“Aku sering menulis tentang itu di Majalah kampus, pernah juga koran lokal memuatnya” jawabku dengan tanda tanya yang sudah membelit di kepalaku.
“Aku salah satunya” jawabmu dengan raut wajah sedih, dan dapat kupastikan kejujuranlah yang kau katakan.
“Jangan beritahu siapa-siapa; Pak Kirno itu termasuk langgananku”
“Apa? Pak kirno dosen pembimbingku itu?”
“Ya”
“Brengsek Pak tua itu!!!” umpatku.
“Sudahlah. Jangan kaget begitu. Banyak kok model dosen seperti dia. Lagi pula aku hanya ingin membicarakan tentang kita”
“Apa kau mencintaiku?” pertanyaanmu menderaku lagi.
“Ha...ha...mana mungkin aku jatuh cinta padamu”
“Aku bisa membacanya lewat cahaya matamu. Dan kukira aku takkan salah tentang itu”
“Kau salah besar, Nona” tiba-tiba saja aku menjadi angkuh. Entah setan atau malaikat yang berbisik di telingaku. Semua terdengar samar, tak jauh beda.