Mirip apanya? Pertama, namanya mirip. Sama-sama bernama depan Emma. Kedua, umurnya sekarang ini sama-sama 30 tahun. Sedang kemiripannya yang mencolok, ialah pada kecantikannya. Bedanya, yang satu "rasa" Bristish murni. Yang satunya ada "rasa" Jawanya.
"Kembali kita kudu angkat topi pada kesaktian otak Satriya!" ujar Iksan pada teman-temannya.
"Emang dia ngapain?"
"Ente belum trima undangannya ya? Dia itu mau kawin lagi, Bro! Dan calon istrinya yang sekarang pun bening banget. Kayak bidadari deh!" puji Asep.
"Hebatnya lagi," Mihing nimbrung, "kalau Ratri lebih tua 5 tahun dari Satriya, tapi kalau Emma lebih muda 5 tahun darinya."
"Kehebatan yang lainnya lagi. Kalau dulu posisinya bisa dikata sebagai 'underdog', tapi kini posisinya justru yang 'top dog'. Dulu pihak yang didikte, sekarang pihak yang mendikte. Keren to?" tambah Tono.
"Pasti dia itu punya azimat pemikat atau ilmu pelet yang ampuh!"
Anton sobat karib Satriya, tidak mau ikut-ikutan berkomentar. Kendati sebenarnya ia kepo banget akan kemujuran sobatnya itu, ia tak mau sembarang berspekulasi. Ia tak mau ber-suudzon apa pun.
Itulah sebabnya, Sabtu pagi hari ini, Anton datang bertamu ke rumah sobatnya itu. Ia ingin dengar penjelasan langsung dari mulut Satriya sendiri. Bahkan kalau perlu, ia ingin berguru padanya, tentang rahasia keberhasilan hidupnya.
Setelah diceritakan oleh Satriya sendiri, Anton akhirnya bisa menyimpulkan, bahwa keberuntungan hidup sobatnya itu, ternyata bukan sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit. Bukan keberuntungan yang instan. Namun yang diperoleh melalui proses kerja keras yang panjang.
Ternyata sebelum ini, Satriya pernah 7 tahun bekerja pada Ratri. Dimulai dari menjadi sopir pribadi sampai akhirnya menjadi orang kepercayaannya. Lompatan status tersebut terjadi karena dia memang layak mendapatkannya. Karena dia seorang pekerja yang jujur, loyal dan total. Plus punya spirit belajar yang tinggi. Sehingga ia berkembang menjadi pribadi yang progresif dan prospektif.