Mohon tunggu...
Bambang Iman Santoso
Bambang Iman Santoso Mohon Tunggu... Konsultan - CEO Neuronesia Learning Center

Bambang Iman Santoso, ST, MM Bambang adalah salah satu Co-Founder Neuronesia – komunitas pencinta ilmu neurosains, dan sekaligus sebagai CEO di NLC – Neuronesia Learning Center (PT Neuronesia Neurosains Indonesia), serta merupakan Doctoral Student of UGM (Universitas Gadjah Mada). Lulusan Magister Manajemen Universitas Indonesia (MM-UI) ini, merupakan seorang praktisi dengan pengalaman bekerja dan berbisnis selama 30 tahun. Mulai bekerja meniti karirnya semenjak kuliah, dari posisi paling bawah sebagai Operator radio siaran, sampai dengan posisi puncak sebagai General Manager Divisi Teknik, Asistant to BoD, maupun Marketing Director, dan Managing Director di beberapa perusahaan swasta. Mengabdi di berbagai perusahaan dan beragam industri, baik perusahaan lokal di bidang broadcasting dan telekomunikasi (seperti PT Radio Prambors dan Masima Group, PT Infokom Elektrindo, dlsbnya), maupun perusahaan multinasional yang bergerak di industri pertambangan seperti PT Freeport Indonesia (di MIS Department sebagai Network Engineer). Tahun 2013 memutuskan karirnya berhenti bekerja dan memulai berbisnis untuk fokus membesarkan usaha-usahanya di bidang Advertising; PR (Public Relation), konsultan Strategic Marketing, Community Developer, dan sebagai Advisor untuk Broadcast Engineering; Equipment. Serta membantu dan membesarkan usaha istrinya di bidang konsultan Signage – Design and Build, khususnya di industri Property – commercial buildings. Selain memimpin dan membesarkan komunitas Neuronesia, sekarang menjabat juga sebagai Presiden Komisaris PT Gagasnava, Managing Director di Sinkromark (PT Bersama Indonesia Sukses), dan juga sebagai Pendiri; Former Ketua Koperasi BMB (Bersatu Maju Bersama) Keluarga Alumni Universitas Pancasila (KAUP). Dosen Tetap Fakultas Teknik Elektro dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Surapati sejak tahun 2015.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Indonesia Women's Resilience: Sukses di Masa Pandemi bersama Masyarakat Perempuan 5.0

11 Juli 2022   11:55 Diperbarui: 13 Juli 2022   23:42 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community

Senin, 11 Juli 2022. Pada akhir tahun yang lalu, saat pandemi COVID-19 masih berlanjut, penulis bersama seorang sahabat perempuan senior yang sukses berkarir di bisnisnya, pernah merencanakan mengadakan suatu acara hibrid; serial webinar dan seminar offline membawakan topik seperti pada judul tulisan ini. Salah satu tujuan diskusi topik ini adalah ingin menyadarkan kembali betapa pentingnya peranan perempuan di balik perubahan global yang terus terjadi. Salah satu satu kutipannya di dalam proposal tersebut; "Sadarkah Perempuan bahwa Perubahan terus terjadi dan semakin cepat terjadinya".

Seperti kita ketahui bersama; perubahan terus terjadi dan semakin cepat terjadinya. Linkungan bisnis terdisprusi oleh perubahan. Terutama disrupsi teknologi, khususnya teknologi informasi digital sangat memengaruhi perubahan lingkungan bisnis hampir di seluruh sektor industri. Agar perusahaan tetap sukses dalam menjalankan bisnis dan untuk kemajuan bangsa ini di atas perubahan tadi, dibutuhkan kepemimpinan yang tangguh. Termasuk potensi kepemimpinan perempuan Indonesia.

Perubahan yang semakin cepat dan terus terjadi itu selalu bergejolak (volatility), penuh ketidakpastian (uncertainty), sangat rumit (complexity), dan membingungkan (ambiguity). Dikenal dengan istilah 'Dunia yang VUCA'. Istilah VUCA dipergunakan pertama kali pada tahun 1987, berdasarkan teori kepemimpinan Warren Bennis dan Burt Nanus (Wefald and Katz, 2011). US Army War College memperkenalkan konsep VUCA untuk menggambarkan dunia multilateral yang lebih tidak stabil, tidak pasti, kompleks, dan membingungkan yang dianggap sebagai akibat dari akhir Perang Dingin (U.S. Army Heritage and Education Center, 2019). Kemudian pada tahun 2018 Prof. Ian C. Woodward dari Insead menambahkan huruf 2 D menjadi D-VUCAD; disrupsi dan diversity (Woodward, 2018).

Masyarakat Perempuan 5.0

Dame Shellie Hunt pada situs women powered global, menyampaikan kepada kaum perempuan;  "You are a Citizen of Global Change. You're  the change the world is waiting for". Perempuan adalah warga perubahan global. Melalui perempuan diharapkan adanya suatu perubahan positif yang ditunggu-tunggu dunia. Kira-kira seperti itu makna dari kalimatnya.

Disrupsi Teknologi seperti pada  big data, kecerdasan buatan (artificial intelligence), pembelajaran mesin (machine learning), internet of things (IoT), blockchain, mobil otonom, dan printer 3D mengubah semua aspek kehidupan kita dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Kaum perempuan bukan saja hanya perlu beradaptasi, tetapi juga harus mampu mengelola transformasi yang dibawa oleh teknologi ini. 

Dari sini lah dimulai kisah Masyarakat Perempuan 5.0. Kehidupan masyarakat 5.0 atau society 5.0 merepresentasikan 'masyarakat yang super cerdas' yang telah kita capai sebagai umat manusia mengikuti tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu; pemburu-pengumpul (society 1.0), agraris (society 2.0), industri (society 3.0) dan masyarakat informasi (society 4.0).

Society 5.0 merupakan visi mencapai masyarakat teknologi yang berfokus pada manusianya (human-centered society), di mana setiap individu dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini merupakan suatu bahasan terkait bagaimana memperkuat hubungan antara sains dan teknologi di satu sisi, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif serta berkelanjutan di sisi lainnya. Bertujuan untuk memastikan bahwa teknologi bukanlah sesuatu yang menakutkan terjadi pada kita, tetapi merupakan sesuatu yang kita gunakan untuk melayani kebutuhan dan keinginan kita.

Visi ini dikemukakan oleh Jepang, dan disebut 'masyarakat pintar' atau masyarakat super-pintar (super smart society). Lambat laun atau cepat, kita akan hidup berdampingan dengan teknologi, dan bekerja sama dengan robot yang semakin mirip manusia dengan kecerdasan buatan, serta kemampuan pembelajaran mesin telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Semakin akrab kita dengan teknologi. Selama pandemi yang kita lewati, telah membuktikan betapa dekatnya kehidupan kita sehari-hari dengan teknologi. Pandemi menjadikan guru terbaik kita 'memaksa' bertransformasi teknologi lebih cepat (khususnya teknologi informasi). Sementara perempuan memegang peranan penting di balik ini semua. Selain untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pribadinya dalam bekerja sehari-hari, mengurusi rumah tangga, bersosialisasi dan beraktivitas lainnya. Mereka juga yang memastikan terselenggaranya proses pembelajaran jarak jauh untuk anak-anak kita sehingga dapat berlangsung sukses dan lancar. Serta membantu menciptakan dan menjaga situasi kondisi yang kondusif bagi suaminya bekerja dari rumah (work from home). 

Di dalam masyarakat 5.0, integrasi robot terus meningkat dengan produksi akan sangat memengaruhi masa depan pekerjaan. Robotika canggih akan melayani umat manusia di banyak bidang. Misalnya, robot dengan kecerdasan buatan dan sistem pengenalan gambar akan membantu ahli bedah untuk meningkatkan kinerja mereka selama operasi. Di sisi lain, kecerdasan buatan (AI) dan robotika akan menyebabkan beberapa pekerjaan menjadi hilang dan memunculkan pekerjaan baru, menciptakan risiko pengangguran untuk pekerjaan dengan keterampilan rendah dan menengah melalui otomatisasi. Akan menjadi tantangan tersendiri bagi umat manusia agar dapat mempertahankan mata pencaharian dengan sumber daya keuangan yang memadai sampai dengan meningkatkan keahlian serta kompetensi orang-orang tersebut dan menciptakan peluang kerja baru bagi mereka.

Tidak ada solusi dan jawaban yang mudah terkait penciptaan lapangan kerja baru serta bagaimana menghadapi konsekuensi ekonomi dan sosial dari robotisasi seperti kemungkinan pengangguran massal dan migrasi. Kepedulian terhadap masa depan pekerjaan ini hanyalah merupakan salah satu aspek dari visi Society 5.0, akan tetapi sangat relevan bagi perempuan. Kekhawatiran kita ini dapat diubah menjadi peluang dengan meningkatkan kualitas pendidikan berkat kemajuan teknologi. Kita dapat mempopulerkan sarana akses informasi yang tidak bergantung pada ruang dan waktu melalui praktik pendidikan jarak jauh. Itulah mengapa visi Society 5.0 menjadi sangatlah penting.

Selanjutnya bila kita bertanya dari "Masyarakat Perempuan 5.0 apa yang memungkinkan?" dalam kehidupan kita dan perempuan, dapat diberikan banyak contoh. Society 5.0 memang memungkinkan kita mengoptimalkan proses manufaktur dan logistik sesuai dengan tren konsumen, menyediakan produk yang sangat fungsional dengan biaya relatif lebih rendah. Rak pintar di supermarket mengirimkan data permintaan ke jalur produksi di pabrik menghilangkan produksi yang boros. Staf medis mendeteksi penyakit lebih cepat dan menerapkan pengobatan optimal dengan menggunakan big data. Dalam waktu dekat, penyebaran kendaraan swakemudi akan mampu mengurangi kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.

Teknologi identifikasi biometrik akan memungkinkan pembelian tanpa uang tunai dan tanpa kartu di mana pun di dunia. Teknologi transformatif yang menghubungkan berbagai layanan dan perusahaan dengan data ini juga menciptakan peluang bisnis baru. Namun peluang yang ditawarkan oleh Society 5.0 ini dapat dimanfaatkan sepenuhnya jika kita berhasil dalam kesetaraan gender. Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya tidak hanya perlu memastikan bahwa pendidikan dan pelatihan kejuruan memberikan keterampilan yang tepat dibutuhkan masyarakat di masa depan, tetapi juga perlu memperhatikan masalah distribusi.

Menutup kesenjangan teknologi gender adalah isu prioritas untuk Society 5.0. Studi terbaru menunjukkan bahwa jika masyarakat perempuan 5.0 tidak siap untuk bekerja dengan robot melalui peningkatan keterampilan dan keterampilan ulang, kesenjangan gender dapat menjadi lebih buruk. Kita perlu memanfaatkan semua cara yang tersedia untuk meningkatkan akses perempuan terhadap teknologi, mengendalikan, dan kemampuan untuk menciptakan dan membentuknya (Dr. Yildiz Tugba, 2020).

Pendidikan STEM (science, technology, engineering, mathematics) dan IT (information technology), serta  literasi digital bagi anak-anak perempuan merupakan salah satu bagian besar darinya. Kita harus bergabung untuk menawarkan lebih banyak perempuan percaya diri dan kursus pengembangan keterampilan di samping kelas komputer. Meningkatkan kepercayaan diri perempuan merupakan bagian dari menaikkan ketangguhan mental perempuan, atau meningkatkan kapasitas mental perempuan. Kita harus berinvestasi dalam pekerjaan yang membantu memberdayakan anak perempuan dan perempuan dewasa untuk mengejar peluang di bidang yang terkait dengan STEM.

Mungkin ada kesulitan yang signifikan, tetapi jika kita menggunakannya dengan baik, disrupsi teknologi bahkan memperkuat tangan kita. Berkah teknologi menawarkan peluang penting untuk 'melompati' dan memberikan beberapa 'jalan pintas' bagi negara-negara berkembang untuk mencapai tingkat pembangunan dan kesejahteraan yang lebih tinggi. Menurut Dr. Yildiz e-commerce atau electronic commerce adalah contoh nyata bagaimana masyarakat dapat menggunakan teknologi secara cerdas dengan visi Society 5.0. E-commerce sangat relevan bagi perempuan yang menjalankan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), karena menawarkan fleksibilitas untuk menyeimbangkan bisnis, rumah, dan keluarga mereka. Hal ini merupakan penangkal ampuh untuk diskriminasi, yang sering kali merupakan hasil dari bias yang tidak disadari dan ditemukan dalam bisnis konvensional.

E-commerce bertindak sebagai akselerator bisnis kecil yang nyata. Saat ini, bahkan 'penjual sosial' satu orang dapat berjalan sebagai entitas global berkat semakin tersedianya alat digital murah. Ekosistem e-commerce yang berkembang pesat, yang mencakup pasar lintas batas, gateway pembayaran, dan logistik online, membantu mengurangi hambatan perdagangan lintas batas. Oleh karena itu, pemerintah, sektor swasta, program bantuan dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk meningkatkan akses perempuan ke pasar online, pengetahuan, keterampilan dan keuangan.

Bila dipetik intisarinya; Society 5.0 menawarkan peluang besar bagi perempuan di negara berkembang terutama bagi perempuan Indonesia.

Manfaatkan peluang ini dengan kekuatan transformatif kewirausahaan perempuan yang dapat membantu mempercepat penciptaan kekayaan dan pengurangan kemiskinan. Melalui tulisan ini, bermaksud menstimulus agar dapat menyatukan pikiran dan bertanya pada diri sendiri, bagaimana kita bisa membentuk masa depan yang lebih baik. Kolaborasi antara industri, pemerintah, masyarakat sipil dan akademisi menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Arti Kebahagiaan Bagi Perempuan

Sebelum kita melajutkan pembahasaan lebih dalam, mungkin ada baiknya kita mencoba menjawab pertanyaan berikut untuk memahami dan mendefinisikan kembali; 'apa arti kebahagiaan bagi perempuan?' Dikutip dari situs fimela.com ada delapan definisi bagi perempuan (a happy life includes finding joy in small things). Kebahagian yang dimaksud dengan; berkumpul bersama orang-orang terdekat, menyelesaikan pekerjaan, menerima diri sendiri, memiliki agama dan kepercayaan, kebebasan pribadi, memiliki mimpi, kesehatan yang baik, dan kecukupan materi. Sedangkan menurut seorang ilmuwan kognitif; Prof. Laurie Renee Santos dari Universitas Yale, ada tujuh cara menjadi lebih bahagia (7 rewirements). Mengingatkan bahasan-bahasan penulis sebelumnya, terkait rewiring our brain.

Pertama, mencoba berbicara dengan orang asing, berusaha membuat hubungan sosial. Penelitian menunjukkan bahwa hal-hal yang dapat kita lakukan dengan membuat hubungan sosial seperti berbicara dengan seseorang yang sejalan dengan kita di cafe, atau seseorang yang berada di dekat kita dalam perjalanan menggunakan transportasi publik. Kedua, bermeditasi, banyak bukti ilmiah menunjukkan bahwa meditasi memiliki sejumlah dampak positif. Meditasi dapat membantu kita meningkatkan konsentrasi tidak hanya saat sedang bermeditasi tetapi bahkan setelah itu. Tetapi yang lebih penting dengan bermeditasi dapat meningkatkan suasana hati kita. Meditasi adalah teknik yang dapat membantu kita menghentikan pikiran mengembara tindakan, memikirkan semua hal lain yang tidak terjadi di sini dan tidak terjadi sekarang. Ketiga, kurangi jumlah pilihan kita. Kita sering berpikir dengan memiliki lebih banyak pilihan membuat kita lebih berbahagia. Ternyata tidak demikian, sebaliknya direkomendasikan untuk membatasi pilihan kita, karena akan meningkatkan kebahagiaan atau kesejahteraan kita lebih dari yang diharapkan.

Keempat, kurang fokus pada tujuan akhir. Setiap kali kita terjebak dalam external reward ke dalam aktivitas yang kita nikmati, membuat kita kurang menikmati aktivitas tersebut. Kecil kemungkinannya kita akan melakukan suatu aktivitas bila tidak ada hadiahnya. Seperti ada yang hilang, sehingga mengurangi kebahagiaan kita. Kelima, hubungi teman. Kita sering lupa bahwa lima menit berlalu dengan sangat cepat.  Diperlukan bagaimana caranya untuk segera terhubung kembali dengan seseorang yang kita sayangi. Bila hal itu sering kita lakukan, maka akan mampu meningkatkan suasana hati kita secara luar biasa. Serta akan membantu mengurangi kesepian kita, dengan hanya membuat kita merasa selalu terhubung dengan orang-orang yang benar-benar kita sayangi. Keenam, selalu membuat jurnal bersyukur. Melalui penelitian menunjukkan; bahwa mencatat 3-5 hal yang kita syukuri setiap malam, secara statistik dapat meningkatkan kebahagiaan kita dalam waktu 2 minggu ke depan. Ketujuh, tidur yang cukup. Jika kita ingin merasa lebih baik secara mental, dan merasa lebih baik secara fisik, kita perlu menutup dan memejamkan mata, kita butuh tidur yang cukup! Jumlah yang disarankan adalah 7-8 jam setiap malamnya. Tidur yang baik jika kita melakukannya dengan mempersiapkan kebersihan dan menyingkirkan ponsel sebelum tidur. Tidur pada jam yang sama setiap malam juga dapat  meningkatkan mood kita beraktivitas.

Dari perspektif neurosains, saat kita merasa baik, otak kita akan melepaskan salah satu bahan 'kimia bahagia', yaitu: dopamin, serotonin, oksitosin, atau endorfin. Maunya sih kita menginginkan perasaan bahagia ini sepanjang waktu. Akan tetapi bahan-bahan kimia tersebut tidak diciptakan Allah SWT tanpa alasan. Mereka dirancang untuk menghargai kita dengan perasaan yang lebih baik, ketika kita melakukan suatu perbuatan yang baik, demi keberlangsungan hidup kita. Otak pikiran kita mendefinisikan keberlangsungan hidup dengan cara yang aneh, itulah sebabnya kita semua melakukan hal-hal unik untuk merasakan menjadi lebih baik. Bahan-bahan kimia bahagia tadi diwarisi dari mahluk hidup mamalia sebelumnya, dan kita dapat mengendalikannya dengan struktur otak. Bahwa semua mamalia memiliki kesamaan. Otak mamalia tidak dapat memberi tahu kita dengan kata-kata mengapa mengaktifkan bahan kimia tersebut, tentunya karena tidak bisa memproses bahasa.

Ketika kita tahu apa saja yang dapat mengaktifkan pada hewan, semuanya jadi masuk akal. Misalkan lonjakan dopamin pada monyet, saat melihat buah bisa mencapai masing-masing, selangkah lebih dekat ke hadiah (reward) sehingga otaknya terangsang untuk lebih banyak memproduksi dopamin. Tetapi kegembiraan dan kegembiraan dopamin berhenti, ketika kita memperoleh apa yang kita lihat, karena telah melakukan tugasnya, maka kita harus berbuat lebih banyak untuk mendapatkan lebih banyak. Semburan dopamin masa muda kita, membangun jalur kebiasaan pikiran kita (neural pathways) yang memberi tahu bagaimana cara mengaktifkannya hari ini. Neural pathways tersebut membantu nenek moyang kita bertahan hidup di dunia yang keras, dan hari ini mereka membantu kita menemukan imbalan dengan cara yang sesuai sebelumnya.

Kita bisa membangun jalur dopamin baru untuk mengaktifkannya dengan cara yang baru, tapi butuh banyak pengulangan atau repitisi. Serotonin, oksitosin, dan endorfin memiliki tugasnya masing-masing. Setiap gelombang membangun neural pathway yang memberitahu untuk mengharapkan perasaan yang lebih baik dengan cara yang sama. Setiap semburan sangat singkat sehingga kita selalu harus melakukannya lebih banyak untuk memperoleh lebih banyak. Otak kita berevolusi untuk meningkatkan kelangsungan hidup, bukan untuk membuat kita merasa lebih baik, tidak ada yang salah dengan kita. Kita senang karena bahan kimia tidak dirancang untuk digunakan sepanjang waktu. Ada pasang surut dan itu sangat wajar, tetapi kita dapat membangun pathways atau jalan-jalan pikiran kebiasaan baru, to enjoy more happy chemicals in new and healthy wise.

"A true woman is the one 

Who lives her life to the fullest

A true woman is the one

Who always have that pace

Like you are the one to look up to

A true woman you are so true

You are one in few

Wishing you a happy Women's day!"

[WishAFriend.com]

Akses Potensial Otak Perempuan

Perubahan memang tidak dapat dikelola lagi dengan baik. Tetapi yang lebih penting bagaimana cara kita menyikapinya. Otak manusia dianugerahkan untuk selalu dapat beradaptasi, memiliki kemampuan otak untuk terus berubah. Otak manusia memiliki energi yang sangat kuat, efisien, yang bisa secara mandiri memahami berbagai proses yang terjadi di dalam dirinya, dan demikian pula secara mandiri dapat memperbaiki jika terjadi kesalahan. Konsep neuroplastisitas menjelaskan kemampuan otak untuk terus berubah dan beradaptasi (Peterson, 2012).

Untuk menggali dan mengakses potensial otak perempuan, pertama kita harus mengenal dan memahami kecenderungan perbedaan otak pria dan perempuan, baik secara struktur maupun fungsi. Otak pria dan perempuan pada dasarnya awalnya sama. Sama-sama memiliki potensi yang dahsyat. Setiap otak manusia yang baru lahir diberikan jumlah sama banyaknya, yakni; 130 milyar neurons, atau sel-sel otak yang berlistrik. Kemudian demi efisiensi akan terus pruning sehingga menjadi 86 s/d 100 milyar. Jumlah tersebut di luar 'sel-sel otak pembantu' yang dikenal dengan sebutan 'neuroglia'. Kapasitas otak berpikir dikatakan hampir-hampir tak terbatas. Karena neural pathways yang dijelaskan sebelumnya terbentuk dari sinap-sinap (synapses) atau sambungan antar neurons tadi. Satu neurons memiliki peluang untuk membuat lebih 10.000 sinaps koneksi. Artinya jumlah total sinaps yang bisa terjadi sangat besar, triliunan! Kumpulan jalur-jalur pikiran kebiasaan (neural pathways) disebut connectome. Hasil penelitian-penelitian yang pernah ada mendukung bahwa tidak ada satu connectome otak manusia yang sama. Every brain is unique (Sebastian Seung, 2012).

Ilmuwan bersepakat bahwa setiap manusia dapat dipintarkan, dengan rajin-rajin melatih diri membuat sinap-sinap (menyambung-nyambungkan titik-titik sel otak tadi) dan neural pathways kebaikan sebanyak mungkin, dan menebalkannya. Kajian neurosains terkait penelitian otak jenazah Albert Einstein yang awalnya dianggap 'dicuri' oleh Thomas Stoltz Harvey seorang American Pathologist, pada tahun 1955. Berdasarkan wawancara yang dilakukan 33 tahun kemudian (1988), menurut pengakuannya; beliau meneliti demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia ke depannya, yang mengungkap anatomi fisik otaknya seperti apa. Salah satu hasil temuan pentingnya; ternyata berat dan volume otak Eisntein di bawah rata-rata otak manusia pada umumnya. Namun, area putih di dalam otak jenius ini sangat kusut dan rumit, yang menunjukkan jumlah synapses dan pathways yang sangat kompleks.

Walau fungsi dan struktur organ otak pria dan perempuan memiliki kecenderungan yang berbeda, namun secara garis besar cara kerja otak adalah sama. Di dalam otak pria memiliki neural pathways kebiasaan atau sifat keperempuan, dan sebaliknya. Pola berpikir dan berperilaku setiap manusia pada umum dibedakan dari sifat turunan cetak biru genetika orang tua dan kombinasi dengan pengalaman hidupnya setelah lahir ke dunia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya (Geil Browning, 2015).  Lingkungan dimaksud tidak hanya kedua orang tua dan orang-orang terdekat serta lingkungan masyarakatnya, tapi juga kebiasaan makan dan minumnya, cuaca, tempat dia tinggal - seperti di daerah pegunungan atau pantai, di daerah tropis atau sub tropis, dan masih banyak faktor lainnya yang memengaruhi.

Beberapa kajian neurosains terkait perbedaan fisik dan fungsi otak masih terus berkembang. Kecenderungan perbedaan-perbedaan dimaksud seperti; bisa saja white matter area atau area putih otak perempuan lebih tebal (ketimbang grey matter area di cortex tempat berkumpulnya soma atau badan sel-sel otak berkumpul), atau karena sirkuit otak di sistem limbik (sub cortical) lebih aktif, sehingga membuat sambungan-sambungan sinapsnya di area putih lebih kompleks. Menjadi kekuatan perempuan dalam kemampuannya mengingat, beperasaan, kepekaan, dll. Jangan dilihat otak perempuan seakan-akan lebih emosional (aktivitas amygdala), akan tetapi lebih dahsyat bila kita melihat dari sudut pandang kekuatan otak limbik (smart-limbic system). Bersamaan melatih otak PFC meregulasi pikiran tersebut.

Begitu pula corpus callosum yang menghubungkan kedua hemisphere otak perempuan jumlahnya lebih banyak atau lebih besar kecepatan 'bandwith'-nya, karenanya kecenderungan kemampuan dan kebiasaan berpikirnya (neural pathways) lebih holistik dan seakan-akan lebih multi-tasking. Bisa menjadi suatu kekuatan tersendiri dari segi kepemimpinan secara holistik dan inklusif. Begitu pula, alasan beberapa perusahaan menunjuk perempuan menjadi CEO (chief executive officer) atau menjadi pemimpin dalam organisasi lainnya. Walau dalam proses pengambilan keputusan sebenarnya tidak ada yang paralel dilakukan secara bersamaan. Proses komunikasi datanya antar limbik dan PFC (prefrontal cortex) lebih secara sequential, atau berurutan.

Kecenderungan-kecenderungan fungsi otak perempuan yang lebih detil, lebih teliti dan lebih telaten, serta lebih sabar (slow thinking) menjadi kekuatan-kekuatan tersendiri, walau masih banyak perlu penelitian-penelitian lebih lanjut. Perbedaan-perbedaan secara kimia seperti produksi dan peredaran chemicals flow di kepala (neurotransmitter, hormon, enzim, dll), seperti; estrogen, testosteron, oksitosin dan vasopressin. Serta kecenderungan ukuran fisik organ-organ struktur otak seperti; hippocampus, amygdala, locus coeruleus-noradrenergic system dan lain-lain.

Diperlukan juga penelitian lebih lanjut terkait proses pengambilan keputusan dan berpikirnya otak pria dan perempuan, bagaimana studi dan analisis komparasinya. Khususnya terkait 3 sirkuit jaringan otak yang terlibat dalam pengambilan keputusan; default mode network, salience network, dan central executive network.

Memaksimalkan Kinerja dan Peranan Perempuan

Di Indonesia sudah banyak perempuan menempati posisi penting dan telah membuktikan kinerjanya. Baik sebagai pimpinan perusahaan (CEO) di BUMN atau pun perusahaan swasta. Bahkan tidak main-main, posisi menteri keuangan saat ini masih diduduki oleh perempuan. Salah satu lembaga yang sangat krusial tentunya, perempuan terbukti dapat menjalankan fungsi dan peranannya. Bagaimana kajian neurosainsnya? Bila aktivitas sirkuit otak limbik para kaum perempuan lebih aktif dibandingkan pria, dengan menggunakan logika sederhana hukum kekekalan energi, bisa jadi aktivitas jaringan sirkuit yang melibatkan organ PFC (prefrontal cortex) yang menjalankan fungsi eksekutif menjadi lebih berkurang.

Namun dengan konsep neuroplastisitas semuanya bisa dilatih. Tidak ada yang fixed  dan given. Neurons that fire together wire together, if we don't use it we lose it. Kalimat pertama ini telah menjadi pepatah, yang telah disampaikan sejak tahun 1949 oleh seorang neuropsychologist; Donald Olding Hebb. Beliau digambarkan juga sebagai bapak ilmu neuropsikologi. Namun, sebuah makalah yang diterbitkan baru-baru ini di Neuron menunjukkan bahwa; selain kesamaan respons, target proyeksi juga membatasi konektivitas lokal (Kim, dkk., 2018). Aplikasi konsep neuroplasticity dalam pengertian proses pembelajaran (learning, unlearning, relearning), bahwa; dengan mencoba melakukan (creating new synapses) dan repetisi pengulangan yang menebalkan neural pathways, otak kita mampu beradaptasi dan tidak membedakan gender apakah dia pria ataupun perempuan.

Disrupsi teknologi dan pandemi COVID-19 hanya merupakan sebagian dari perubahan itu sendiri. Dengan kelebihan yang memiliki kemampuan bandwith koneksi antar belahan otaknya tadi lebih besar dibanding pria, kaum perempuan memiliki keunggulan lebih fleksibel dalam berpikir kognitif dalam menyikapi perubahan. Mereka terus akan membuka diri terhadap perubahan dan senantiasa berpikiran bertumbuh. Unlock your brain dan rewiring your brain menjadi sangat akrab di kuping perempuan. Kemampuan mereka berdigital seperti digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture dengan sabar dan uletnya secara terus menerus mau beradaptasi dengan meluangkan lebih banyak waktunya untuk membaca. Sementara literasi baca merupakan basis atau kata kunci suksesnya untuk meningkatkan literasi digital. Mereka menjadi contoh tidak hanya kepada kaumnya saja, namun juga kepada keluarganya, tim yang dipimpin, maupun orang-orang yang berada di sekitarnya.

Dalam menghadapi perubahan yang terus terjadi dan semakin cepat terjadinya, perempuan tetap lebih tenang menyikapinya dan relatif lebih cepat beradaptasi.

Peran perempuan dalam perubahan menjadilah sangat vital. Aslinya atau sifat dasar otak mereka menyukai perubahan atau menyukai hal-hal yang baru (novelty). Sehingga sering disebut; perempuan adalah kunci perubahan! Namun anehnya mereka juga akan mudah menjadi stress manakala terlalu banyak perubahannya. Karena otak kita menyukai sesuatu yang dikenal (familiarity) dan mencintai simplicity. 

Sebagian besar dari kaum perempuan dalam menghadapi perubahan yang bergejolak selama memasuki pandemi kemarin, mereka tidak panik karena bagi mereka mengenali pandemi ini sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu, walau jenis virusnya saja yang berbeda. Mereka dengan tekun mempelajarinya dari internet dan berita, melalui media sosial dan konvensional serta para narsum dan pakar di bidangnya. Sehingga mereka juga berkeyakinan bahwa pandemi dapat diperkirakan tidak akan terjadi di sepanjang masa. Mereka hanya membutuhkan arahan perubahan ini dan membagikannya kepada orang-orang di sekitarnya sebagai pengaruh positif. Mereka mulai khawatir bila tidak ada kepastian atau sinyal-sinyal indikasi bahwa pandemi ini akan segera berakhir. Walau mengenalnya, mereka hanya perlu waktu untuk memahami cara pencegahan dan penanganan secepatnya saat terjangkit atau dinyatakan positif. Bagi sebagian perempuan ada juga yang merasakan dan melihatnya pandemi sebagai sesuatu yang asing, namun berkeyakinan bisa diramalkan dan akan ada akhirnya. Dengan sabar dan telaten mereka mencoba menguraikan permasalahan yang menimbulkan keresahan satu per satu. Mereka membutuhkan clarity untuk meyakinkan tim dan orang-orang terdekatnya. Namun sebagian kaum perempuan yang kebingungan juga akan segera dapat ditenangi sesama kaum perempuan lainnya. Mereka belajar bagaimana memiliki sikap yang agile dalam menyikapi segala perubahan yang sedang dan akan terjadi.

Dalam konteks memimpin atau berhubungan dengan individu lainnya, seperti bermedia sosial, kaum perempuan lebih banyak mengharapkan feedback atau tanggapan. Mereka akan lebih senang bila kolom komentar terisi. Akan menjadi sedih bila berjam-jam atau berhari-hari tidak ada yang menyapanya, tidak ada yang mengomentari atau memberikan tanggapan. Tidak ada yang like atau memberikan jempol, tidak ada yang memberikan penanda love atau menyukai, dan tidak satupun orang yang merespon dengan tulisan (texting) dan gambar (image), serta video pendek ataupun gambar bergerak (gif). Namun uniknya mereka juga akan stress dan marah bilamana memperoleh tanggapan atau komentar namun yang destruktif menyakitkan hati, atau tidak konstruktif.

Beberapa ciri yang perlu dipertimbangkan bahwa otak perempuan pun menyukai reward, dan aslinya malas serta netral. Malas dan netral dari sudut pandang yang positif merupakan bagian dari efisiensi listrik otak bekerja. Sedangkan jalur penghargaan otak (baca juga reward dopamine pathway, dopaminergic reward system, dan mesolimbic pathway) terhubung ke area otak yang mengendalikan perilaku dan ingatan. Proses ini dimulai di area tegmental ventral, di mana neuron melepaskan dopamin untuk membuat perempuan merasakan kesenangan. Otak mulai membuat hubungan antara aktivitas dan kesenangan pada NAc (nucleus accumbens), yang sering dikenal dengan sebutan 'pusat kesenangan' atau pleasure center. Kemudian melalui pemaknaan di mPFC (medial prefrontal cortex) memastikan bahwa mereka perempuan akan mengulangi perilaku tersebut. Jenis dan besar reward yang dibutuhkan akan berbeda-beda di setiap jenjang karir perempuan.

Di dalam suatu penelitian ditemukan ketidaksesuaian besar antara gaya kepemimpinan perempuan dengan ekspektasi bisnis keluarga relatif terhadap kinerja perusahaan, yang diukur dengan pengembalian aset. Khususnya, data mendukung dugaan bahwa perusahaan keluarga, yang lebih kondusif untuk kepemimpinan transformasional, menawarkan iklim yang lebih tepat untuk menjalankan fungsi Ketua daripada CEO. Sebaliknya, CEO perempuan berkinerja lebih baik di perusahaan-perusahaan non-keluarga. Temuan ini bergerak menjauh dari fokus utama pada hambatan dan gambaran stereotip tentang kepemimpinan perempuan dan mendukung teori kontingensi kepemimpinan, yang menyatakan bahwa efektivitas gaya kepemimpinan tergantung pada organisasi dan budaya di mana para pemimpin beroperasi, dan pada posisi tugas terkait (Nekhili, dkk., 2015).

Seperti kita ketahui bersama kecenderungan otak mamalia (middle brain) orang Indonesia sangat aktif (limbic system), dan MNS (mirror neurons system) bekerja sangat efektif. Begitu pula dengan otak perempuan Indonesia. Namun hal ini perlu dibuktikan atau dijadikan bahan penelitian lebih lanjut. Sehingga memimpin perempuan Indonesia pun akan lebih efektif bila melalui pendekatan 'lead by example' atau memimpin dengan memberikan contoh (kasat mata).

Terkait dengan kinerja perempuan yang berhubungan dengan STEM, yang telah dibahas sebelumnya, menurut penelitian baru-baru ini bahwa teori ancaman stereotipe menunjukkan bahwa isyarat yang mengancam identitas pertama-tama akan menimbulkan ancaman mengenai potensi stereotip berbasis kelompok, yang kemudian akan membuat perempuan mengalami psikologis konsekuensi dari ancaman stereotip  yang pada akhirnya mengganggu kinerja intelektual mereka (Canning, dkk., 2022). Pada penelitian ini dijelaskan profesor yang memberikan sinyal pola pikir tetap (fixed mindset) tentang kemampuan merongrong kinerja perempuan di STEM. Hal ini sesuai dengan teori aliran energi yang sering digunakan David Rock pada aplikasi neurosains di disiplin ilmu kepemimpinan (neuroleadership). Bahwa; saat energi listrik aktif di daerah sistem limbik (sub cortical), maka energi 'tersedot" ke bagian tengah, sehingga fungsi otak eksekutif berpikir pada organ PFC (prefrontal cortex) tidak maksimal memperoleh bagian energi listrik yang cukup.

Berkaitan dengan otak fungsi eksekutif perempuan yang terlatih (EF - executive function), dan dapat dilatih, ada prioritas yang perlu diperhatikan dan disederhanakan menjadi 3 bagian fungsi eksekutif utama, yaitu: working memory, inhibitory control, dan cognitive flexibility. PFC dorsolateral (dlPFC) telah dikaitkan terutama dengan fungsi memori kerja (working memory); PFC ventrolateral (vlPFC) sebagian besar terlibat dalam fungsi fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility); dan PFC ventromedial (vmPFC) yang telah terlibat dalam fungsi kontrol penghambatan (inhibitory control). Meskipun sulit untuk menggambarkan EF menggunakan definisi kesatuan, proses kognitif yang mendasari EF bisa dibilang merupakan faktor paling penting untuk berhasil beradaptasi dengan tuntutan kehidupan sehari-hari. Ketiga EF ini sangat vital untuk banyak keterampilan yang penting agar perempuan menjadi sukses (walau tak dikhususkan kepada perempuan saja). Termasuk penalaran, pemecahan masalah, perencanaan, dan manajemen umum kehidupan seseorang (Oliver C. Schultheiss dan Pranjal H. Mehta, 2018).

Beberapa hal lainnya yang perlu dipertimbangkan kinerja dan peranan perempuan ada 2 aspek penting, yakni; 1) asimetri perlakuan otak terhadap pengolahan informasi dan 2) terlalu banyak peluang berpikiran bias terjadi. Terkait yang pertama, bisa dikatakan 95 informasi positif yang masuk ke dalam otak pikiran mereka, bisa luluh lantah dengan 5 informasi yang negatif. Tidak usah berkecil hati, selain ini terjadi juga pada otak pria, dan karena merupakan bagian alami mekanisme otak bekerja untuk memproteksi manusia itu sendiri. Dapat dilatih, sehingga pikiran-pikiran otomatis perempuan, yang dahulu disebut pikiran atau alam bawah sadar, tidak mendominasi pengambilan keputusan otak bekerja, karena diregulasi oleh PFC.

Sedangkan bagian yang kedua, terkait dengan banyaknya faktor yang membuat perempuan (dan pria) cenderung berpikiran bias. Daniel Kahneman (Thinking, Fast and Slow) dan Bruce Lipton (The Bilogy of Belief) banyak menjelaskan hal ini. Begitu pula dengan Jonah Lehrer (How We Decide), yang mengingatkan terkait prediksi-prediksi neurons dopamin error, jangan tertipu dengan perasaan, intuisi tidak selalu benar, dan masih banyak lagi tips proses pengambilan keputusan yang baik.

Meningkatkan Daya Resiliensi bagian dari Ketangguhan Mental

Dari hasil penelitian yang baru-baru ini dilakukan di Desa Panggungharjo, diketahui bahwa pembatasan sosial berdampak besar terhadap kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, terutama bagi perempuan ibu rumah tangga (Ma'isah, dkk., 2022). Para perempuan ini banyak mengalami tantangan sepanjang periode pembatasan sosial COVID-19 yakni beban ganda yang semakin berat. Lingkungan inklusif ternyata sangat berperan dalam upaya resiliensi kelompok masyarakat sehingga mereka mempunyai kapasitas bertahan, beradaptasi dan bertransformasi pada masa bencana. Hasil penenelitian ini merupakan suatu contoh praktik yang baik berupa studi kasus desa inklusif dan kaitannya dengan keberhasilan resiliensi perempuan pada masa pandemi COVID-19.

Di dalam tingkat manajemen stres, baik pendekatan psikologi maupun yang telah diperkuat oleh kajian neurosains, diketahui resiliensi dikenal sebagai stress level terendah. Artinya manusia memang membutuhkan stres. Otak kita membutuhkan kortisol, hal ini untuk menjaga kesimbangan hormon, enzim dan neurotransmitter secara proporsional (homeostasis). Jenis stres yang baik ini disebut eustress, karena meningkatkan daya resiliensi kita, yakni stres yang diperoleh masih di bawah batas ambang. Batas ambang kortisol masing-masing kepala orang berbeda. Batas ambang ini dapat ditingkatkan secara bertahap, dengan repetisi atau latihan yang berulang (strengthen the neural pathways). 

Namun bila melebihi batas tersebut, jenis stres ini berubah menjadi stres yang buruk bagi kondisi kesehatan kita, baik pria maupun perempuan. Jenis stres ini dikenal juga dengan istilah distress. Oleh karena itu, di dalam pelatihan fisik seperti olahraga dan pelatihan fisik tentara, maupun pelatihan non-fisik, dibutuhkan proses pendampingan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman terkait hal ini. Dikhawatirkan bila tidak ada pendampingan, tidak hanya berdampak menimbulkan cedera fisik, namun yang lebih penting lagi dapat mengakibatkan kesehatan pikiran terganggu.

Karena banjir kortisol menyebabkan proses pemutusan sinap-sinap hubungan antara neurons otak yang berlistrik ini. Bahkan berpotensi mematikan sel-sel otak tersebut. Membuat kita menjadi bodoh, dan menimbulkan gangguan kesehatan otak lainnya. Kemudian bila itu terjadi secara berkelanjutan dalam waktu yang lama, maka akan masuk ke tingkatan stres yang paling berbahaya, yaitu menimbulkan chronicle stress. Proses aksis HPA (hypothalamic-pituitary-adrenal) yang  tidak hanya memberikan efek gangguan pencernaan di perut saja. Akan tetapi dampak negative-feedback (kembali ke kepala) justru yang lebih membahayakan, karena mengakibatkan banjir kortisol di kepala tadi. Bila hal itu terjadi terus menerus, seakan-akan terjadi proses pembiaran, sehingga tidak hanya menurunkan tingkat kecerdasan berpikir saja, namun lebih berbahayanya lagi berdampak melemahkan bahkan merusak sistem imun daya tahan tubuh manusia. Kinerja perempuan tidak hanya bisa dilihat dari kepintaran otak semata. Pendekatan aksis BGM bisa dipakai di sini, yakni; brain, gut brain dan microbiome. Serta level of thinking seseorang, yang berlaku juga pada perempuan, tidak serta merta ditentukan dari latar belakang tingkat pendidikannya. Meningkatkan level of thinking esensinya adalah membesarkan kapasitas mental seseorang.

Di balik kesuksesan kita melewati masa-masa pandemi, peranan daya resiliensi perempuan memberikan kontribusi yang luar biasa.

Secara tidak sadar, dengan periode pandemi yang cukup panjang -lebih dari 2 tahun, pada prinsipnya resiliensi perempuan semakin kuat. Meningkatnya daya resiliensi ini, mengacu pada konsep mental toughness, merupakan bagian dari ketangguhan mental perempuan. Resiliensi merupakan salah satu komponen besar dalam melakukan assessment atau penilaian ketangguhan mental. Salah satu alat bantu yang dipergunakan adalah MTQ48. Sesuai namanya, tools ini merupakan ukuran psikometri unik berkualitas tinggi dengan 48 items pertanyaan yang mengukur ketangguhan mental yang menggambarkan pola pikir - diadopsi setiap orang dalam segala hal yang mereka lakukan. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas, seperti; karakter, ketahanan, ketabahan, dll. Alat bantu pengukuran ini telah banyak diaplikasikan kepada karyawan-karyawan perusahaan lokal dan multinasional. Terutama di sektor industri jasa, seperti industri perhotelan dan pariwisata.  MTQ48 telah dikembangkan, hasil dari kolaborasi antara Prof. Peter Clough dari Manchester Metropolitan University, Dr. Keith Earle dosen senior di the University of Hull, dan Doug Strycharczyk, Managing Director dari AQR International.

Pada pendekatan konsep mental toughness ini, resiliensi dikelompokan menjadi 2 bagian.  Jadi, resiliensi perempuan bisa dilihat secara internal; baik kemampuan mengendalikan dirinya, maupun secara eksternal; kemampuannya terhadap memegang teguh komitmen. Ketangguhan mental perempuan bisa dilihat dari kemampuan mereka untuk mengendalikan gaya hidupnya (life control) dan mengendalikan emosinya. Ketangguhan ini juga diperkuat dengan kemampuan mereka untuk komit kepada pencapaian tujuannya, baik orientasi pencapaian maupun orientasi tujuan.

Komponen lainnya untuk memperkuat ketangguhan mental perempuan ini adalah positivity. Ke dalam dirinya; bagaimana mereka dapat meningkatkan rasa pecaya diri atas kemampuan mereka, dan rasa percaya diri saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Sedangkan keluar dirinya; perempuan dapat tangguh menghadapi rintangan yang dilihat sebagai proses pembelajaran dan bagaimana mereka dapat memperhitungkan dan mengatasi resiko yang akan terjadi atas setiap keputusannya yang dibuat dan diambil.

Resiliensi dan ketangguhan mental melewati pandemi, setidaknya melahirkan karakter-karakter perempuan yang positif.

Pelajaran dari pandemi, perempuan yang sekarang akan memiliki perhatian yang lebih atas kesehatan mereka dan orang-orang sekitarnya. Sifat sejatinya seorang ibu. Mereka menjadi lebih higienis. Mereka juga menjadi lebih dekat dan lebih akrab dengan penggunaan teknologi, khususnya teknologi informasi. Lebih peka dan peduli atas lingkungan sosial perhatiannya kepada tim, teman, keluarga serta orang-orang di sekitarnya. Kaum perempuan memiliki daya yang kuat untuk memengaruhi orang-orang sekitar menjadi lebih relegius. Serta mereka memengaruhi kita untuk lebih dekat kepada alam. Belajar mencintai keasrian alam atau back to nature. (BIS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun