Peneitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif, yang bertujuan untuk memahami secara mendalam kesulitan membaca yang dialami oleh anak inklusi di SDN 31 Mataram. Subjek penelitian terdiri dari siswa dengan kebutuhan khusus yang terdaftar dalam program inklusi, guru yang terlibat dalam proses pembelajaran, dan orang tua yang bersedia berpartisipasi dalam wawancara. Lokasi penelitian di SDN 31 Mataram yang dikenal sebagai salah satu sekolah dasar yang menerapkan program inklusi.
Data akan dikumpulkan melalui berbagai metode, termasuk wawancara mendalam dengan siswa, guru, dan orang tua untuk mendapatkan perspektif mengenai kesulitan membaca. Selain itu, observasi kelas juga dilakukan untuk mengamati interaksi antara guru dan siswa serta metode pembelajaran yang diterapkan. Dokumentasi juga dianalisis, termasuk kurikulum yang digunakan dan catatan perkembangan siswa. Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakaan Teknik analisis tematik, yang mencakup transkripsi wawancara, pengkodean data untuk mengidentifikasi tema dan pola, serta interpretasi hasil untuk merumuskan Kesimpulan mengenai kesulitan membaca anak inklusi.
Untuk mematiskan validitas dan reabilitas data, penelitian ini akan menggunakan triangulasi sumber, yaitu membandingkan informasi dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil analisis juga akan disajikan kepada partisipan untuk mendapatkan umpan balik dan konfirmasi. Penelitian ini akan mematuhi prinsip etika, termasuk mendapatkan izin dari orang tua dan sekolah sebelum melakukan penelitian, serta menjamin kerahasiaan dan anonimitas partisipan. Dengan metode ini diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai kesulitan membaca anak inklusi di SDN 31 Mataram dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN (70%)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak inklusi di SDN 31 Mataram menghadapi berbagai tantangan dalam proses belajar membaca. Pertama, banyak siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar membaca terutama mengenali huruf, yang merupakan Langkah awal penting dalam membaca. Kesulitan ini berdampak pada kemampuan mereka untuk mengeja dan membaca kata-kata sederhana. Menurut Al Otaiba dan Fuchs (2002), pengenalan huruf yang baik adalah pondasi penting bagi pembelajaran membaca yang efektif.
Selain itu, siswa juga mengalami kesulitan dalam membaca kata-kata yanag lebih kompleks, yang seringkali mengakibatkan kesalahan saat membaca. Coyne, Kame’enui, dan simmons (2001) menyatakan bahwa keterampilan membaca yang lebih tinggi memerlukan penguasaan kata-kata yang lebih rumit, dan kekurangan dalam aspek ini dapat mempengaruhi keseluruhan kemampuan membaca siswa. Pemahaman bacaan juga menjadi masalah, Dimana banayak siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana terkait teks yang telah mereka baca, menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap isi bacaan.
Penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa faktor penyebab kesulitan membaca, termasuk kurangnya perhatian dari orang tua, metode pengajaraan yang kurang efektif, dadn kondisi Kesehatan yang tidak optimal. Menurut McMaster dan Fuchs (2007) dukungan dari orang tua dan lingkungan belajar yang positif sangat penting untuk perkembangan keterampilan membaca anak. Temuan ini menekankan perlunya intervensi yang lebih baik dalam pengajaran membaca serta dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar untuk meningkatkan kemampuan membaca anak-anak inklusi di SDN 31 Mataram.
Pembahasan mengenai kesulitan membaca yang dialami anak-anak inklusi di SDN 31 Mataram menyoroti berbagai faktor yang berkontribusi terhadap tantangan ini dan pentingnya pendekatan yang terintegrasi untuk mengatasinya. Salah satu faktor utama adalah kemampuan dasar dalam mengenali huruf dan kata. Anak-anak inklusi sering kali memerlukan pendekatan yang lebih intensif dan terfokus dalam pengajaran membaca. Menurut National Reading Panel (2000), pengajaran yang berfokus pada fonik dan pengenalan huruf yang jelas adalah kunci untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan membaca. Dengan mengajarkan hubungan antara huruf dan suara secara sistematis, siswa dapat mengembangkan keterampilan dasar yang diperlukan untuk membaca dengan lancar.
Selain itu, pemahaman bacaan merupakan aspek penting dalam kemampuan membaca yang sering teraba dalam konteks pendidikan inklusi. Kintsch dan Rawson (2005) menjelaskan bahwa pemahaman bacaan melibatkan lebih dari sekadar kemampuan membaca kata; ia juga memerlukan kemampuan untuk menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Banyak siswa inklusi yang tidak memiliki strategi yang tepat untuk memahami teks, yang menyebabkan mereka kesulitan dalam menjawab pertanyaan dan menjelaskan isi bacaan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menerapkan strategi pengajaran yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan aktif terlibat dalam materi pelajaran. Misalnya, penggunaan teknik bertanya terbuka dan diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis dan memahami bacaan.
Dukungan dari orang tua juga sangat penting dalam proses belajar membaca anak-anak inklusi. Sénéchal dan Lefevre (2002) menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka dapat meningkatkan keterampilan membaca secara signifikan. Ketika orang tua terlibat dalam kegiatan membaca di rumah, anak-anak cenderung lebih termotivasi dan merasa lebih percaya diri. Oleh karena itu, sekolah harus mendorong orang tua untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan anak-anak mereka, misalnya dengan mengadakan workshop atau sesi informasi tentang cara mendukung pembelajaran membaca di rumah. Ini tidak hanya akan membantu anak-anak dalam mengembangkan keterampilan membaca, tetapi juga memperkuat hubungan antara sekolah dan keluarga.
Penggunaan teknologi bantuan juga dapat memberikan dampak positif dalam mendukung anak-anak dengan kesulitan membaca. Penggunaan aplikasi pembelajaran dan perangkat lunak pembaca teks dapat memberikan dukungan tambahan yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Alnahdi (2019) mencatat bahwa teknologi dapat memberikan cara yang lebih menarik bagi anak-anak untuk belajar, memungkinkan mereka untuk berlatih membaca dengan cara yang lebih interaktif. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterampilan membaca tetapi juga membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan. Guru dapat memanfaatkan berbagai sumber daya digital untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan siswa.