Mohon tunggu...
Bang Syaiha
Bang Syaiha Mohon Tunggu... Guru | Penulis | Blogger | Writer | Trainer -

www.bangsyaiha.com | https://www.facebook.com/bangsyaiha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru dan Orang Tua Itu Sebenarnya Boleh Memukul Anaknya Nggak Sih?

25 Mei 2016   10:21 Diperbarui: 25 Mei 2016   21:02 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Benar! Tiga tahun...

Sekarang begini, jika ada anak-anak yang bahkan sejak ia masih balita sudah terus-menerus menyaksikan orang tua mereka shalat, lalu di usia tujuh tahun diajak ke masjid dan diajarkan tata cara beribadah yang benar, kira-kira mudah nggak?

Tentu saja gampang. Karena sejak ia masih sangat kecil sudah kerap sekali melihat orang tuanya melakukan hal demikian. Ia mendapatkan teladan yang baik dari ibu bapaknya.

Dari usia tujuh sampai sepuluh tahun, anak itu terus-menerus diajarkan tentang shalat. Bagaimana gerakan yang benar, seperti apa bacaan fasihnya, juga apa-apa saja sunnah-sunnahnya.

Anak-anak itu diajari oleh orang tua yang paham, juga telah mengerjakan dengan sangat baik. Orang tua mereka juga sudah benar memberikan teladan.

Maka hampir pasti, ketika anak-anak mereka berumur sepuluh tahun, setelah selama tiga tahun intens dididik untuk shalat, maka sejatinya tidak akan ada yang tidak shalat. Dan karena hal itulah, hampir tidak ada pemukulan yang dilakukan sahabat Rasul kepada anak-anak mereka.

Kesimpulannya apa?

Kita baru boleh melakukan pemukulan kepada anak jika dan hanya jika sudah memberikan teladan dan sudah menerapkan pendidikan yang benar selama bertahun-tahun.

Pemukulan yang dilakukan juga harus bersifat mendidik dan tidak merusak: tidak terlalu kencang dan bukan di area yang membahayakan.

Jadi, kalau guru (atau orang tua) tidak bisa memberikan teladan dan pendidikan yang benar, maka seharusnya janganlah sekali-kali memukul siswa.

Pukul diri sendiri dulu karena belum bisa menjadi contoh dan pendidik yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun