Menurut data, perusahaan sukses pada masa yang akan datang sangat dengan kreativitas dan inovasi berbasis pengetahuan (knowledge). Pengetahuan manusia berasal pada pikiran, pengalaman, dan suasana batin dalam mencapai sukses yang terbesar tersebut. Sesungguhnya  manusia memiliki tiga dimensi yakni kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.Â
Studi yang dilakukan oleh  Hendrick dan Ludemen menyimpulkan  setidaknya 75% kesuksesan manusia lebih ditentukan  oleh kecerdasan emosional, dan hanya 4% yang ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya.  Selanjutnya menurut penelitian Pricewaterhouse Coopers tahun 1998 dalam Teng (2002:15) kegagalan perusahaan ditentukan: 29% hilangnya persaingan pasar, keuangan 18%, dan 24% dipengaruhi oleh pengelolaan tingkat kecerdasan emosional CEO perusahaan.
Kajian pustaka menggunakan banyak sumber dan literatur, secara sederhana misalnya saya meminjam Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence) dengan dimensi sesuai dengan konsep Osborn (2005:15) Robbins, Judge (2007:248); Greenberg, Baron (2003:15); Wood et al (1994:104); Goleman (1995:62) Othman et al (2005), Charles Fombrun et al [1999], Kida et al (2001)  adalah  (a) Pengenalan diri (self awareness), (b) Pengendalian diri  (self regulation/ management),  (c) Motivasi (Motivation), (d) Empati (Emphaty), (e) Keterampilan sosial (social skills).
Menurut Osborn (2005 : 14) emotional intelligence is the ability to manage oneself and one's relationships effectively. Emotional intelligence with its emphasis on managing emotions both personnally and in relationships with others, is now considered an important leadership competency. Osborn (2005: 339 & 534) menjelaskan emotional conflict involves interpersonal difficulties that arise over feelings of anger, mistrust, dislike, fear, resentment, and the like.
Sedangkan menurut Greenberg, Baron (2003:15) emotions are overt reactions that express feelings about events. All emotions share four key properties such as: (1) emotions always have an object, (2) there are six major cattegorues of emotions, (3) expression of major emotions is universal, (4) culture determines how and when people express emotions.
Wood et al (1994 : 104) emotional adjustment covers traits reflecting how much an individual uses and displays emotion in actual behaviours. While there are many such traits in the literature, probably the one most often encountered is the type A/ type B orientation. Type A orientation is an orientation characterised by an individual's impatience, desire for achievment and perfectionism. Type B orientation is an orientation characterised by an individual being easygoing and less competitive in daily life.
Menurut Handoko (2007:306) emosi adalah salah satu jenis affect yang seringkali muncul dalam hubungan interpersonal. Kida et al (2001) emosi merupakan campuran reaksi afektif yang kompleks terhadap suatu target tertentu, yang tidak hanya sekedar perasaan baik atau buruk. Emosi ini diduga juga sering muncul dalam proses pemilihan alternatif investasi modal.
Metode "Harris Fombrun Reputation Quotient (RQ)" dirumuskan Harris Interactive, Charles Fombrun et al (1999: 44) menyusun kuisioner yang digunakan untuk mengukur reputasi perusahaan dengan mengajukan 20 pertanyaan yang digolongkan dalam 6 kategori besar, yaitu: (1) Emozional Appeal, yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai perasaan terhadap perusahaan, apakah kagum dan hormat atau percaya terhadap perusahaan tersebut, (2) Produk dan jasa, yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai inovasi, kualitas serta nilai produk dan jasa, (3) Kinerja keuangan, yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai probabilitas dan risiko investasi serta bagaimana prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan, (4) Visi dan kepemimpinan, yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai kemampuan perusahaan dalam merancang visi yang baik serta bagaimana kepemimpinan perusahaan dapat mencapai terget yang telah dicanangkan, (5) Lingkungan kerja, yaitu pertanyaan-pertanyaan menganai pengelolaan perusahaan dan hubungannya dengan cara kerja karyawan, dan, (6) tanggung jawab sosial, yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan perlakuan terhadap manusia.
Emotional intelligence merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola emosional antara pribadinya dengan orang lain secara efektif. Kemampuan mengelola emosional akan berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan. Dengan demikian penelitian ini di anggap sangat menyakinkan terhadap pengaruh atau hubungan yang kuat antara emotional intelligence dengan kepemimpinan.Â
Kemampuan mengelola konflik emosional antara perasaan marah, tidak mempercayai, tidak menyukai, ketakutan, merasa tidak aman dalam setiap kondisi yang nyaman atau tidak nyaman. Emosional seseorang sangat tergantung pada objek, kategori, ekspresi pada umumnya, dan nilai budaya individu ketika seseorang memberikan ekspresi.Â
Tingkat kemampuan sifat  penyesuaian emosional  individu akan tercermin pada saat individu tersebut melakukan tindakan. Tindakan akan menggambarkan karakter individu pada empati, keinginan pada prestasi atau penyempurnaan sikap, atau kondisi kedua berorientasi pada karakteristik individu lemah dan kompetisi yang kurang berprestasi.