Karena banjir kortisol menyebabkan proses pemutusan sinap-sinap hubungan antara neurons otak yang berlistrik ini. Bahkan berpotensi mematikan sel-sel otak tersebut. Membuat kita menjadi bodoh, dan menimbulkan gangguan kesehatan otak lainnya. Kemudian bila itu terjadi secara berkelanjutan dalam waktu yang lama, maka akan masuk ke tingkatan stres yang paling berbahaya, yaitu menimbulkan chronicle stress. Proses aksis HPA (hypothalamic-pituitary-adrenal) yang  tidak hanya memberikan efek gangguan pencernaan di perut saja. Akan tetapi dampak negative-feedback (kembali ke kepala) justru yang lebih membahayakan, karena mengakibatkan banjir kortisol di kepala tadi. Bila hal itu terjadi terus menerus, seakan-akan terjadi proses pembiaran, sehingga tidak hanya menurunkan tingkat kecerdasan berpikir saja, namun lebih berbahayanya lagi berdampak melemahkan bahkan merusak sistem imun daya tahan tubuh manusia. Kinerja perempuan tidak hanya bisa dilihat dari kepintaran otak semata. Pendekatan aksis BGM bisa dipakai di sini, yakni; brain, gut brain dan microbiome. Serta level of thinking seseorang, yang berlaku juga pada perempuan, tidak serta merta ditentukan dari latar belakang tingkat pendidikannya. Meningkatkan level of thinking esensinya adalah membesarkan kapasitas mental seseorang.
Di balik kesuksesan kita melewati masa-masa pandemi, peranan daya resiliensi perempuan memberikan kontribusi yang luar biasa.
Secara tidak sadar, dengan periode pandemi yang cukup panjang -lebih dari 2 tahun, pada prinsipnya resiliensi perempuan semakin kuat. Meningkatnya daya resiliensi ini, mengacu pada konsep mental toughness, merupakan bagian dari ketangguhan mental perempuan. Resiliensi merupakan salah satu komponen besar dalam melakukan assessment atau penilaian ketangguhan mental. Salah satu alat bantu yang dipergunakan adalah MTQ48. Sesuai namanya, tools ini merupakan ukuran psikometri unik berkualitas tinggi dengan 48 items pertanyaan yang mengukur ketangguhan mental yang menggambarkan pola pikir - diadopsi setiap orang dalam segala hal yang mereka lakukan. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas, seperti; karakter, ketahanan, ketabahan, dll. Alat bantu pengukuran ini telah banyak diaplikasikan kepada karyawan-karyawan perusahaan lokal dan multinasional. Terutama di sektor industri jasa, seperti industri perhotelan dan pariwisata.  MTQ48 telah dikembangkan, hasil dari kolaborasi antara Prof. Peter Clough dari Manchester Metropolitan University, Dr. Keith Earle dosen senior di the University of Hull, dan Doug Strycharczyk, Managing Director dari AQR International.
Pada pendekatan konsep mental toughness ini, resiliensi dikelompokan menjadi 2 bagian. Â Jadi, resiliensi perempuan bisa dilihat secara internal; baik kemampuan mengendalikan dirinya, maupun secara eksternal; kemampuannya terhadap memegang teguh komitmen. Ketangguhan mental perempuan bisa dilihat dari kemampuan mereka untuk mengendalikan gaya hidupnya (life control)Â dan mengendalikan emosinya. Ketangguhan ini juga diperkuat dengan kemampuan mereka untuk komit kepada pencapaian tujuannya, baik orientasi pencapaian maupun orientasi tujuan.
Komponen lainnya untuk memperkuat ketangguhan mental perempuan ini adalah positivity. Ke dalam dirinya; bagaimana mereka dapat meningkatkan rasa pecaya diri atas kemampuan mereka, dan rasa percaya diri saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Sedangkan keluar dirinya; perempuan dapat tangguh menghadapi rintangan yang dilihat sebagai proses pembelajaran dan bagaimana mereka dapat memperhitungkan dan mengatasi resiko yang akan terjadi atas setiap keputusannya yang dibuat dan diambil.
Resiliensi dan ketangguhan mental melewati pandemi, setidaknya melahirkan karakter-karakter perempuan yang positif.
Pelajaran dari pandemi, perempuan yang sekarang akan memiliki perhatian yang lebih atas kesehatan mereka dan orang-orang sekitarnya. Sifat sejatinya seorang ibu. Mereka menjadi lebih higienis. Mereka juga menjadi lebih dekat dan lebih akrab dengan penggunaan teknologi, khususnya teknologi informasi. Lebih peka dan peduli atas lingkungan sosial perhatiannya kepada tim, teman, keluarga serta orang-orang di sekitarnya. Kaum perempuan memiliki daya yang kuat untuk memengaruhi orang-orang sekitar menjadi lebih relegius. Serta mereka memengaruhi kita untuk lebih dekat kepada alam. Belajar mencintai keasrian alam atau back to nature. (BIS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H