Oleh karena itu mari dibiasakan, atau dibudayakan mengaji makna wahyu Allah baik berupa ayat - ayat Allah yang tertulis maupun ayat -- ayat Allah yang tidak tertulis secara lahiriah, dan batiniah.
Hasil kajiannya ditempatkan di dalam hati.
Hasil kajian diantaranya Al Qur'an adalah petunjukÂ
Allah yang harus dipelajari secara lahiriah, danÂ
batiniah selanjutnya dilaksanakan.
Makna batiniah yang kita tempatkan di dalam hati tidak berarti lalu dikunci mati, dan baru dibuka dan dibaca setahun sekali saat bulan Ramadhan dengan mengharap mendapat lailatul qadar. Tidak!
Justru harus dibuka, dipelajari, dan diamalkan setiap saat dimanapun, kapanpun kita berada dan beraktivitas. Jadi tidak ada waktu atau bulan - bulan khusus untuk mempelajarinya, juga tidak ada tempat - tempat tertentu untuk mempelajarinya. Dan yang paling penting dalam mempelajari atau mengaji Al Qur'an tadi hendaklah dilakukan melalui roso pangroso (Jawa) dengan sabar, ikhlas kapan saja, dan dimana saja tanpa mengharap imbalan pahala sebagai tiket masuk surga.
Mengapa? Karena mengaji Al Qur'an bukanlah merupakan suatu perbuatan, tetapi suatu kewajiban kita untuk membangun hubungan vertikal antara kita yang diciptakan dengan yang menciptakan yang lazim dikenal dengan habluminallah. Sebagai upaya untuk memperbaiki diri sendiri, demi terpeliharanya kesucian diri, kesucian jiwa, dan kesucian hati kita.
Bila sudi mengatakan ya inilah bentuk pahala yang didapat dari mengaji Al Qur'an tersebut. Pahala yang di dapat hanya untuk diri kita sendiri, dan bukan sebagai tiket untuk masuk surga tetapi untuk memelihara kesucian diri kesucian jiwa, dan kesucian hati kita sendiri.
Tetapi bila mengaji Al Qur'an hanya dimaknai dengan membaca Al Qur'an dalam bahasa Arab, apakah juga mendapat pahala?
Allah Maha Pengasih, jadi setiap apapun yang kita kerjakan tentu akan mendapatkan pahala atau imbalan sesuai dengan apa yang dikerjakan.