Mohon tunggu...
Bagas Adi Saputra
Bagas Adi Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teologi STAK-AW Pontianak

hobi membaca dan bicara dengan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Mati di Bulan September

8 September 2024   10:52 Diperbarui: 8 September 2024   10:52 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andi mengambil selembar koran dan membaca, perlahan ia membuka satu persatu lembar koran itu. Meskipun koran itu adalah koran yang diterbitkan minggu kemarin, tapi, Andi tentu tidak peduli.

Kemudian Andi bertanya lagi, "pak, apa itu September hitam?"

Ayahnya keheranan, tapi, ia tetap melanjutkan pekerjaannya dan tidak merespons Andi. Memang biasa seperti itu, Andi akan diam kalau ayahnya tidak menjawab, itu sudah cukup membuat Andi paham ayahnya tidak punya jawaban. Tapi, kali ini Andi tetap bertanya pada Ayahnya.

"September hitam itu apa, pak?"

"tidak tahu, ndi." Jawab pasrah ayahnya

"di sini di tulis banyak orang berkumpul untuk mengenang setiap peristiwa-peristiwa di bulan September" mata Andi tetap membaca koran itu. Kemudian ia bertanya sendiri "kira-kira kenapa dengan September hitam?, mungkinkah ini sebuah hari untuk mengenang para pahlawan seperti hari pahlawan? Atau mengenang sebuah kemenangan seperti tujuh belas agustusan?, tapi, kalaupun sama, siapa yang mereka lawan? Kan penjajah sudah tidak ada, setidaknya itu yang dikatakan buku-buku pelajaran di sekolah"

"sudahlah, ndi. Lupakan saja, lebih baik kau makan" perintah ayahnya

Ya, karena di suruh untuk makan, tentu saja Andi pergi makan, perutnya sudah lapar. masalah sejarah bisa nanti-nanti saja, atau mungkin setelah makan Andi akan lupa sama seperti kebanyakan orang. Sungguh kasihan Andi, ingin belajar untuk mengenyangkan pikiran malah disumpal mulut dan perutnya dengan nasi yang tidak enak dan juga beberapa ikan asin, tapi, yang penting kenyang bukan?

Andi makan dengan begitu lahapnya, lupa ia dengan koran, dengan informasi, dengan sejarah, tertutup semua ingatan itu dengan nasi dan ikan asin, sungguh malang nasibmu, ndi.

**

Malam tiba, Andi sibuk menulis di meja belajar yang sekali lagi ayahnya dapatkan di tempat pembuangan sampah, tapi, meja seperti ini sudah syukur sekali, sudah sangat mewah bagi Andi. Ayah Andi sibuk memilah barang bekas sekali lagi, agar cepat selesai ia sudah memberitahu Andi agar bisa membantunya, supaya besok bisa mulung dengan lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun