Kecerdasan emosional (emotional intelligence) dikaitkan dengan penilaian perusahaan mencakup seluruh nilai yang terdapat dalam diri individu, bagaimana kesan mereka dengan kualitas output jasa tersebut pada persepsi dan pengalaman selama menggunakan produk tersebut apakah memiliki nilai tambah atau kepuasan.Â
Apabila pelanggan merasa puas dampak berikutnya pelanggan akan menjadi loyal untuk bersedia menyediakan uang dalam pembelian barang tersebut. Kepuasan ini membuktikan terjadinya internal bisnis yang baik telah berjalan dalam perusahaan termasuk implementasi total quality management pada fokus pelanggan internal dan eksternal dalam menentukan kualitas produk dan/atau jasa sehingga menjadi unggul dan istimewa baik pada segi harga, ketepatan waktu, keamanan.Â
Disamping itu harus memiliki obsesi tinggi pada kualitas jangka panjang, adanya dukungan team work, dan memperbaiki proses secara berkesinambungan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan visi dan kepemimpinan yang baik dalam menjembatani kepentingan seluruh stakeholders tersebut.Â
Nilai tersebut diantaranya respek terhadap orang lain dimana setiap orang dalam perusahaan memiliki kemampuan dan talenta masing yang dibutuhkan perusahaan. Pengambilan keputusan berdasarkan manajemen fakta dan bukan berdasarkan pada perasaan dapat memperkirakan hasil yang akan diperoleh seorang pemimpin.Â
Lingkungan kerja yang baik dan kondusif nyaman dengan melakukan nilai-nilai kerjasama, keseimbangan hak dan kewajiban, perbaikan secara terus menerus dangan menerapkan (plan-do-check-action) perencanaan yang baik, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.Â
Keberhasilan yang baik harus meliputi aspek secara menyeluruh termasuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat dalam upaya pemberdayaan sehingga menghasilkan pembangunan yang berlanjutan.
Dimensi Kecerdasan Emosional. Dimensi kecerdasan emosional memiliki persaman pada dua buku teks Osborn (2005:15) dan Robbins, Judge (2007:248) emotional intelligence is composed of five dimensions: (1) self awareness- being aware of what you're feeling, (2) self regulation/management-the ability to manage your own emotions and impulses, (3) motivation- the ability to persist in the face of setbacks and failures, (4) emphaty-the ability to sense how others are feeling, (5) social skills-the ability to handle the emotions of others. Menurut Osborn (2005:78) dalam the big five personality dimensions salah satu dimensi terpenting adalah emotional stability- unworried, secure, relaxed, sedangkan dimensi lainnya adalah (1) extraversion- outgoing, sociable, assertive; (2) agreeableness- good natured trusting, cooperative; (3) conscientiousness- responsible, dependable, persistent; (4) openness to experience- imaginative, curious, broad-minded.
Indikator-indikator Kecerdasan Emosional. Menurut Osborn (2005:15) dan Robbins, Judge (2007:248) emotional intelligence have a view indicators such as: (1) ability to understand your own moods and emotions (2) ability to think before acting and control disruptive impulses; (3) ability to work hard and persevere; (4) ability to understand the emotions of others; (5) ability to gain rapport with others and build good relationships.
Model penelitian oleh Goleman's dalam Osborn (2005:15) research suggests that a leader's emotional intelligence contributes significantly to his or her leadership effectiveness. Dengan menginterprestasikan model Goleman tersebut seorang pemimpin yang mampu mengelola emosional yang baik supaya bisa sukses dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG).
Tahap ke [2] Deduksi kajian pustaka pada proses [1] kemudian disusun operasionalisasi variable, dalam upaya menyusun konstruksi kuesioner atau sehingga seluruh  instrumen pada N of Items 50 pertanyaan. Setelah diketahui dimensi, indikator pada tahap berikutnya akan di susun operasionalisasi variabel, penentuan skala, dan penyusuanan kuesioner. Pada penelitian ini akan dipakai lima dimensi masing-masing memiliki 10 item kuesioner sebagai indikator: