Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Skeptisisme dan Ataraxia Pyrrho? (II)

1 Agustus 2022   16:30 Diperbarui: 1 Agustus 2022   16:39 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini menyiratkan    orang bijak adalah orang yang menangguhkan persidangan karena itu tidak lebih dari pendapat, dan, setelah persidangan ditangguhkan, memperhatikan apa yang masuk akal, untuk alasan itu sendiri.

Tindakan membutuhkan dua hal: representasi dari sesuatu yang sesuai dengan alam (oikeion,  dan dorongan orme terhadap objek yang tampak sesuai dengan alam; tidak satu pun dari ini bertentangan dengan penangguhan penilaian, karena alasannya menolak pendapat, bukan impuls atau kesan. 

Oleh karena itu, setiap kali sesuatu dirasakan menurut kodrat kita, sama sekali tidak perlu pendapat apa pun untuk mengarah ke sana, tetapi segera dorongan itu muncul karena itu adalah pertanyaan tentang gerakan dan kecenderungan jiwa.

Konsekuensinya, penilaian yang berupa opini ditolak, bukan kesan yang dapat dikatakan masuk akal, benar, asalkan sesuai dengan kodrat dan memanifestasikan dirinya sebagai sesuatu yang wajar sepanjang wajar dan tidak bertentangan dengan kodrat.

Dengan ini, kesesuaian dengan alam terbentuk melalui pembentukan akal sebagai naluri alami yang menerima kesan dari alam itu sendiri, memicu impuls yang mengarah pada tindakan dan, mengenali diri mereka sebagai alami, dipandang sebagai jalan yang menghasilkan dan memimpin kebahagiaan.

Dengan kata lain, penilaian ditangguhkan tetapi kehidupan diatur oleh akal, yang merupakan naluri alami, jadi alam adalah kriteria kebenaran.

Cara bertindak ini dengan sendirinya, sebagai rasional dan alami, merupakan alasan untuk kebahagiaan. 

Dengan demikian menyatukan akal dan kebahagiaan, Filsafat terdiri dari epistemologi dan etika yang mampu menawarkan manusia kehidupan yang jauh dari penilaian apa pun, dari pendapat apa pun, dan, pada saat yang sama, mampu hidup secara wajar dan alami. Ataraxia tidak lagi dicari tetapi sebagai penolakan pendapat, dan kebahagiaan tidak lebih dari bertindak dan hidup sesuai dengan akal.

Citasi:

  • Bett, R., 2000, Pyrrho, his Antecedents and his Legacy, Oxford: Oxford University Press.
  • Hankinson, J., 1995, The Sceptics, London: Routledge.
  • Sextus Empiricus & Bury, R. G. Outlines of Pyrrhonism . Prometheus Books, 2000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun