"Kehilangan apa Bang?"
"Kehilangan peluang menjadi orang kaya, terkenal dan terhormat...."
"Aku sama sekali enggak nuntut itu semua, Bang..."
"Cintaku kepadamu dan cintaku kepada diriku sendiri yang menuntut itu. Karena cinta tanpa mimpi akan seperti gombal yang nglimpruk. Tuna harga diri, dan sama sekali tak bermartabat!"
"Terserah Abang sajalah......."
Sesungguhnya Sardhaniati (biasa dipanggil Ani) sama sekali tak setuju dengan rencana kepergian kekasihnya itu. Apalagi ke kota yang cukup jauh, dan untuk satu misi yang belum sepenuhnya dipahaminya. Namun, Ani tak mau berdebat. Selain tak pintar, kalau dipaksakan pasti akan mubazir. Siapa yang sanggup mencegah Drimorio? Kalau pemuda itu sudah kerasukan idealismenya; atau sedang dilambungkan oleh mimpinya, segala upaya menghentikannya akan sia-sia saja.
            ***
Sesampai di kota paling selatan itu, Drimorio segera bertemu dan berkenalan dengan beberapa orang pendatang yang bertujuan sama dengannya.
"Apakah Anda juga akan mengikuti sayembara?" Tanya Drimorio pada seorang pria.
"Ya."
"Apa betul pemenangnya akan dijadikan menantu Prabu Agung?"