Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Contoh Membuat Ilmu [3]

29 Maret 2019   06:50 Diperbarui: 28 April 2019   23:18 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berikut ilmu  Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence) sebagai Novelty hasil riset ini. Ke [1] adalah secara normative bahwa Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)  adalah genealogi manusia pada papan, empan, andepan. Maka Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence) sama keutamaan manusia (manusia berkeutamaan) dengan dokrin Jawa Kuna pada gagasan papan, empan, andepan untuk menciptakan harmoni kehidupan non konflik.

Papan adalah kemampuan menyesuaikan diri dalam semua situasi dan tempat atau pengenalan diri (self awareness); Empan adalah mutu kehidupan pada tatanan keterampilan sosial (social skills). Andepan kemampuan melakukan Pengendalian diri  (self regulation) pada konteks semua diskursus kehidupan yang dihayati;

Ke [2] Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)  adalah wujud paling utama adalah sebagai representasi "Stimung" pada pemikiran Martin Heidegger. Pada akhirnya Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)  menyembunyikan sesuatu atau semacam [stimug] dalam pemikiran Martin Heidegger tentang perhubungan (keterikatan, keterlibatan, komitmen, keakraban) manusia terlempar dan dunianya ditandai oleh peran ["Stimung atau suasana hati"]. Maka Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)  adalah wujud Stimung atau suasana hati, memberi andil besar dalam memberi pemahaman (verstehen) pada benda-benda, manusia, dan kemungkinan eksistensinya.

Ke [3] Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence) sebagai wujud Genealogi Moral atau dalam istilah Friedrich Nietzsche: Zur Genealogie der Moral (1887), translated "On The Genealogy of Morality" atau Genalogi Moral adalah "berkehendak untuk berkuasa". Bahwa kecerdasan emosional pada hakekatnya  menunjukkan secara sembunyi-sembunyi  kehendak untuk berkuasa (will to power) semacam dorongan mendasar yang memotivasi semua hal. Keinginan untuk hidup; sarana pada  semua manusia ["kita"] mengejar pelestarian diri dengan naluri kebebasan.   

Untuk memahami nilai Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)  dikaitkan dengan  moralitas, manusia ["kita"] perlu memahami gerak mental atau roh (Geist) bagaimana hal itu muncul di antara manusia ["kita"] daripada hanya menerima perintahnya sebagai kebenaran yang tak terbantahkan atau riset yang sudah mapan.

====== dilarang keras mengcopy gagasan ide hasil riset singkat ini, tanpa mencantumkan sumber pustaka, atau citasi  =======

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun