Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satriya dan Bidadarinya

7 Desember 2020   16:21 Diperbarui: 7 Desember 2020   16:22 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebagian temannya, mengklaim  Satriya sebagai LDKC. Akronim dari lelaki dengan keterlambatan cinta. Pasalnya, ia baru menggapai cinta asmaranya di usia yang sudah berkepala tiga. Sementara temannya yang lain, menggelarinya dengan LDKC juga, tetapi dalam arti yang lain. Yaitu lelaki dengan keberuntungan cinta.

Menurut mereka, Satriya memang seorang lelaki yang dinaungi oleh "dewi fortuna cinta". Dianggap beruntung, karena ia berhasil memperistri seorang wanita cantik. Bukan sekadar cantik, tapi juga seorang wanita yang mapan finansial. Dialah pemilik tiga toko batik yang cukup terkenal di kota ini. Punya usaha katering juga yang sedang berkembang.

"Kenapa Ratri kok sampai mau jadi istrinya Satriya? Padahal dia itu kan levelnya kayak kita-kita saja? Wajahnya pun ndesani. Dia memang selalu tampil rapi, tapi lugu dan wagu. Daya tariknya dia itu apa, sih?" tanya Agus pada teman-temannya, saat mereka ngopi bareng di warung langganan mereka.

"Satriya dan Ratri memang misterius. Perkawinannya pun penuh misteri. Bahkan mungkin yang paling sensasional di abad ini!" kelakar Moko.

"Kira-kira, karena pinternya si Satriya, atau saking goblok-nya si Bos Batik itu?"

"Dia pake guna-guna 'kali......?" celetuk Mihing.

"Akh ya enggaklah! Dia itu orang Kristen yang loyal dan fanatik. Gak mungkinlah, kalau Satriya sampe maen dukun atau guna-guna." Sanggah Anton.

"Kalau dugaan gua, Ratri itu sudah kepepet waktu. Ratri kan sudah estewe?"

"Estewe itu apa?"

"Estewe itu setengah tua! Umurnya kan sudah 40 tahun? Ketimbang ora payu-payu rabi, gak ada rotan akar pun jadi deh!"  jelas Dede setengah meledek.

"Hei, jangan salah! Ratri itu bukan kagak laku kawin. Sejak dulu, banyak cowok dan duda mapan yang naksir dia. Dianya saja yang gak mau..."

"Berarti dia itu jual mahal. Saking mahalnya, sampai gak ada yang berani beli....''

"Faktanya Satriya mampu membelinya, kan? Artinya apa? Artinya teman kita itu, cowok yang hebat!" komentar Tono.

"Bukan dia yang membelinya, Bro! Tapi Satriya yang 'dibeli' Ratri....."

"Jangan underestimate begitu, dong!"

"Ane kagak ngremehin, tapi cuma mau logis saja. Yang berduit itu kan Ratri? Jadi yang berduitlah yang berpotensi membelinya."

"Siapa membeli siapa, itu kagak jelas!" sela Iksan. "Tapi yang jelas, dewi fortuna nyatanya lebih berpihak kepadanya ketimbang pada kita."

Sayang sekali, durasi keberuntungan Satriya cuma pendek saja. Kebahagiaannya bersama Ratri cuma berumur setahun saja. Sebelum punya anak, maut telah keburu merenggut istrinya dari pelukannya.

***

Tujuh Belas Bulan Kemudian

Wajah ndeso, tapi rejeki kota. Penampilan wagu, tapi nasib mentereng. Begitulah gambaran sekilas tentang Satriya atau Satriya Aditya. Bahkan kini dia dijuluki oleh teman-temannya sebagai penakluk bidadari.

Pasalnya, sekarang ini dia sedang mempersiapkan perkawinan keduanya. Hebatnya, calon istri keduanya itu adalah seorang gadis indo yang amat cantik. Cewek blasteran Jawa -- Inggris ini, bahkan mirip banget dengan Emma Watson. Si pemeran Belle dalam film kondang "Beauty and the Beast".

Mirip apanya? Pertama, namanya mirip. Sama-sama bernama depan Emma. Kedua, umurnya sekarang ini sama-sama 30 tahun. Sedang kemiripannya yang mencolok, ialah pada kecantikannya. Bedanya, yang satu "rasa" Bristish murni. Yang satunya ada "rasa" Jawanya.

"Kembali kita kudu angkat topi pada kesaktian otak Satriya!" ujar Iksan pada teman-temannya.

"Emang dia ngapain?"

"Ente belum trima undangannya ya? Dia itu mau kawin lagi, Bro! Dan calon istrinya yang sekarang pun bening banget. Kayak bidadari deh!" puji Asep.

"Hebatnya lagi," Mihing nimbrung, "kalau Ratri lebih tua 5 tahun dari Satriya, tapi kalau Emma lebih muda 5 tahun darinya."

"Kehebatan yang lainnya lagi. Kalau dulu posisinya bisa dikata sebagai 'underdog', tapi kini posisinya justru yang 'top dog'. Dulu pihak yang didikte, sekarang pihak yang mendikte. Keren to?" tambah Tono.

"Pasti dia itu punya azimat pemikat atau ilmu pelet yang ampuh!"

Anton sobat karib Satriya, tidak mau ikut-ikutan berkomentar. Kendati sebenarnya ia kepo banget akan kemujuran sobatnya itu, ia tak mau sembarang berspekulasi. Ia tak mau ber-suudzon apa pun.

Itulah sebabnya, Sabtu pagi hari ini, Anton datang bertamu ke rumah sobatnya itu. Ia ingin dengar penjelasan langsung dari mulut Satriya sendiri. Bahkan kalau perlu, ia ingin berguru padanya, tentang rahasia keberhasilan hidupnya.

Setelah diceritakan oleh Satriya sendiri, Anton akhirnya bisa menyimpulkan, bahwa keberuntungan hidup sobatnya itu, ternyata bukan sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit. Bukan keberuntungan yang instan. Namun yang diperoleh melalui proses kerja keras yang panjang.

Ternyata sebelum ini, Satriya pernah 7 tahun bekerja pada Ratri. Dimulai dari menjadi sopir pribadi sampai akhirnya menjadi orang kepercayaannya. Lompatan status tersebut terjadi karena dia memang layak mendapatkannya. Karena dia seorang pekerja yang jujur, loyal dan total. Plus punya spirit belajar yang tinggi. Sehingga ia berkembang menjadi pribadi yang progresif dan prospektif.

"Sekarang, gua mau nanya tentang kehidupan asmara Abang. Maaf ya, Bang! Setahu gua, Abang gak pernah kelihatan berpacaran. Tapi kok tiba-tiba bisa menikahi Mbak Ratri yang cantik dan berkelas. Itu dulu ceritanya gimana, dan rahasianya apa?"

"Kalau disebut tak pernah pacaran, ya bener juga," jawab Satriya. "Orang gak ada cewek yang mau kupacari. Aku pernah nembak enam cewek, tapi mereka semua menolakku. Itu sakit banget! Bahkan bisa dikata -- 'berdarah-darah'...."

"Tapi kok Mbak Ratri mau terima cinta Abang?" kejar Anton.

"Kalau itu istimewa. Istimewanya, dia yang duluan naksir aku: 'Aku suka kamu Tri. Kalau kamu juga suka, kita bisa segera menikah'."

"Wow...! Saat itu, Abang kaget kagak?"

"Ya jelas kaget dong! Bahkan shock banget! Karena aku sama sekali tak menduganya. Aku sendiri, sedikit pun gak pernah kepikiran untuk naksir dia. Aku sadar posisiku yang cuma pegawainya. Lalu ia beri aku waktu seminggu untuk mikir."

"Setelah berdoa dan berpikir, aku terima 'tawaran cintanya'. Bodoh banget kalau aku sampai menolaknya. Masak nolak wanita secantik dia? Bagiku, Ratri adalah karunia indah dari Tuhan Yesus." Tegas Satriya. Dan Anton pun mengangguk memahaminya.

"Okelah itu yang sudah lewat. Tapi puji Tuhan, sekarang Abang dikaruniai lagi calon penggantinya yang juga cantik banget. Kalau yang ini, prosesnya tentu lebih seru lagi ya Bang? Gimana Bang.......?" Bersamaan itu datanglah Emma ke rumah Satriya membawa sekeranjang kecil buah-buahan.

"Selamat pagi Mas Tri!"

"Selamat pagi Emma! Nih kenalkan....dia Anton sahabatku!" Maka berkenalanlah calon istri Satriya itu dengan Anton. Namun sebentar kemudian, gadis indo cantik itu minta pamit. Karena kedatangannya memang cuma mau antar buah-buahan kesenangan Satriya saja.

"Jangan pulang dulu!" cegahnya, "Anton ini datang ke sini untuk mendengar cerita tentang hubungan kita."

"Mungkin yang Bung pengin tahu, kenapa kok sampe saya mau dilamar oleh Mas Tri yang sudah duda itu kan?" tebak Emma. Anton pun mengiyakan sambil agak malu-malu.

"Saya terima lamarannya, karena Mas Tri-lah yang meluruskan kesesatan pandangan saya tentang Yesus Kristus. Sejak kecil saya memang dibesarkan dalam keluarga yang skeptis terhadap agama. Sebelum ini saya ragu banget dengan keilahian Kristus. Dalam Bible, para rasul-Nya (terutama Paulus) memang menyebutnya sebagai Tuhan. Namun kenapa Yesus sendiri gak pernah mendeklarasikan diri-Nya sendiri sebagai Tuhan? Dia pun setahu saya, gak pernah meminta para murid-Nya untuk menyembah-Nya sebagai Tuhan."

"Lalu apa yang Mbak Emma persoalkan?" tanya Anton.

"Berarti Dia itu memang bukan Tuhan! Tokoh dunia yang hebat, yes! Para pengikut-Nya saja yang bodoh dan mengada-ada. Gak pernah disuruh panggil Tuhan, kok memanggil-Nya Tuhan. Dia gak pernah meminta untuk disembah, kok malah mereka menyembah-Nya."

"Lantas apa sekarang Mbak sudah percaya akan ke-Tuhan-an atau ke-Allahan-an Yesus Kristus?"

"Berkat pencerahan dari Mas Tri, akhirnya saya percaya dan terima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya pribadi...."

"Bukan semata-mata karena aku!" sela Satriya, "tapi Roh Kuduslah yang paling berperan membuka pikiran Emma. Aku hanya menjelaskan apa yang dikatakan Alkitab saja. Dan mendoakannya."

"Yang pengin gua tahu, penjelasan Bang Tri yang mana yang mempengaruhi perubahan pikiran Mbak Emma tentang Kristus?"

Kemudian berceritalah gadis molek itu kepada Anton. Setelah papi dan maminya meninggal dunia bergantian dalam waktu satu semester, ia mulai alami kehampaan dan kegelisahan jiwa. Ternyata skeptisismenya tidak mampu memberi jawaban apa pun bagi kondisi psikologinya. Ia mengalami semacam disorientasi mental.

Lalu ketika ia pindah ke kota ini, Emma mulai mencari teman-teman baru. Caranya, ia bergabung ke sebuah gereja. Pikirnya, di gerejalah ia akan mendapatkan teman-teman yang baik.

Kebetulan gereja tersebut adalah gereja di mana Satriya jadi salah satu anggotanya. Dan Satriya-lah orang pertama yang dikenalnya, sekaligus menjadi teman pertamanya di kota ini. Sekaligus juga teman diskusi yang baik, khususnya tentang kekristenan.

"Inilah hipotesis Mas Tri yang paling mempengaruhiku. Baginya, ada atau tidak pendeklarasian diri secara ekspisit dari Yesus, itu sama sekali tidak mengubah eksistensi-Nya sebagai Tuhan. Dia tetap Allah dari kekal sampai kekal."

"Malah beliau balik menanyai saya: 'Apa ada ayat Alkitab yang menulis pernyataan-Nya, bahwa Dia bukan Tuhan? Dan apa pernah Ia melarang para murid agar mereka tidak menyembah-Nya?' Terus terang waktu itu, aku tertantang banget untuk serius menyelidiki Kitab Suci." Tambah Emma.

"Terus hasil observasi Mbak?" kejar Anton kian kepo.

"Ya memang tidak ada ayat yang seperti itu! Makanya ketika para murid menyebut Yesus sebagai Guru dan Tuhan, Dia tidak menolak atau menyalahkannya. Justru Yesus membenarkannya (Yohanes 13:13). Juga ketika Rasul Petrus mengakui-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup (Matius 16:16), Tuhan Yesus memujinya sebagai orang yang berbahagia. Karena pengakuan imannya itu bukan semata-mata produk logika manusia, melainkan wahyu dari Bapa Surgawi (Matius 16:17)."

"Bahkan ketika akhirnya Tomas percaya pada kebangkitan-Nya, dan menyebutnya: 'Ya Tuhanku dan Allahku!'. Yesus sama sekali tidak menolaknya (Yohanes 20:28-29). "

==(Bersambung)==

Bambang Suwarno -- Palangkaraya, 7 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun