Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Camer Narapidana, Memang Kenapa?

28 Agustus 2020   16:06 Diperbarui: 28 Agustus 2020   16:04 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mestinya mereka bisa memilah dan proporsional. Ke-narapidana-an Pak Pujo adalah satu hal. Dan hubungan saya dengan Aida adalah hal yang lain lagi. Jadi tak bisa dicampur-adukkan begitu saja!

***

Pagi ini, tatkala saya lagi menikmati nasi pecel Madiun di warung langganan saya, ponsel saya berbunyi pertanda ada pesan WA yang masuk. Seusai sarapan, saya buka WA itu. Inilah isinya:

Aku dan kakak-kakakmu yang lain sudah berembug. Intinya kami tak restui rencana pernikahanmu. Jika tetap kamu terusin, kami nggak bisa beri dukungan apapun. Hadir pun tidak. Sebab itu, pikirkan ulang rencanamu itu!  ( Tatiek Atmojo)

Saya tercenung beberapa saat setelah membaca pernyataan sikap seperti itu. Bagi saya, sikap tersebut sangat egois dan arogan. Tanpa memikirkan sedikit pun perasaan saya dan perasaan Aida. Dengan gunakan kesenioritasannya, mereka seenaknya sendiri memaksakan kehendaknya. Saya memang yang paling bungsu. Tapi saya juga sudah dewasa, yang berhak punya pilihan hidup sendiri. Karenanya, saya pasti tak mau didikte dan didesak-desak begitu.

***

Pikiran saya masih teraduk-aduk oleh substansi pesan WA-nya kakak saya tadi. Ketika kusut masai di hati saya belum mereda, tiba-tiba saya dikejutkan dengan kedatangan Pak Tino (salah satu sopir keluarga Pak Pujo).

"Selamat pagi Mas Aldo! Maaf, saya disuruh Neng Aida nyampaiin surat ini pada Mas..." Begitu ulurkan surat pada saya, ia langsung pamit. Lalu langsung saja saya buka surat  itu dan membacanya.

Intinya, Aida mohon maaf pada saya. Karena hari ini ia, mama dan adiknya akan pergi untuk pindah ke kota lain. Artinya, ia putuskan hubungan dan batalkan rencana pernikahan kami. Dan meminta agar saya tak perlu mencarinya lagi.

Surat Aida itu, bagaikan sebuah gempa dasyat yang mengguncang jiwa saya. Saya limbung hebat dan remuk redam. Ibarat sebuah bangunan, saya porak poranda dan luluh lantak! Entah untuk berapa lama saya berada dalam situasi hati seperti itu.

Bayangkan, saya tengah pertahankan mati-matian hubungan  itu, dari intervensi kakak-kakak saya. Namun, tiba-tiba jalinan cinta yang sudah dua tahun kami bangun, dipatahkan sendiri oleh Aida secara sepihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun