Kelima sahabat Rasulullah Saw tersebut yang menerima pembelajaran Alquran dari Rasulullah. Sampainya Alquran ke Asian tenggara melalui Abdullah bin Mas’ud disampaikan kepada Abdurrahman ‘Abdullah bin Hubaib As Sulamiy, lanjut disampaikan kepada ‘Ashim bin Abu An Najud Al Asadiy Al Kufi (wafat 128 H), berlanjut disampaikan Hafs bin Sulaiman bin Mughrah Al Bazz Al Kufi (wafat 180 H), dari riwayat Hafs ini bacaan Alquran Rasulullah sampai ke Indonesia oleh para ulama yang belajar Alquran kepada Hafs (Imana, 2016).
Tahfizh Al-Qur‟an dan segala hal yang berkaitan dengannya perlu diberi perhatian yang memadai, mengingat kedudukan Al-Qur‟an yang sangat tinggi bagi umat Islam.Â
Perhatian ini menjadi lebih ditekankan, khususnya pada lembaga-lembaga pendidikan Islam. Di antara perhatian yang harus diberikan adalah terkait pengembangan pada berbagai ranah atau aspek tahfizh Al-Qur‟an.Â
Dapat kita katakan segala usaha pada pengembangan tahfizh al-Qur‟an merupakan bagian dari usaha menjaga otentisitas dan orisinalitas al-Qur‟an itu sendiri (Cecep Anwar1 , Saca Suhendi2 , Oban Sobandi3 , Muhammad Sofyan4, 2020)
Metode tersebut sudah berkembang didunia pendidikan Al Quran terutama di lembaga bimbingan Al Quran yang saat ini masih Eksis yaitu tepatnya lembaga Bilal Samarinda yang saat ini menggunakan metode Utsmani untuk pembelajaran Tahsin dan Tahfizh yang telah di dirikan tepatnya pada tgl 19 september 2016 sampai pada saat sekarang ini.
Bilal Samarinda juga adalah sebuah lembaga yang di ketuai oleh ustadz Muhammad Fajar Aidil Saputra, Ahf. Beliau adalah jebolan Bilal Indonesia dan pernah mondok di Baitul Quran di depok, karena banyaknya antusias masyarakat Samarinda untuk belajar Al Quran.
Maka dari itu Bilal di kembangkan disamarinda agar sekiranya bisa memberikan solusi terhadap buta huruf Al Quran yang dari mengenal huruf sampai pada makhorijul huruf.
Makhorijul huruf itu sendiri adalah standar yang di jadikan patokan kelulusan dalam pembelajaran Quran sehingga masyarakat tidak khawatir setelah lulus atau naik ke level belajar selanjutnya menjadi lebih fasih dalam teori atau praktek membacanya, karena diakhir pertemuan akan adanya uji kompetensi yang dilaksanakan sekitar 4 bulan sekali atau setelah pertemuan ke 14, pembelajaran teori dan praktek ini dilaksanakan di cabang-cabang yang sudah ditentukan disamarinda terutama.
Kegiatan yang sudah berjalan selama kurun waktu 4± tahun sampai pada tahun 2020 ini tepatnya pada pertengahan bulan Maret lembaga bilal samarinda mendapatkan dampak penurunan pada peserta belajar dan ini tercatat pada saat kondisi Upnormal, kondisi pandemic Covid 19.
Dengan kondisi pandemic Covid 19 ini bilal berinovasi melakukan perubahan pada kelas-kelas belajar yang biasanya dilakukan dengan bertatap muka atau secara langsung, kini dilakukan dengan cara Daring/Online via Whatsapp, Google meet, Zoom dan tidak hanya terjadi pada kelas belajar akan tetapi pertemuan/rapat di laksanakan dengan cara Daring/Online agar lebih memudahkan kegiatan belajar/mengajar dan kegiatan lainnya.
informasi dan komunikasi saat ini, maka perlu didirikan pesantren atau lembaga tahfidz Alquran untuk memfasilitasi orang-orang yang memiliki kesibukan tinggi untuk menghafalkan Alquran.Â