Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Camer Narapidana, Memang Kenapa?

28 Agustus 2020   16:06 Diperbarui: 28 Agustus 2020   16:04 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pengantin itu bagai raja dan ratu sehari? Emoh! Kami tak sudi! Kami mau jadi raja dan ratu selamanya! Ya, itu tekad saya dan Aida, yang akan menikah tiga bulan lagi. Artinya, kami tak mau hanya sukses pada pestanya saja. Melainkan sukses juga, dalam hidup rumah tangga kami selanjutnya. Apa nanti sungguh bisa seperti itu? Saya tidak tahu! Namun, yang terpenting, kami akan berjuang keras untuk menggapainya.

Hari ini, saya hendak ajak Aida untuk booking gedung. Namun, begitu mau tinggalkan rumah, tiba-tiba masuk sebuah panggilan telpon ke ponsel saya. Ternyata dari Mbak Tatik, kakak perempuan saya yang tertua. Kami pun lalu saling memberi kabar masing-masing.

"Aku mau tanya padamu, Do."

"Soal apa Mbak?"

"Soal rencana pernikahanmu."

"Oh, ya? Kenapa?"

"Jadi tiga bulan lagikah?"

"Rencananya memang begitu!"

"Mumpung masih rencana, sebaiknya kamu batalin saja!"

"Dibatalin? Maksudnya?"

"Maksudku, kamu putusin saja hubunganmu dengan Aida itu!"

"Haah, diputusin...apa-apaan.....?" saya kaget bukan alang kepalang.

Kemudian Mbak Tatik menjelaskan alasan-alasannya. Semua keluarga besar kami, selama ini memang telah merestui hubungan saya dengan Aida. Karena selain cantik dan santun, ia  seorang gadis yang cerdas. Saat ini, ia sedang tuntaskan program doktoralnya. Babenya  seorang pengusaha yang cukup terpandang di kota ini. Pendeknya, dari segi bibit, bobot dan bebet, Aida memenuhi kriteria.

Akan tetapi, setelah dua minggu lalu, Pak Pujo divonis bersalah lakukan gratifikasi, kini harus meringkuk sebagai napi di "hotel prodeo". Dampaknya, mereka anggap rencana pernikahan saya, sudah tak layak lagi untuk dilanjutkan. Alasannya demi menjaga marwah dan reputasi keluarga besar kami.

Mbak Tatik juga ingatkan saya, bahwa almarhum ayah kami adalah seorang tokoh rohaniwan yang cukup dihormati di kota ini. Yang selama ini selalu mengibarkan bendera perang terhadap perilaku koruptif. Apa kata dunia, jika seorang penentang koruptor berbesanan dengan narapidana korupsi?

"Mbak, aku samasekali kagak mbela calon mertuaku! Aku justru seneng, kalau beliau dipenjara. Beliau kudu pertanggung-jawabkan semua tindakannya. Sebab kalau bebas, ke depannya, bisa akan makin merajalela korupsinya. Yang salah ya harus seleh! Biarin saja dia meringkuk di sana!"

"Mangkanya, segera putusin saja!"

"Oh, entar dulu, Mbak! Yang salah itu kan Pak Pujo? Kalau sekarang jadi napi, ya biarin! Biar kapok! Namun, Aida itu salahnya apa? Dalam hal itu, ia tidak salah apa-apa. Karena itu, kalau kemudian dia ikut kita hukum; itu jahat banget dan sama sekali kagak fair!"

"Jadi kamu masih terus akan menikahinya?"

"Iya dong! Kan memang itu komitmenku, setelah dua tahun berpacaran dengannya..."

Ponselnya langsung ditutup. Mungkin Mbakyu saya itu kesel.

Mestinya, sebagai seorang sarjana hukum, Mbak Tatik sangat paham akan sebuah adagium dalam hukum pidana: "Lebih baik membebaskan seribu orang bersalah daripada menghukum seorang yang benar." Harusnya beliau sadar, bahwa menghukum orang yang tak bersalah, adalah kesewenang-wenangan hukum yang sangat jahat.

Mestinya mereka bisa memilah dan proporsional. Ke-narapidana-an Pak Pujo adalah satu hal. Dan hubungan saya dengan Aida adalah hal yang lain lagi. Jadi tak bisa dicampur-adukkan begitu saja!

***

Pagi ini, tatkala saya lagi menikmati nasi pecel Madiun di warung langganan saya, ponsel saya berbunyi pertanda ada pesan WA yang masuk. Seusai sarapan, saya buka WA itu. Inilah isinya:

Aku dan kakak-kakakmu yang lain sudah berembug. Intinya kami tak restui rencana pernikahanmu. Jika tetap kamu terusin, kami nggak bisa beri dukungan apapun. Hadir pun tidak. Sebab itu, pikirkan ulang rencanamu itu!  ( Tatiek Atmojo)

Saya tercenung beberapa saat setelah membaca pernyataan sikap seperti itu. Bagi saya, sikap tersebut sangat egois dan arogan. Tanpa memikirkan sedikit pun perasaan saya dan perasaan Aida. Dengan gunakan kesenioritasannya, mereka seenaknya sendiri memaksakan kehendaknya. Saya memang yang paling bungsu. Tapi saya juga sudah dewasa, yang berhak punya pilihan hidup sendiri. Karenanya, saya pasti tak mau didikte dan didesak-desak begitu.

***

Pikiran saya masih teraduk-aduk oleh substansi pesan WA-nya kakak saya tadi. Ketika kusut masai di hati saya belum mereda, tiba-tiba saya dikejutkan dengan kedatangan Pak Tino (salah satu sopir keluarga Pak Pujo).

"Selamat pagi Mas Aldo! Maaf, saya disuruh Neng Aida nyampaiin surat ini pada Mas..." Begitu ulurkan surat pada saya, ia langsung pamit. Lalu langsung saja saya buka surat  itu dan membacanya.

Intinya, Aida mohon maaf pada saya. Karena hari ini ia, mama dan adiknya akan pergi untuk pindah ke kota lain. Artinya, ia putuskan hubungan dan batalkan rencana pernikahan kami. Dan meminta agar saya tak perlu mencarinya lagi.

Surat Aida itu, bagaikan sebuah gempa dasyat yang mengguncang jiwa saya. Saya limbung hebat dan remuk redam. Ibarat sebuah bangunan, saya porak poranda dan luluh lantak! Entah untuk berapa lama saya berada dalam situasi hati seperti itu.

Bayangkan, saya tengah pertahankan mati-matian hubungan  itu, dari intervensi kakak-kakak saya. Namun, tiba-tiba jalinan cinta yang sudah dua tahun kami bangun, dipatahkan sendiri oleh Aida secara sepihak.

***

Tujuh Bulan Kemudian

Selagi saya asyik simak berita-berita di media online, pagi ini, tiba-tiba Pak Tino datang ke rumah saya. Kedatangannya untuk sampaikan pesan Pak Pujo (dari dalam penjara). Pesannya, beliau minta saya untuk membezoeknya di Lapas. Ada hal penting yang mau dibicarakannya dengan saya.

"Aku hanya pengin minta maaf padamu, Aldo!" katanya setelah kami berbasa-basi saat pertemuan kembali yang surprising ini.

"Om kan tak berbuat salah pada saya?"

"Kamu masih ingat nggak, pada bulan pertama saya berada di sini? Kamu kan beberapa kali mengunjungiku ke sini, tapi kan selalu kutolak? Saat itu, kuakui aku jahat banget padamu. Sudah terpuruk, tapi arogan. Maafkan aku ya, Do?"

"Kuminta kamu mau juga maafin Aida! Aku tahu kamu pasti kecewa. Karena dia telah hancurkan niat suci dan harapanmu. Jangan membencinya ya, Do...." Saat katakan itu, saya melihat matanya berkaca-kaca.

Langsung saja saya jawab, bahwa saya sudah lama memaafkannya. Saya sangat paham posisi dan perasaan Aida saat itu. Jadi sama sekali saya tidak membenci apalagi mendendamnya. Mendengar itu, beliau tiba-tiba merangkul saya sambil meneteskan air matanya. Mengherankan! Kenapa beliau menjadi begitu melow seperti itu?

"Namun, jangan kuatir Aldo! Keputusannya yang sepihak tempo hari, itu belum harga mati. Karena ia tidak minta persetujuanku lebih dahulu. Jadi pasti masih bisa dianulir kembali. Karena Om masih anggap kamu sebagai calon menantuku...."

"........................" saya tergugu kelu untuk beberapa saat. Namun, bahagia banget!

Dan saya kian takjub mendengar pengakuannya, bahwa justru di dalam penjaralah ia mengalami pertobatan sejati dan perjumpaan iman pribadi dengan Sang Kristus. Sebelumnya, meski dalam KTP-nya tertulis beragama Kristen, tetapi sesungguhnya selama ini ia belum beriman kepada Tuhan Yesus. Karenanya, sejak remaja sampai setua ini, ia tidak pernah mau ke gereja. Untungnya selama ini, ia mengijinkan istri dan ketiga putra-putrinya aktif ke gereja.

Baru setelah meringkuk di lembaga pemasyarakatan, Om Pujo mulai ikut aktif dalam setiap kebaktian yang diadakan di sana. Bahkan setiap hari, waktunya lebih banyak digunakan untuk membaca Alkitab. Juga rajin ikuti diskusi Alkitab dengan teman-temannya senasib.

"Kenapa sejak dulu aku nggak mau ke gereja? Karena menurutku, iman Kristen itu mengada-ada. Sama sekali tidak logis, dan bahkan konyol. Namun, setelah banyak baca Alkitab di penjara ini, aku bener-bener baru sadar. Bahwa akulah sebenernya yang konyol, ngawur, penuh suudzon dan bebal itu."

"Maaf ya, Om! Menurut Om waktu itu, ajaran Alkitab mana yang paling tidak logis dan konyol itu?"

Lalu dengan semangat beliau menjelaskan. Tuhan kok bisa mati atau mau mati? Itu yang menurutnya sangat tak masuk akal. Kalau faktanya Yesus mati di salib, berarti Dia itu manusia biasa, bukan Tuhan. Karena Tuhan tak mungkin bisa mati. Dan lagi yang mengajarkan atau kukuhkan Yesus jadi Tuhan, itu kan Paulus?

"Maaf ya, Om! Mau tanya lagi, siapa yang mengatakan bahwa Pauluslah yang kukuhkan Yesus menjadi Tuhan?"

"Kata teman-teman Om yang bukan Kristen."

"Masalahnya di situ, Om! Mereka itu melihat Yesus lewat pendekatan logikanya saja. Hasilnya, ya seperti itu! Mestinya rujukan kita hanya pada apa yang Alkitab katakan. Bukan apa kata orang. Karena tiap-tiap orang bisa berbeda-beda pendapatnya. Lalu orang mana yang kita acu? Justru malah membingungkan. Kalau Kitab Suci, kebenarannya itu tunggal. Memang, ayatnya berjumlah ribuan, tapi masing-masing saling mendukung. Saling melengkapi. Koheren. Tidak ambigu atau pun kontradiktif. Jika ada satu ayat yang nampaknya sulit dimengerti. Pasti ada ayat yang lainnya yang bisa menjelaskannya. Dan yang terpenting, berasal dari satu sumber saja, yaitu Allah sendiri."

"Bener banget itu! Setelah di penjara, aku banyak baca Alkitab. Dan selama 7 bulan ini, aku bener-bener telah mendapat iluminasi. Dan semua klaimku tentang Kristus yang sebelumnya sesat itu, akhirnya rontok semuanya."

"Ternyata Keallahan Kristus memang tidak mati. Yang mati adalah kemanusiaan-Nya. Itu pun kemudian Ia bangkit dari kematian-Nya. Artinya Yesus berkuasa atas kematian dan kehidupan. Siapa yang berdaulat atas kehidupan dan kematian? Tuhan Allah sendiri! Artinya Yesus Kristus memang Tuhan dan Allah kita."

"Lalu soal Paulus. Ternyata sebelum Paulus menyebut-Nya Tuhan, Rasul-rasul lainya, sudah menyatakannya. Misalnya, mereka menyebut-Nya Guru dan Tuhan (Yohanes 13:13). Yesus sendiri membenarkan dan mengakuinya. Lalu kredo Tomas sesudah kebangkitan-Nya (Yohanes 20:28). Juga Rasul Yohanes menegaskan, bahwa Sang Firman (yang adalah Allah) telah berinkarnasi menjadi manusia (Yohanes 1:1 & 14). Bahkan saat masih bayi di Betlehem, malaikat Gabriel menyebut-Nya sebagai Tuhan (Lukas 2:11)."

"Bahkan sekitar 740 tahun sebelum itu, nabi Yesaya sudah menubuatkannya: '....dan namanya disebutkan orang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai' (Yesaya 9:5)." Tambah saya.

Calon mertua saya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tampak bahagia sekali. Namun, saya jauh lebih berbahagia lagi. Karena Aida Gayatri, sebentar lagi akan jadi permaisuri saya.

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 28 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun