Jika kita bertanya ke anak-anak kita, “Apakah hal paling berat dan tidak kalian sukai di sekolah?”
Maka barangkali, jawaban mereka begini: “Kami tidak suka sekolah karena pelajarannya banyak. Susah dan membingungkan.”
Belum lagi ketika mereka menemukan sebuah fakta bahwa ternyata, pelajaran yang banyak itu, nanti, sebagian besar tidak mereka gunakan dalam kehidupan dan dunia kerja.
Seharusnya, ini menurut saya, kurikulum itu tidak dibuat di nasional. Tapi serahkan kepada dinas pendidikan masing-masing daerah. Biarkan setiap propinsi merancang sesuai kebutuhan dan kekhasan wilayah mereka.
Sejak SMA sederajat, sekolah seharusnya sudah dijuruskan sesuai minat. Tidak hanya IPA dan IPS saja. Itu terlalu umum!
Tapi seharusnya ada jurusan: peternakan, perkebunan, pertanian, kerajinan dan kesenian, administrasi dan perkantoran, perikanan dan kelautan, biologi, Matematika, Fisika, bisnis dan keuangan, serta banyak lagi.
Saya membayangkan, pasti luar biasa jika setiap daerah punya sistem pendidikan masing-masing. Punya keunggulana masing-masing. Misalnya: kalau mau belajar tentang peternakan sapi dan seluk beluknya, silakan ke Boyolali.
Jika ingin bersekolah dan mendalami ilmu perkebunan silakan ke Sumatera atau Kalimantan. Mau mengerti tentang pertanian silakan ke Jawa Barat.
Guru-guru yang mengajar disana adalah guru-guru terbaik: ilmu dan akhlaknya. Sehingga moral dan sikap anak-anak akan bisa dikendalikan demi kesejahteraan hidup Indonesia.
Benar, bahwa semua jurusan itu ada di kuliah. Tapi bagi saya belum cukup. Akan lebih powerful jika sistem kuliah itu dimulai sejak SMA. Mereka dibagi sesuai keinginan dan minatnya.
Ajarkan Ilmu Secara Bertahap