ANALISIS KESULITAN MEMBACA ANAK INKLUSI SDN 31 MATARAM
Â
Â
[Baiq Varida Suryani]1, [Fajrina Khairunnisa]2Â
1[Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar], [Universitas Mataram] [Kota Mataram]
E-mail: varidabaiq@gmail.com, finakhairunnisa61@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan membaca yang dialami oleh anak-anak inklusi di SDN 31 Mataram. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif, penelitian ini melibatkan siswa, guru, dan orang tua sebagai subjek. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi kelas, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengenali huruf, membaca kata-kata, dan memahami bacaan. Beberapa faktor penyebab yang teridentifikasi termasuk kurangnya perhatian dari orang tua, metode pengajaran yang kurang efektif, dan kondisi kesehatan yang tidak optimal. Temuan ini menekankan perlunya intervensi yang lebih baik dalam pengajaran membaca, serta pentingnya dukungan dari orang tua dan lingkungan sosial. Kesimpulan dari penelitian ini merekomendasikan pendekatan komprehensif yang melibatkan semua pihak untuk meningkatkan kemampuan membaca anak-anak inklusi, sehingga mereka dapat mencapai potensi akademis yang optimal.
Kata kunci: Kesulitan membaca, Anak inklusi
Â
Abstract
This study aims to analyze the reading difficulties experienced by inclusive children at SDN 31 Mataram. Utilizing a qualitative approach with a descriptive design, the research involves students, teachers, and parents as subjects. Data were collected through in-depth interviews, classroom observations, and document analysis. The results indicate that students face challenges in recognizing letters, reading words, and comprehending texts. Several identified contributing factors include a lack of parental attention, ineffective teaching methods, and suboptimal health conditions. These findings emphasize the need for better interventions in reading instruction, as well as the importance of support from parents and the social environment. The conclusion of this study recommends a comprehensive approach involving all parties to enhance the reading abilities of inclusive children, enabling them to achieve their academic potential.
Â
Keyword: , Reading Difficulties, Inclusive Children
PENDAHULUAN (10%)
Pendidikan merupakan hak semua warga negara tanpa kecuali. Hak pendidikan tidak membedakan derajat, kondisi ekonomi ataupun kelainannya. Semua berhak memperoleh pendidikan yang layak. Semua berhak memperoleh pendidikan yang ada disekitarnya. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1) (Nasional, 2007).
Kesulitan membaca merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh anak-anak, terutama bagi mereka yang berada dalam program inklusi disekolah dasar. Anak-anak dengan kebutuhan khusus seringkali mengalami hambatan dalam proses pembelajaran terutama dalam kemampuan membaca. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya seperti keterbatasan kognitif, masalah emosional serta kurangnya dukungan yang didapatkan dari lingkungannya (Kirk etal., 2009).
Anak-anak dengan disabilitas belajar, seperti disleksia sering kali menunjukkan kesulitan dalam mengenali huruf, memahami kata, dan menghubungkan bunyi dengan huruf. Hal tersebut dapat mengakibatkan rendahnya kemampuan membaca yang berdampak pada prestasi akademik siswa secara keseluruhan. Dalam konteks inklusi, Ketika belajar bersama dimana anak inklusi dengan anak biasa, penting untuk saling memahami dan menganalisis kesulitan yang mereka hadapi agar dapat memberikan pembelajaran yang efektif. (Dababneh & Al-Zboon, 2020).
Menurut Pemerintah Republik Indonesia, semua anak penyandang disabilitas, khususnya siswa berkebutuhan khusus, berhak atas kesempatan belajar yang sama. UUD 1945 (Amandemen) Pasal 31 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Selain itu menurut sistem pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Melalu peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maka anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan kesempatan untuk melakukan pendidikan dengan penyesuaian dengan murid lain (Pendidikan Nasional, 2010).
Pendidikan inklusi bertujuan untuk memberikan kesempatan yang setara bagi semua anak, namun seringkali guru dan sekolah tidak memiliki sumber daya atau pelatihan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan spesifik anak-anak yang mengalami kesulitan membaca. Suatu penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dan metode pengajaran yang disesuaikan dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca anak-anak dengan kebutuhan khusus (Widodo, 2020).
Dukungan dari orang tua dan lingkungan sosial juga sangat penting. Keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri anak dalam membaca. Oleh karena itu, analisis mengenai kesulitan membaca pada anak inklusi di sekolah dasar sangat penting untuk menggunakan strategi pembelajaran yang tepat (Anggito & Setiawan, 2018).
METODE (15%)
Peneitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif, yang bertujuan untuk memahami secara mendalam kesulitan membaca yang dialami oleh anak inklusi di SDN 31 Mataram. Subjek penelitian terdiri dari siswa dengan kebutuhan khusus yang terdaftar dalam program inklusi, guru yang terlibat dalam proses pembelajaran, dan orang tua yang bersedia berpartisipasi dalam wawancara. Lokasi penelitian di SDN 31 Mataram yang dikenal sebagai salah satu sekolah dasar yang menerapkan program inklusi.
Data akan dikumpulkan melalui berbagai metode, termasuk wawancara mendalam dengan siswa, guru, dan orang tua untuk mendapatkan perspektif mengenai kesulitan membaca. Selain itu, observasi kelas juga dilakukan untuk mengamati interaksi antara guru dan siswa serta metode pembelajaran yang diterapkan. Dokumentasi juga dianalisis, termasuk kurikulum yang digunakan dan catatan perkembangan siswa. Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakaan Teknik analisis tematik, yang mencakup transkripsi wawancara, pengkodean data untuk mengidentifikasi tema dan pola, serta interpretasi hasil untuk merumuskan Kesimpulan mengenai kesulitan membaca anak inklusi.
Untuk mematiskan validitas dan reabilitas data, penelitian ini akan menggunakan triangulasi sumber, yaitu membandingkan informasi dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil analisis juga akan disajikan kepada partisipan untuk mendapatkan umpan balik dan konfirmasi. Penelitian ini akan mematuhi prinsip etika, termasuk mendapatkan izin dari orang tua dan sekolah sebelum melakukan penelitian, serta menjamin kerahasiaan dan anonimitas partisipan. Dengan metode ini diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai kesulitan membaca anak inklusi di SDN 31 Mataram dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN (70%)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak inklusi di SDN 31 Mataram menghadapi berbagai tantangan dalam proses belajar membaca. Pertama, banyak siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar membaca terutama mengenali huruf, yang merupakan Langkah awal penting dalam membaca. Kesulitan ini berdampak pada kemampuan mereka untuk mengeja dan membaca kata-kata sederhana. Menurut Al Otaiba dan Fuchs (2002), pengenalan huruf yang baik adalah pondasi penting bagi pembelajaran membaca yang efektif.
Selain itu, siswa juga mengalami kesulitan dalam membaca kata-kata yanag lebih kompleks, yang seringkali mengakibatkan kesalahan saat membaca. Coyne, Kame’enui, dan simmons (2001) menyatakan bahwa keterampilan membaca yang lebih tinggi memerlukan penguasaan kata-kata yang lebih rumit, dan kekurangan dalam aspek ini dapat mempengaruhi keseluruhan kemampuan membaca siswa. Pemahaman bacaan juga menjadi masalah, Dimana banayak siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana terkait teks yang telah mereka baca, menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap isi bacaan.
Penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa faktor penyebab kesulitan membaca, termasuk kurangnya perhatian dari orang tua, metode pengajaraan yang kurang efektif, dadn kondisi Kesehatan yang tidak optimal. Menurut McMaster dan Fuchs (2007) dukungan dari orang tua dan lingkungan belajar yang positif sangat penting untuk perkembangan keterampilan membaca anak. Temuan ini menekankan perlunya intervensi yang lebih baik dalam pengajaran membaca serta dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar untuk meningkatkan kemampuan membaca anak-anak inklusi di SDN 31 Mataram.
Pembahasan mengenai kesulitan membaca yang dialami anak-anak inklusi di SDN 31 Mataram menyoroti berbagai faktor yang berkontribusi terhadap tantangan ini dan pentingnya pendekatan yang terintegrasi untuk mengatasinya. Salah satu faktor utama adalah kemampuan dasar dalam mengenali huruf dan kata. Anak-anak inklusi sering kali memerlukan pendekatan yang lebih intensif dan terfokus dalam pengajaran membaca. Menurut National Reading Panel (2000), pengajaran yang berfokus pada fonik dan pengenalan huruf yang jelas adalah kunci untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan membaca. Dengan mengajarkan hubungan antara huruf dan suara secara sistematis, siswa dapat mengembangkan keterampilan dasar yang diperlukan untuk membaca dengan lancar.
Selain itu, pemahaman bacaan merupakan aspek penting dalam kemampuan membaca yang sering teraba dalam konteks pendidikan inklusi. Kintsch dan Rawson (2005) menjelaskan bahwa pemahaman bacaan melibatkan lebih dari sekadar kemampuan membaca kata; ia juga memerlukan kemampuan untuk menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Banyak siswa inklusi yang tidak memiliki strategi yang tepat untuk memahami teks, yang menyebabkan mereka kesulitan dalam menjawab pertanyaan dan menjelaskan isi bacaan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menerapkan strategi pengajaran yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan aktif terlibat dalam materi pelajaran. Misalnya, penggunaan teknik bertanya terbuka dan diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis dan memahami bacaan.
Dukungan dari orang tua juga sangat penting dalam proses belajar membaca anak-anak inklusi. Sénéchal dan Lefevre (2002) menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka dapat meningkatkan keterampilan membaca secara signifikan. Ketika orang tua terlibat dalam kegiatan membaca di rumah, anak-anak cenderung lebih termotivasi dan merasa lebih percaya diri. Oleh karena itu, sekolah harus mendorong orang tua untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan anak-anak mereka, misalnya dengan mengadakan workshop atau sesi informasi tentang cara mendukung pembelajaran membaca di rumah. Ini tidak hanya akan membantu anak-anak dalam mengembangkan keterampilan membaca, tetapi juga memperkuat hubungan antara sekolah dan keluarga.
Penggunaan teknologi bantuan juga dapat memberikan dampak positif dalam mendukung anak-anak dengan kesulitan membaca. Penggunaan aplikasi pembelajaran dan perangkat lunak pembaca teks dapat memberikan dukungan tambahan yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Alnahdi (2019) mencatat bahwa teknologi dapat memberikan cara yang lebih menarik bagi anak-anak untuk belajar, memungkinkan mereka untuk berlatih membaca dengan cara yang lebih interaktif. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterampilan membaca tetapi juga membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan. Guru dapat memanfaatkan berbagai sumber daya digital untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan siswa.
Lebih jauh lagi, penting untuk mempertimbangkan dampak emosional dari kesulitan membaca. Anak-anak yang menghadapi tantangan dalam membaca sering kali mengalami frustrasi, yang dapat menurunkan motivasi dan kepercayaan diri mereka. McIntosh dan Goodman (2016) menekankan bahwa dukungan emosional dan psikologis sangat penting untuk membantu anak-anak mengatasi tantangan ini. Dengan menyediakan lingkungan yang mendukung dan memahami, guru dan orang tua dapat membantu anak-anak inklusi merasa lebih aman dan termotivasi untuk belajar. Strategi seperti konseling, dukungan sebaya, dan program pengembangan keterampilan sosial dapat membantu anak-anak merasa lebih terhubung dan berdaya.
Selain itu, kolaborasi antara guru, orang tua, dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Villa dan Thousand (2003) menunjukkan bahwa lingkungan yang mendukung dan kolaboratif dapat membantu anak-anak inklusi untuk mengatasi kesulitan belajar mereka. Dengan melibatkan semua pihak dalam proses pendidikan, kita dapat menciptakan komunitas sekolah yang inklusif, di mana setiap anak merasa dihargai dan didukung. Sekolah dapat mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua dan anggota masyarakat untuk membahas kemajuan anak-anak dan strategi yang dapat diterapkan di rumah dan sekolah.
Akhirnya, penting untuk menyadari bahwa strategi pengajaran yang efektif harus terus dievaluasi dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pendekatan berbasis bukti dalam pengajaran membaca sangat penting untuk memastikan bahwa metode yang digunakan adalah yang paling efektif. Torgesen (2006) menekankan pentingnya intervensi yang didasarkan pada penelitian solid untuk meningkatkan keterampilan membaca anak-anak dengan kesulitan belajar. Oleh karena itu, pelatihan berkelanjutan bagi guru dalam metode pengajaran terbaru dan teknik intervensi harus menjadi prioritas untuk mendukung siswa inklusi secara optimal.
Secara keseluruhan, pembahasan ini menyoroti bahwa untuk meningkatkan kemampuan membaca anak-anak inklusi di SDN 31 Mataram, diperlukan pendekatan holistik dan komprehensif. Ini termasuk penekanan pada pengajaran yang efektif, keterlibatan orang tua, penggunaan teknologi, dukungan emosional, serta kolaborasi antara semua pihak. Dengan strategi yang terintegrasi dan dukungan yang tepat, diharapkan anak-anak inklusi dapat mengatasi kesulitan membaca dan mencapai potensi akademis mereka secara optimal.
SIMPULAN (5%)
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak inklusi di SDN 31 Mataram menghadapi berbagai tantangan dalam proses belajar membaca, yang meliputi kesulitan dalam mengenali huruf, membaca kata-kata, dan memahami teks. Berbagai faktor, termasuk kurangnya dukungan dari orang tua, metode pengajaran yang kurang efektif, dan keterbatasan dalam penggunaan teknologi, turut berkontribusi terhadap kesulitan ini.
Pentingnya pendekatan yang holistik dan komprehensif dalam pendidikan inklusi sangat jelas. Intervensi yang berfokus pada pengajaran fonik yang efektif dan strategi pemahaman bacaan harus diterapkan untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan membaca yang diperlukan. Selain itu, keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan juga sangat krusial; dukungan dari keluarga dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri anak.
Teknologi bantuan menawarkan peluang untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menarik, membantu siswa dalam mengatasi kesulitan membaca. Dukungan emosional dan psikologis juga harus diutamakan, karena kesulitan membaca dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kepercayaan diri anak. Oleh karena itu, kolaborasi antara guru, orang tua, dan komunitas sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung.
Dengan menggabungkan semua elemen ini pengajaran yang efektif, keterlibatan orang tua, penggunaan teknologi, dan dukungan emosional diharapkan anak-anak inklusi di SDN 31 Mataram dapat mengatasi kesulitan membaca dan mencapai potensi akademis mereka secara optimal. Penelitian ini memberikan wawasan penting bagi pengembangan kebijakan dan praktik pendidikan yang lebih baik untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, sehingga mereka dapat berpartisipasi secara penuh dalam sistem pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Periodicals Journal
Dababneh, K. A., & Al-Zboon, E. K. (2020). Using assistive technologies in the curriculum of children with specific learning disabilities served in inclusion settings: teachers’ beliefs and professionalism. Disability and Rehabilitation: Assistive Technology, 0(0), 1–11.
Widodo, A. (2020). Analisis Penggunaan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Disleksia di Sekolah Dasar. MAGISTRA: Media Pengembangan Ilmu Pendidikan Dasar dan Keislaman, 11(1).
Al Otaiba, S., & Fuchs, D. (2002). Increasing the intensity of intervention: a model for reading intervention. Reading & Writing Quarterly, 18(3), 325-348.
Coyne, M. D., Kame'enui, E. J., & Simmons, D. C. (2001). Effective strategies for teaching children with reading difficulties. The Reading Teacher, 54(2), 142-154.
McMaster, K. L., & Fuchs, D. (2007). The role of assessment in the intervention process: A case for using progress monitoring. Educational Psychologist, 42(4), 227-236.
Snow, C. E., & Matthews, A. (2016). Reading and language in the early years. In Handbook of Early Literacy Research (Vol. 3, pp. 213-225). Guilford Press.
Sénéchal, M., & Lefevre, J. A. (2002). Parental involvement in the development of children's reading skill: A five-year longitudinal study. Child Development, 73(2), 445-460.
Supena, A., & Munajah, R. (2021). Analisis kesulitan belajar membaca anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar. Jurnal basicedu, 5(1), 10-18.
Nurfadhillah, S., Septiarini, A. A., Mitami, M., & Pratiwi, D. I. (2022). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Berkebutuhan Khusus Slow Learner di Sekolah Dasar Negeri Cipete 4. ALSYS, 2(6), 646-660.
Alnahdi, G. H. (2019). The impact of assistive technology on the academic performance of students with disabilities: A review of the literature. International Journal of Special Education, 34(1), 1-10.
McIntosh, K., & Goodman, S. (2016). The role of school mental health in supporting students with learning disabilities. Journal of Learning Disabilities, 49(1), 1-10.
Torgesen, J. K. (2006). A comprehensive intervention model for preventing reading failure in young children. Learning Disabilities Research & Practice, 21(1), 36-47.
Books
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. Sukabumi: CV Jejak
Kirk, S., Gallagher, J. J., Coleman, M. R., & Anastasiow, N. (2009). Children Who Are Deaf or Hard of Hearing. In Educating Exceptional Children.
National Reading Panel. (2000). Report of the National Reading Panel: Teaching Children to Read. U.S. Department of Health and Human Services.
Kintsch, W., & Rawson, K. A. (2005). Comprehension. In The Cambridge Handbook of Literacy (pp. 267-276). Cambridge University Press.
ygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Harvard University Press.
Villa, R. A., & Thousand, J. S. (2003). Creating an Inclusive School. ASCD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H