Mohon tunggu...
muhammad khairani
muhammad khairani Mohon Tunggu... Guru - nama lengkapa muhammad khairani, kelahiran 10 november 1992, asal daerah kota bangun kukar, sarjana pendidikan bahasa arab di iain samarinda, bekerja di lembaga bimbel bilal samarinda

saya bekerja suatu lembaga yang kini punya banyak cerita dakwah didalamnya dan mengajarkan kita arti daripada siapa kita sesungguhnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran Tahsin dan Tahfizh Bilal Samarinda di Masa Pandemi Covid 19

22 Agustus 2020   19:42 Diperbarui: 10 November 2021   14:26 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kitab suci agama Islam Al Quran dan tasbih (FREEPIK)

MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TAHSIN DAN TAHFIZH BILAL SAMARINDA DI MASA PANDEMIC COVID 19

 

Muhammad Khairani

Institute Agama Islam Negeri Samarinda

Khairkhoir8@gmail.com

 http://blogger.io/account/ 

Dosen Pengawas Lapangan ;ibu SitI Julaiha S.Ag, M.Pd 

Abstract

This research is a descriptive study with a qualitative approach, which examines Social Media as a Learning Media for Tahsin and Tahfizh Bilal Samarinda. During the Covid 19 Pandemic, the research sample consisted of 55 teachers / participants of Bilal Samarinda. 

The instrument used is the interest resilience method and closed interview guidelines or research questionnaires, the results of data analysis show that teachers / participants who have moderate interest resilience have a stagnant interest in certain conditions but the high interest resilience of the teacher / participant has a decrease in interest in learning during conditions. which is less stable, and the resilience of low interest in teachers / participants has a stable condition in interest in learning.

Keywords: Learning Media, Covid Pandemic 19

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif dengan pendekatan kualitatif, yang meneliti tentang Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran Tahsin dan Tahfizh Bilal Samarinda Pada Masa Pandemic Covid 19, sampel penelitian yaitu terdiri dari Pengajar/peserta Bilal Samarinda sebanyak 55 orang. Instrumen yang digunakan yaitu Metode Resiliensi minat serta pedoman wawancara tertutup atau angket penelitian.

Hasil analisi data menunjukkan bahwa Pengajar/peserta yang resiliensi minat sedang  mempunyai minat yang stagnan pada kondisi tertentu tetapi resiliensi minat tinggi pada pengajar/peserta mempunyai penurunan pada minat pembelajaran di saat kondisi  yang kurang stabil, dan resiliensi minat rendah pada pengajar/peserta mempunyai kondisi yang stabil pada minat pembelajaran.

Kata kunci : Media Pembelajaran, Pandemic Covid 19

PENDAHULUAN

Media sosial, suatu bentuk media yang memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dunia seiring dengan perubahan jaman menjadikan masyarakat  komsumtif  media, terutama media elektronik handphone yang semakin canggih memberikan sebuah layanan massage, video elektronik, dan ragam aplikasi Digital lainnya

Perubahan konsumsi media yang diminati oleh banyaknya masyarakat dunia New media merupakan media yang menawarkan digitisation, convergence, interactiviy, dan development of network terkait pembuatan pesan dan penyampaian pesannya. 

Kemampuanya menawarkan interaktifitas ini memungkinkan pengguna dari new media memiliki pilihan informasi apa yang dikonsumsi, sekaligus mengendalikan keluaran informasi yang dihasilkan serta melakukan pilihan-pilihan yang diinginkannya. Kemampuan menawarkan suatu interactivity inilah yang merupakan konsep sentral dari pemahaman tentang new media. (Flew, 2002: 11-22)

Didalam kehidupan kita pastinya akan dihadapkan dengan problematika pemahaman tentang betapa pentingnya mempelajari Al Quran, yang mana  problematika tersebut sudah berkembang dikalangan para pembelajar Al Quran dari saat usia balita sampai pada usia senja dan ini tidak hanya problem yang dihadapi oleh muslim tetapi sebuah solusi terbaik untuk memahami kandungan Al Quran yang berisi firmannya Allah ta’ala, yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melalui wahyunya yang dibawa oleh malaikat jibril dan di ajarkan kepada para sahabat sampai pada saat ini.

Rasulullah SAW sebagai penyampai kitab suci Alquran kepada umatnya dan Alquran juga sebagai risalah ke-Nabian. Proses pengamalan Alquran, awal mula disampaikan kepada lima sahabat Rasulullah Saw yakni: (1) Zaid bin Tsabit Ra., (2) Ubay bin Ka’ab Ra., (3) ‘Ali bin Abi Tholib Ra., (4) ‘Utsman bin Affan Ra., (5) ‘Abdullah bin Mas’ud Ra. 

Kelima sahabat Rasulullah Saw tersebut yang menerima pembelajaran Alquran dari Rasulullah. Sampainya Alquran ke Asian tenggara melalui Abdullah bin Mas’ud disampaikan kepada Abdurrahman ‘Abdullah bin Hubaib As Sulamiy, lanjut disampaikan kepada ‘Ashim bin Abu An Najud Al Asadiy Al Kufi (wafat 128 H), berlanjut disampaikan Hafs bin Sulaiman bin Mughrah Al Bazz Al Kufi (wafat 180 H), dari riwayat Hafs ini bacaan Alquran Rasulullah sampai ke Indonesia oleh para ulama yang belajar Alquran kepada Hafs (Imana, 2016).

Tahfizh Al-Qur‟an dan segala hal yang berkaitan dengannya perlu diberi perhatian yang memadai, mengingat kedudukan Al-Qur‟an yang sangat tinggi bagi umat Islam. 

Perhatian ini menjadi lebih ditekankan, khususnya pada lembaga-lembaga pendidikan Islam. Di antara perhatian yang harus diberikan adalah terkait pengembangan pada berbagai ranah atau aspek tahfizh Al-Qur‟an. 

Dapat kita katakan segala usaha pada pengembangan tahfizh al-Qur‟an merupakan bagian dari usaha menjaga otentisitas dan orisinalitas al-Qur‟an itu sendiri (Cecep Anwar1 , Saca Suhendi2 , Oban Sobandi3 , Muhammad Sofyan4, 2020)

Metode tersebut sudah berkembang didunia pendidikan Al Quran terutama di lembaga bimbingan Al Quran yang saat ini masih Eksis yaitu tepatnya lembaga Bilal Samarinda yang saat ini menggunakan metode Utsmani untuk pembelajaran Tahsin dan Tahfizh yang telah di dirikan tepatnya pada tgl 19 september 2016 sampai pada saat sekarang ini.

Bilal Samarinda juga adalah sebuah lembaga yang di ketuai oleh ustadz Muhammad Fajar Aidil Saputra, Ahf. Beliau adalah jebolan Bilal Indonesia dan pernah mondok di Baitul Quran di depok, karena banyaknya antusias masyarakat Samarinda untuk belajar Al Quran.

Maka dari itu Bilal di kembangkan disamarinda agar sekiranya bisa memberikan solusi terhadap buta huruf Al Quran yang dari mengenal huruf sampai pada makhorijul huruf.

Makhorijul huruf itu sendiri adalah standar yang di jadikan patokan kelulusan dalam pembelajaran Quran sehingga masyarakat tidak khawatir setelah lulus atau naik ke level belajar selanjutnya menjadi lebih fasih dalam teori atau praktek membacanya, karena diakhir pertemuan akan adanya uji kompetensi yang dilaksanakan sekitar 4 bulan sekali atau setelah pertemuan ke 14, pembelajaran teori dan praktek ini dilaksanakan di cabang-cabang yang sudah ditentukan disamarinda terutama.

Kegiatan yang sudah berjalan selama kurun waktu 4± tahun sampai pada tahun 2020 ini tepatnya pada pertengahan bulan Maret lembaga bilal samarinda mendapatkan dampak penurunan pada peserta belajar dan ini tercatat pada saat kondisi Upnormal, kondisi pandemic Covid 19.

Dengan kondisi pandemic Covid 19 ini bilal berinovasi melakukan perubahan pada kelas-kelas belajar yang biasanya dilakukan dengan bertatap muka atau secara langsung, kini dilakukan dengan cara Daring/Online via Whatsapp, Google meet, Zoom dan tidak hanya terjadi pada kelas belajar akan tetapi pertemuan/rapat di laksanakan dengan cara Daring/Online agar lebih memudahkan kegiatan belajar/mengajar dan kegiatan lainnya.

informasi dan komunikasi saat ini, maka perlu didirikan pesantren atau lembaga tahfidz Alquran untuk memfasilitasi orang-orang yang memiliki kesibukan tinggi untuk menghafalkan Alquran. 

Pembelajaran menghafal Alquran tidak mengharuskan pertemuan langsung antara ustadz (guru) dengan santri (peserta didik) di satu majelis, namun dapat melalui bantuan teknologi informasi dan komunikasi. 

Ustadz dan santri cukup duduk di depan media, namun berada di tempat yang berbeda (Achmad Ilfan Rifa’i dan Herminarto Sofyan, 2018 ).

Dalam kondisi saat ini, virus corona bukanlah suatu wabah yang bisa diabaikan begitu saja. Jika dilihat dari gejalanya, orang awam akan mengiranya hanya sebatas influenza biasa, tetapi bagi analisis kedokteran virus ini cukup berbahaya dan mematikan. 

Saat ini di tahun 2020, perkembangan penularan virus ini cukup signifikan karena penyebarannya sudah mendunia dan seluruh negara merasakan dampaknya termasuk Indonesia (Nur Rohim Yunus Dan Annissa Rezki, 2020).

Mengantisipasi dan mengurangi jumlah penderita virus corona di Indonesia sudah dilakukan di seluruh daerah. Diantaranya dengan memberikan kebijakan membatasi aktifitas keluar rumah, kegiatan sekolah dirumahkan, bekerja dari rumah (work from home), bahkan kegiatan beribadah pun dirumahkan. 

Hal ini sudah menjadi kebijakan pemerintah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sudah dianalisa dengan maksimal tentunya (Nur Rohim Yunus Dan Annissa Rezki, 2020).

 Secara global, berdasarkan data UNESCO tanggal 19 Maret 2020, 112 negara telah menerapkan kebijakan belajar dari rumah, antara lain Malaysia, Thailand, Jerman, Austria, Meksiko, Afrika Selatan, Yaman, dan Zambia. 

Dari 112 negara tersebut, 101 negara menerapkan kebijakan belajar dari rumah secara nasional. 

Sementara 11 negara lainnya, termasuk Indonesia, menerapkan belajar di rumah di wilayah-wilayah tertentu (bebas.kompas.id, 31 Maret 2020). 

Di Indonesia, kebijakan belajar dari rumah telah dilaksanakan oleh sekitar 28,6 juta siswa dari jenjang SD sampai dengan SMA/SMK di berbagai provinsi. 

Per 18 Maret 2020, sebanyak 276 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia telah menerapkan kuliah daring (Fieka Nurul Arifa).

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan soal yang digunakan sebanyak 18 pertanyaan positif dan negatif ini mengacu pada beberapa indikator pertanyaan; perasaan yang dialami, metode yang diterapkan, jenjang waktu yang digunakan, motivasi, media sosial yang digunakan, kondisi pembelajaran yang terjadi dan resiliensi angket

(Hendriana, Rohaeti, & Soemarmo, 2017), setiap pernyataan dari skala resiliensi ada empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS) . 

Setelah diuji cobakan kemudian hasil tersebut di analisis untuk mengetahui siswa yang mempunyai resiliesi tinggi, sedang dan rendah. 

Subjek penelitian ini adalah pengajar dan peserta Bilal Samarinda. Setiap resiliensi pertanyaan; sangat ingin (SI), ingin ( I ), tidak ingin (TI), tidak juga (TI), biasa saja (BISA), luar biasa (LB), sangat senang (SS), senang (S), kurang senang (KS), jawaban lain (JL), sangat maksimal (SM), kurang maksimal (KM), sangat bermanfaat (SB), bermanfaat (B), tidak bermanfaat (TB), ya (Y) tidak (T) pengkategorian tersebut berdasarkan Siffudin (Ulfa, 2016) menjelaskan bahwa langkah pengkategorian skala resiliensi dalam penelitian adalah mencari nilai terendah dan nilai tertinggi, mencari mean ideal (M), yaitu 1 2 (nilai tertinggi + nilai terendah), dan mencari standar deviasi (SD), yaitu 1 6 (nilai tertinggi − nilai terendah), berdasarkan penghitungan diatas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penghitungang dari Resiliensi Pengajar/peserta Bilal Samarinda di peroleh hasil data sebanyak 55 orang dari tes minat pembelajaran di Masa Pandemic Covid 19 dan berdasarkan Survei angket/kuestioner pada penelitian sebagai berikut:

HASIL

Analisis data Hasil dari Resiliensi Pengajar/Peserta Bilal Samarinda. Berdasarkan tabel diatas disimpulkan bahwa terdapat sebanyak 13 Pengajar/peserta yang memiliki tingkat resiliensi tinggi, sebanyak 34 pengajar/peserta yang memiliki tingkat resiliensi sedang, dan sebanyak 8 pengajar/peserta memiliki resiliensi rendah.

Tabel Grafik Minat dalam pembelajaran dimasa pandemic covid 19

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil penelitian pada tabel statistik diatas bisa kita lihat perbandingan yang jelas pada minat tinggi terjadi penurunan sekitar 13 orang ( 24% ) dari total 55 orang, terjadi kenaikan pada minat sedang sekitar 34 orang (62%) dari total 55 orang, dan minat rendah 8 orang (14%) dari total 55 orang, ini bisa menjadi tolak ukur terhadap pembelajaran tahsin/tahfizh Bilal Samarinda di Masa Pandemic Covid 19 dan penelitian ini dimulai dari 15 juli 2020 – 27 juli 2020.

Dilihat dari hasil resiliensi nilai Pengajar/peserta yang mempunyai minat yang tinggi sekitar 13 orang ini bisa diperkirakan mempunyai minat yang menurun dari kondisi yang kurang stabil pada pembelajaran yang sebelumnya naik, resiliensi pengajar/peserta yang mempunyai minat sedang sekitar 34 orang ini menanjak dan stabil dari resiliensi tinggi karena akibat peralihan pembelajaran yang sebelumnya offline/ tatap muka, dan minat pada resiliensi Pengajar/peserta yang mempunyai minat rendah sekitar 8 0rang ini stabil

KESIMPULAN

Berdasarkan tinjaauan dari resiliensi minat Pengajar/peserta Bilal Samarinda, maka dapat disimpulkan bahwa Pengajar/peserta masih memiliki minat yang stagnan pada kondisi tertentu atau bisa disebut kondisi yang kurang stabil, dimana kondisi tersebut tidak membuat minat menurun drastis

DAFTAR PUSTAKA

  1. Watie, E. D. S. (2016). Komunikasi dan media sosial (communications and social media). Jurnal The Messenger, 3(2), 69-74.
  2. Pramono, S. Y. Kualitas Sistem Pembelajaran Pengajar Tahsin dan Tahfizh di Organisasi Startup Pengajar Diponegoro Yogyakarta. Teknodika, 17(2), 10-24.
  3. Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(3), 227-238.
  4. Rifai, A. I., & Sofyan, H. (2018). Pengembangan e-tahsin sebagai e-learning pada program learning qur’an for all (LQA) Rumah Tahfidzqu Yogyakarta. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 5(1), 26-37.
  5. Anwar, C., Suhendi, S., Sobandi, O., & Sofyan, M. (2020). Pengembangan tahfizh Al-Qur'an: metode, media, dan evaluasi.
  6. RI, B. K. D., Lt, G. N. I., & Subroto, J. J. G. (2020). Tantangan pelaksanaan kebijakan belajar dari rumah dalam masa darurat Covid-19.
  7. Kurnia, H. I., Royani, Y., Hendriana, H., & Nurfauziah, P. (2018). Analisis kemampuan komunikasi matematik siswa smp di tinjau dari resiliensi matematik. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(5), 933-940.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun