“kau benar sekali” jawabku
“Ya, seperti suamiku”
Air kopi yang sudah mendekati bibir tersentak oleh rasa kejutku. Tumpah, meja jadi hitam basah.
“Kau sudah menikah?”
“Tujuh bulan yang lalu. Maaf, aku sudah berusaha mengundang. Tapi nomor abang selalu tidak aktif.
“Oh, HP abang kecurian waktu itu, malas untuk mengurusnya. Hmm… Selamat kalau begitu”
“terima kasih. Oh ya kerja dimana sekarang, bang?”
“ngajar di SMA 3”
“Oh, dekat dengan sekolahku mengajar dong. Aku di SMA 5. Cuma 50 meter jaraknya khan”
Oh tidak, batinku terpilin.
Kuhela nafas. Kuminum kopi yang sudah jadi pahit, harum rokok telah berubah hambar.