak mengandung kebenaran sama sekali.

Jadi kunci untuk memahami wajah Allah yang dimaksud dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 115 tadi hendaklah .................................

Allah Swt. Tuhan Yang Maha Gaib tidak dipersepsikan sebagai makhluk atau sosok apapun wujudnya, tentu simpulannya akan jauh dari kebenaran.

Mengapa demikian? Ya sebutannya saja Allah Swt. Tuhan Yang Maha Gaib, oleh karena itu Allah bersifat gaib atau tidak tampak mata atau tan kasat mata;...........

Namun demikian kita wajib mengakui, mempercayai 

dan meyakini keberadaan-Nya walau kita 

tidak melihat atau menyaksikan.

Lalu bagaimana caranya? Cara untuk melihat atau menyaksikan keberadaan-Nya, ya harus dilakukan melalui pendekatan gaib sesuai diri kita yang terdiri atas 2 unsur yaitu unsur nyata, dan unsur gaib.

Mari kita coba memahami makna wajah Allah dimaksud dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 115, dengan pendekatan kebiasaan yang kita lakukan setiap hari. Sebagai contoh kegiatan kita sehari -- hari, berikut.

Setiap hari kita sudah terbiasa membuat wedang atau air teh manis, dan menikmatinya bukan? Benar, kita sudah terbiasa membuat, dan menikmati wedang atau air teh manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun