Mohon tunggu...
Bazaruddin Ahmad
Bazaruddin Ahmad Mohon Tunggu... Guru - Berkaryalah

Pernah mengajar di homeschooling kak Seto Solo. Kini Mengabdikan diri di SMA N 1 Pulau Maya. Belajar untuk Menulis. j

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rintik Hujan Tak Sampai

3 Januari 2016   12:36 Diperbarui: 3 Januari 2016   13:46 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“aku juga”

“kenapa?”

“kerena kalau boleh jujur, cintaku padamu takkan bisa hancur. Oleh apapun, tanpa kecuali”

Ia tersenyum kecil, aku mendekat di sisinya. Aku seperti tak peduli atau lupa barangkali, jika ia telah bersuami. Tapi aneh, dia yang dari kemarin mencoba mengungkit kemesraan kami sebagai teman di masa lalu, bahkan lebih jauh ia telah membuatku mengakui cinta yang kupunya, ia kini malah bersikap marah.

“Jangan kurang ajar kamu bang” Aku yang belum sedikitpun menyentuhnya, mengambil jarak.

“Kenapa? Bukankah kau yang memojokkanku dalam situasi ini. Diary, puisi, hujan, cinta? Apa itu, hah?”

“Maaf bang, aku hanya sedang ngidam puisi. Aku positif hamil. Entah kebetulan atau tidak, itu tepat ketika kita bertemu”

Hujan yang cukup lama mendinginkan hari tiba-tiba berhenti, hanya karena langit yang tak bisa dibaca. (*)

Mempawah, 9- 12 Oktober 2010

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun