Jangan mau dijajah oleh digital, jangan larut dengan berita (amygdala hijack). Aktifkan fungsi otak PFC (prefrontal cortex) kita, naikkan kesadaran dengan mengelola nafas secara teratur, untuk meregulasi agar dapat berpikiran jernih (clear mind). Karenanya jenis stress level 2 ini disebut distress, stres yang menimbulkan dampak negatif. Sedangkan kalau hal ini terjadi berulang kali dalam jangka waktu yang panjang dalam keseharian kita, maka akan masuk ke level berikutnya, yaitu menjadi chronicle stress. Cara kerja otak yang disebut HPA axis (hypothalamic-pituitary-adrenal  axis), banjir kortisol di kepala tidak hanya membuat bodoh saja, namun juga melemahkan dan merusak sistem imun tubuh manusia. Terkait hal ini kita bisa googling untuk mengetahui lebih lanjut dengan keyword: 'PNI' atau psikoneuroimunologi (psychoneuroimmunology).
Memanfaatkan perubahan analoginya seperti kita berselancar di atas ombak. Makin tinggi ombak itu, katakan 4 s/d 5 meter, semakin senang mereka menikmatinya. Sementara bagi yang tak cakap berenang dapat tergulung ombak bahkan mengakibatkan kematian seseorang. Dalam menyikapi perubahan, pilihannya ada di kita sendiri. Apakah kita akan beradaptasi dan happy berselancar di atas perubahan, atau kita akan tergerus, tergulung dan tenggelam oleh perubahan tersebut.
Literasi Digital, Budaya Baru BangsaÂ
Di Zaman Now literasi digital menjadi kemampuan umum yang wajib dimiliki setiap warga Indonesia, namun literasi baca menjadi prasyaratnya. Sehingga tidak menimbulkan kegaduhan dan kekisruhan di dunia digital. Digital sebagai tools esensinya mempermudah hidup kita, bukan sebaliknya. Dia berfungsi sebagai booster kepanjangan indera kita yang memperkuat seluruh perilaku kita yang positif maupun yang negatif. Karenanya perilaku di dunia nyata harus dirapihkan dan diperbaiki terlebih dulu sebelum memiliki perilaku dan budaya digital yang baik.
Kita harus bisa tidak hanya memperkenalkan, namun juga mampu menunjukkan kepada dunia budaya kita yang sesungguhnya, yang telah dikenal baik sebelumnya, secara ajek, konsisten, persisten dan penuh komitmen yang tinggi. Banjirkan konten-konten positif di setiap elemen budaya kita. Mulai dari gastronomi atau kuliner makanan tradisional, berbagai macam jenis tarian dan karya seni anak bangsa lainnya, lagu dan dialek beragam bahasa, alam pemandangan yang indah, kekayaan flora dan fauna, taman-taman bumi geopark kita, dan lain sebagainya.
Untuk meningkatkan pemahaman literasi digital, kita jangan mau mengikuti rasa malas untuk membaca, sehingga tidak mudah terjebak dengan istilah-istilah baru tanpa memaknainya. Saat kita sebut kata 'digital' pengertiannya seperti apa. Pemahaman digital sangatlah luas. Supaya tidak tersesat, dan untuk mudah mengingatnya, cukup menyimpan kalimat pertanyaan berikut; "Is it Digital?". IS mewakili information system, dan IT merepresentasikan information technology. Kita tak usah memperdebatkan perbedaan kedua istilah tersebut. Orang mengatakan; sebelas dua belas lah. Analoginya seperti kata 'sales' dan 'marketing'. Keduanya sangat penting. IT atau teknologi informasi lebih menekankan kepada teknologi. Sedangkan literasi digital konteksnya lebih banyak pada keterampilan kita dalam memanfaatkan IS atau sistem informasi.
Agar literasi digital kita lebih mumpuni, sebaiknya kita cakap mengelola sistem informasi atau MIS (management information system). Ada 5 'ware' yang harus diperhatikan dan terampil di masing-masing area ini, yaitu: software (perangkat lunak), hardware (perangkat keras), netware atau network (jaringan), dataware-house atau database (yang nantinya ke arah teknologi Big Data), serta brainware atau end-users (sebagai sisi para penggunanya). Untuk menghasilkan budaya digital yang baik, kita tidak bisa menghindar dari kelima area ini.
Indonesia memang bukan negara super power. Tetapi termasuk negara 'super rich' dengan kekayaan sumber daya alam. Bila diimbangi dengan kecerdasan SDM-nya maka akan menjadi kekuatan baru setidaknya di Asia Pasifik. Sesuai dengan tujuan bangsa ini; "mencerdaskan kehidupan bangsa".
Gerakan Nasional Literasi Digital
Salah satu upaya serius pemerintah adalah mengejarnya dengan meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat. Tidak hanya mendukung pembangunan program-program aplikasi oleh anak bangsa, pemerataan coverage akses internet, atau pun perancangan kesatuan big data yang stratejik, serta program gerakan literasi digital nasional melalui 4 pilar utama (digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture). Tetapi juga memikirkan penyediaan laptop buatan dalam negeri. Pemerintah akan menggelontorkan dana sebanyak Rp 17 triliun untuk memproduksi laptop karya anak bangsa (Sumber: https://jurnalmedan.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-1492270990/pemerintah-gelontorkan-anggaran-rp17-triliun-untuk-produksi-leptop-merah-putih-karya-anak-bangsa).
Berdasarkan kajian-kajian ilmiah pengetahuan ilmu neurosains modern, bahwa memintarkan otak manusia sesungguhnya adalah menyambung-nyambungkan neurons kita, sel-sel otak yang berlistrik, yang jumlahnya rata-rata sekitar 86-100 milyar. Masing-masing neurons berpeluang mempunyai hubungan (synapses) lebih dari 10.000 koneksi. Sehingga bisa membuat triliunan sinaps yang dapat dibentuk. Kalau ditarik garis lurus sambungan-sambungan tersebut bisa mencapai lebih jarak diameter galaksi bimasakti. Bila lekukan-lekukan lobus; girus dan sulkus dibeberkan menjadi bidang datar, luasnya kurang lebih hampir mencapai setengah lapangan bola standar. Setiap anak bangsa harus menyadari hal ini. Betapa dahsyatnya otak kita sebagai karunia Allah untuk tidak disia-siakan. Berhati-hatilah dengan niat dan bisikan-bisikan pikiran negatif. Tombol kendalinya ada di kita, tergantung instruksi yang diberikan kepada otak.Â