Mohon tunggu...
Bagas Adi Saputra
Bagas Adi Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teologi STAK-AW Pontianak

hobi membaca dan bicara dengan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Mati di Bulan September

8 September 2024   10:52 Diperbarui: 8 September 2024   10:52 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andi kecil berjalan pulang menuju rumah dengan pakaian yang kusut, sepatu yang sangat kotor, memang biasa itu, bahkan jika menanam sayur di kaos kaki Andi tentu akan tumbuh dengan sangat subur. Andi yang sedang duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar itu seperti biasanya berjalan perlahan sembari mengamati perkampungan pemulung yang kumuh, bau dan selalu menjadi langganan banjir setiap tahunnya, bahkan ketika Andi di jalan pulang, bekas dari muntahan sungai tetap masih menjadi pemandangan yang menghadirkan estetika tersendiri bagi Andi dan orang kampung lainnya.

Dari kejauhan, rumah kecil Andi sudah mulai terlihat. Ayahnya sedang sibuk memasukkan botol-botol plastik bekas ke dalam karung untuk segera ditukarkan menjadi rupiah. Kedatangan Andi memberikan rasa lega bagi ayahnya, ya, melihat Andi yang pulang lebih awal dari biasanya membuat Andi bisa istirahat lebih lama dan kemudian membantu memilah botol, kaleng, kertas dan besi-besi tua.

Tanpa banyak bicara Andi duduk di kursi tua yang ayahnya dapat, masih sangat layak, hal itu pun memang selalu menjadi pertanyaan Andi kenapa orang-orang begitu cepat membuang yang lama dan membeli yang baru, bukankah di dalam dunia ini hal yang benar-benar tidak berguna bagi orang lain tetap bisa menjadi berguna? Jelas Andi tidak tahu pasti.

Andi kecil memang selalu ingin tahu, sayangnya pengetahuan tidak mau tinggal lama dengannya, bahkan ketika ia mencoba menangkapnya, pengetahuan itu begitu liar ditangannya. Dunia memang selalu menarik perhatian Andi, bahkan sampah-sampah yang dikumpulkan juga perlu dipertanyakan. Sering sekali Andi bertanya kepada ayahnya, tapi, ayahnya mungkin tidak punya banyak jawaban untuk semua pertanyaan Andi, tapi, kalau soal harga barang-barang bekas, harga beras itu sudah tentu bisa dijawab dengan sangat mudah oleh ayahnya.

Mata Andi tertuju pada tumpukan koran di sampingnya, memang koran-koran itu sangat sedikit, tidak seperti biasanya. Tentu saja Andi langsung bertanya "kenapa hanya setebal lima jengkal pak?"

"orang-orang sudah jarang baca koran, ndi"

"kenapa orang-orang jarang baca koran?"

"tidak tahu. Mungkin sedang bosan"

"ohhh" Andi mengangguk, kemudian bertanya lagi "kalau buku? Apakah orang-orang juga bosan membaca buku?"

"mungkin saja, setiap hal di dunia ini tentu ada bosannya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun