Menuju Lokasi
Minggu, 12 Februari 2016 adalah waktu acara diadakannya acara Kompasiana Visit: Gaya Hidup Selaras Alam, kerjasama Kompasiana dengan PT. Alam Sutera Reality. Awalnya saya berencana naik ojekonline biar cepat, tetapi karena hujan dari semalam masih cukup deras, saya putuskan mengendarai mobil ke lokasi acara yang bertempat di Gedung Synergy, Alam Sutera.
Dari arah Cikokol menuju Alam Sutera lalu lintasnya lancar. Jalanan yang biasanya padat terasa lenggang. Mungkin sebagian orang masih terlelap dibalik selimut. Dari jauh saya sudah melihat Main Gate Alam Sutera berupa bundaran di tengahnya terdapat bangunan menara jam yang iconic. Ternyata saat memasuki kawasan ada rekayasa lalu lintas, jalur masuk ditutup karena dipakai sebagai track untuk lari. Jalur keluar Alam Sutera dibagi menjadi dua lajur, satu untuk masuk dan satu untuk keluar kendaraan. Pantas saja sepagi ini sudah ramai sekali.
Rupanya pagi itu bertepatan dengan acara ‘Alam Sutera Anyo Run 2017’. Seperti pada tahun 2016, Alam Sutera Anyo Run akan kembali digelar di Flavor Bliss, dalam rangka menyambut Hari Kanker Anak Sedunia (HKAS) yang jatuh pada tanggal 15 Februari setiap tahunnya. Alam Sutera bekerja sama dengan Yayasan Anyo Indonesia (YAI), yayasan yang membantu anak-anak penyandang kanker untuk peduli melalui kegiatan ‘Alam Sutera Anyo Run 2017’ yang mengangkat tema Care to Cure. Kegiatan ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu 5K, 10K, dan 16,8K, terbuka untuk berbagai lapisan masyarakat dan komunitas lari.
Bertepatan pula dengan kegiatan Down Town Car Free Day rutin diadakan setiap hari Minggu pukul 06:00 – 09:00 WIB yang dapat dimanfaatkan oleh warga untuk melakukan aktivitas olahraga seperti yoga, senam, lari, dan bersepeda di pagi hari tanpa khawatir akan lalu lintas kendaraan bermotor. Meski hujan, rupanya tidak menyurutkan semangat berlari para peserta. Kendaraan harus memutar ke arah kanan melintasi beberapa cluster perumahan Alam Sutera (Town Center). Apalagi kawasan Alam Sutera ini cukup luas mencakup 800 ha. Jalan menuju lokasi acara pun ditutup karena digunakan untuk acara Down Town Car Free Day.
Saya agak bingung juga harus lewat mana lagi? Padahal sebentar lagi acara akan dimulai. Wah, bisa-bisa ditinggal oleh Panitia. Tak lama kemudian, Gedung Synergy yang menjulang tinggi terlihat. Itu yang akhirnya jadi patokan saya. Tapi jalan menuju acara juga ditutup karena berada di kawasan Down Town Car Free Day.
Saya hampiri saja security yang sedang berjaga, minta ijin untuk melintas
“Mau kemana, Pak?” tanya petugas security sopan.
“Saya ada acara di Kompasiana, Pak. Di Gedung Synergi itu, Pak!” ujar saya sambil menunjuk sebuah gedung Synergy.
“O, acara Kompasiana ya. Bapak boleh lewat tapi pelan-pelan ya, Pak. Di depan banyak yang lari.”
Pihak security rupanya telah diinformasikan adanya kegiatan Kompasiana Visit ini. Syukurlah.
Para petugas security langsung membuka blokade jalan dan mempersilahkan mobil untuk lewat.
“Ambil sisi kiri ya, Pak,” tambahnya mengingatkan.
Untung kondisi jalan sudah mulai sepi dan pelari yang berada di sini tak sebanyak di area Town Center (area main gate Alam Sutera).
Maaf ya, numpang lewat. Wah, jadi tidak enak hati nih. Semestinya mobil bisa diparkir di The Flavour Bliss dan melanjutkan perjalanan dengan Suteraloop (saya baru tahu setelah membaca brosur Alam Sutera Down Town Car Free Day yang diberikan Panita).
Tiba di lokasi kok masih sepi? Hanya ada beberapa Kompasianer yang terlihat, Panitia pun tak terlihat. Ternyata acara yang dilaksanakan dipindah dari Gedung Synergy ke kantor Marketing PT. Alam Sutera di Mall @Alam Sutera (pemberitahuan via sms dari panitia). Lokasi gedungnya berada persis berseberangan dengan Gedung Synergy. Usut punya usut, ternyata efektif per 8 Februari 2017 kantor pemasaran Alam Sutera pindah ke Mall@Alam Sutera.
Mal ini merupakan mal dengan konsep modern dan atmosfir “green community” yang asri dan hijau di indoor maupun outdoor. Mal ini di design oleh arsitek yang diakui secara internasional, dan dibangun diatas tanah seluas 7,8 hektar. Lokasi acaranya sendiri ada di lantai dasar. Kompasianer yang berkumpul di meeting point BBJ (Bentara Budaya Jakarta) Palmerah, juga baru datang menggunakan bus.
Keliling Naik Suteraloop
Setelah daftar ulang, kita semua diajak untuk masuk ke dalam Suteraloop. Suteraloop merupakan internal shuttle di Alam Sutera yang menyediakan 4 pilihan jalur Merah, Biru, Hijau, dan Kuning, yang menghubungkan seluruh area di kawasan Alam Sutera mulai dari kawasan residensial hingga komersial.
Untuk mengetahui estimasi waktu kedatangan, penghuni dapat mengetahui posisi bus dengan mudah melalui aplikasi yang dapat diunduh melalui http://www.shuttle.alam-sutera.com.
Alam Sutera Terdiri dari kawasan residensial serta area komersial yang terintegrasi dengan fasilitas pendukung lainnya, menghadirkan sebuah kenyamanan, sekaligus kemudahan hidup yang sulit ditemui di kawasan lain. Berbagai fasilitas berkualitas premium mulai dari pendidikan, hiburan, kesehatan, hingga pusat perbelanjaan telah hadir dan kian melengkapi kawasan ini.
Kami melintasi Gedung IKEA. IKEA adalah sebuah peritel perabot untuk rumah tangga dari Swedia yang resmi dibuka pada tanggal 15 Oktober 2014. IKEA Alam Sutera merupakan toko ke-364 dan yang paling baru dari 46 negara di dunia. IKEA juga sudah menjalin kerja sama dengan industri lokal di Solo, Jawa Tengah dengan mengambil bahan baku dan pengrajin di Solo dan Yogya. Produk-produk lokal tersebut akan dipasarkan IKEA ke pasar internasional. Konon, buku brosurnya merupakan buku yang terbanyak dicetak setelah Al Kitab.
Lalu ada gedung Living World. sebuah pusat perbelanjaan dengan luas 140.000 m2 yang letaknya berdekatan dengan Rumah Sakit Omni Internasional dan Flavor Bliss. Living World merupakan satu-satunya pusat perbelanjaan yang memadukan konsep Home Living and Eat-tertainment Center di Alam Sutera, dan merupakan Lifestyle Center terbesar di kawasan Tangerang. Tak jauh dari sana, ada Hotel Mercure merupakan hotel bintang 4 dari Accor Hotels.
Selain itu masih banyak bangunan lain yang sempat kami lintasi, beberapa diantara masih dalam pembangunan. Ada Paddington Heights, lokasinya sangat strategis hanya 2 menit dari dan menuju pintu tol Jakarta-Tangerang. Dikelilingi oleh gedung-gedung perkantoran, seperti Synergy Building, The Prominence, dan Alfamart Headquarters, Gedung Saumata, dan Universitas Bunda Mulia (beroperasi 2017).
Dari sini terlihat, bahwa sebagai pengembang Alam Sutera berkeinganan membangun kawasan permukiman bukan hanya sebatas layanan untuk kegiatan perumahan. Alam Sutera juga menyediakan sarana pendidikan, perkantoran, dan berbagai fasilitas umum yang dibutuhkan oleh warganya dan masyarakat sekitar dalam konteks layanan skala nasional maupun internasional. Prinsip I stay here, I grow up here, and I success here, sepertinya ingin diwujudkan oleh Alam Sutera.
Sepanjang perjalanan kami melewati green tunnel berupa deretan pohon trambesi yang rindang dan menyejukkan pandangan mata. Kawasan Town Center Alam Sutera memiliki jalur hijau sepanjang 4,5 km. Jalur ini dilengkapi dengan lintasan untuk lari dan jalur untuk sepeda yang dapat digunakan oleh warga dan masyarakat umum. Di setiap 500 meter juga disediakan kursi taman untuk warga beristirahat pada saat berolahraga.
- Tajuknya yang lebar dan daunnya yang lebat ditambah dengan jaringan akarnya yang luas sehingga mampu menyerap air dengan maksimal
- satu batang Pohon Trembesi mampu menyerap 28.442 kg karbondioksida (CO2) setiap tahunnya., berdasarkan penelitian oleh Dr. Ir. Endes N. Dahlan, Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bandingkan dengan – bambu yang menyerap karbondioksida 12 ton per tahun atau beringin yang “hanya” menyerap 500 kg karbondioksida per tahunnya.
- trembesi memiliki sistem perakaran yang mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium untuk mengikat nitrogen dari udara.
- trembesi bisa hidup di lahan-lahan marjinal, juga lahan-lahan kritis, seperti bekas tambang, bahkan mampu bertahan pada keasaman tanah yang tinggi, juga tahan kekeringan, serta tahan genangan,
- Sekitar 4 derajat celcius suhu udara yang dapat diturunkan dengan keberadaan pohon trembesi di dunia.
- Sekitar 26 persen karbon yang bisa direduksi berkat pohon trembesi.
- Maksimal usia pohon trambesi bisa lebih dari 100 tahun, bahkan ada yang menyebutkan bisa mencapai usia 600 tahun.
Sedangkan jumlah pohon yang ada di Alam Sutera lebih dari 10.000 pohon, ada yang berada di dalam cluster, jalan utama, dan di sekitar area Alam Sutera. Selain trembesi ada juga Flamboyan, Eucalyptus, Kamboja, Fir Sumatera, White Wood Camouflage, dan tumbuhan lainnya.
Semenjak berdirinya, Alam Sutera telah berkomitmen untuk menjadi pengembang yang membangun dengan berwawasan lingkungan. Seluruh proses perencanaan maupun pelaksanaan dalam pengembangan kawasan merupakan implementasi dari ecological planning method, di mana dalam setiap pengembangannya Alam Sutera Group selalu mengedepankan kondisi alam sekitar, meliputi faktor topografi, hidrologi, akses, hingga demografi. Alam Sutera menerapkan konsep green development dalam pengembangan kawasannya.
Pemilihan pohon dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan kondisi tanah, salah satunya adalah pohon trembesi. Walaupun pohon trembesi membutuhkan waktu tumbuh yang cukup lama, namun pohon tersebut dapat membuat suasana lebih hijau, segar dan rindang. Pohon trembesi memiliki kemampuan untuk menyerap karbondioksida lebih besar dan mampu menampung air lebih banyak.
Selain itu, untuk kawasan hunian, Alam Sutera menyediakan sumur resapan, grease trap, dan biological septic tank yang membuat sebuah hunian sangat ramah lingkungan. Seluruh penerapan tersebut yang menciptakan kehidupan di Alam Sutera semakin berkualitas, nyaman, aman, sehat dan bermanfaat lebih bagi warganya
Panitia juga mengajak para Kompasianer mengunjungi salah satu cluster yang ada. Terhitung hingga hari ini terdapat sekitar 35 (tiga puluh lima) cluster perumahan di Alam Sutera, masing-masing terdiri dari 150 hingga 300 unit rumah. Jumlah populasi pun tercatat sekitar 4.500 keluarga dan akan terus bertambah sesuai dengan perkembangan kawasan yang pesat.
Kondisi cluster terlihat hijau dan asri. Jika diperhatikan, tidak ada pagar yang membatasi antar rumah. Memang sudah ada ketentuan setiap penghuni tidak diperbolehkan membangun pagar. Untuk setiap penghini yang akan melaksanakan pembangunan rumah baru atau renovasi rumah, wajib untuk mengajukan ijin tertulis kepada warga dan Pengembang (disediakan formulir). Serta harus mematuhi beberapa ketentuan, antara lain kendaraan material dilarang masuk sebelum pukul 07.00 dan setelah pukul 16.00. Selain itu tukang/pekerja dilarang untuk lembur atau menginap di lokasi pekerjaan. Tujuannya agar kenyaman dan keamanan penghuni lain tidak terganggu.
Kami juga diperkenalkan dengan inovasi baru yang ada di alam sutera, namanya panic button. Setiap 500 meter, Alam Sutera juga menyediakan fasilitas panic button yang sangat berguna dalam keadaan darurat. Lokasi panic button yang kami datangi berda di dekat pintu masuk gerbang utama Alam Sutera.
“Bagaimana kalau ada orang yang sekedar iseng saja memecet panic button? Cape ‘kan, kalau harus bolak-balik,” komentar seorang Kompasianer.
Memang pernah terjadi beberapa kali kasus seperti itu. Itu sebabnya pada panic button juga dilengkapi kamera satu arah sehingga bisa dipantau siapa yang melapor. Selain itu, CCTV yang tersebar juga membantu untuk mengindetifikasi suatu peristiwa. Jadi bisa terlihat apakah memang terjadi suatu peristiwa darurat atau sekedar dilakukan oleh orang yang iseng saja. Sebanyak 126 Closed Circuit Television (CCTV) yang tersebar di Alam Sutera terintegrasi dengan Alam Sutera Command Center (ASCC), sehingga seluruh kawasan dapat dipantau secara real time.
Dari semua fasilitas itu, maka tidak heran kalau banyak yang berminat untuk memilih hunian di Alam Sutera sebagai tempat tinggal. Dalam satu dekade terakhir nilai tahan di kawasan ini juga meningkat tajam. Harga tanah di Alam Sutera sudah menjadi price leader untuk kawasan Serpong, Tangerang.
Alam Sutera Command Center (ASCC)
Nah, untuk mengetahui bagaimana sistem panic button bekerja dan sistem monitoring melalui CCTV, Kompasiner diajak mengunjungi ASCC. Di sinilah pusat pengawasan yang ada di Alam Sutera. Tak sembarang orang bisa masuk ke gedung ini. Diperlukan kartu dan kode akses untuk memasukinya.
Pak Yusuf selaku koordinator ASCC menjelaskan dengan semangat fungsi dari peralatan yang ada. “Mata kami terlatih untuk melihat hal yang tak biasanya yang ditampilkan di layar monitor.”
Di perjalanan kembali menuju Mall @Alam Sutera, pihak manajemen Alam Sutera menjelaskan beberapa penghargaan yang pernah diraih pengembang, beberapa diantaranya adalah : Forbes Indonesia Best of The Best Award – Top 50 Companies for 2015, BCI ASIA –Top 10 Developers 2016 dan Properti Indonesia Award 2016 – Highly Recognized Township.
Acara Talk Show
Setelah puas berkeliling Alam Sutera menggunakan Suteraloop, kami kembali ke kantor Pemasaran. Dianjutkan dengan salah satu acara yang dinanti, talk show. Saat masuk ruangan, kami disambut oleh seorang wanita bersahaja dan murah senyum. Menyapa beberapa Kompasianer yang baru tiba. Rupanya beliau adalah Lilia Setiprawarti Sukotjo, Marketing Director PT Alam Sutera Realty Tbk. Ditemani seorang wanita cantik bernama Yovita Ayu Liwanuru, Miss Scuba Indonesia 2012. Ibu Lia dan Mba Yovita-lah yang menjadi narasumber dalam acara talk show ini. Acara ini dipandu oleh Mas Raja dari Kompasiana Suasana akrab dan hangat segera tercipta.
Beliau masih rajin lari pagi setiap minggu. Selain sehat untuk tubuh, ia juga bisa melihat kondisi yang terjadi di kawasan Area Sutera. Ia tak segan untuk menegur pedagang kaki lima yang berjualan di semberang tempat, karena sudah disediakan tempat khusus untuk mereka. Atau menegur warga yang membuang sampah sembarangan.
Bu Lia merupakah salah seorang penentu kesuksesan PT Alam Sutera Realty Tbk. Wanita kelahiran 30 Juni 1963 ini mulai bergabung di PT Alam Sutera Realty Tbk. sejak tahun 1993, menempati posisi sebagai Planning Manager. Ibu Lia ikut merencanakan pengembangan kota mandiri (township) Alam Sutera. Sampai kemudian, lulusan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) jurusan Aristektur dan University of Pennsylvania, Philadelphia - Amerika Serikat, jurusan Landscape Architecture, ini mendapat tugas menjadi Direktur Marketing PT Alam Sutera Realty Tbk.
Inu Lia menjelaskan awal berdirinya Alam Sutera. “Nama Alam Sutera terkait dengan kegiatan induk perusahaan yaitu Grup Argo Manunggal, yang bergerak di bidang tekstil. Alam dimaksudkan bahwa pembangunan rumah akan dekat dengan alam. Sedangkan sutera adalah produk tekstil dengan kualitas terbaik.”
Bahan sutera itu berasal dari sesuatu yang alami, bukan sintetis. Sedangkan logo Alam Sutera sendiri adalah kupu-kupu yang merupakan metamorposis dari ulat sutera menjadi kupu-kupu sutera. Kupu-kupu yang terbang tinggi.
Untuk mewujudkan ide-ide tersebut, maka dibentuklah satu komunitas bernama Woman Oriented Project, dimana para wanitanya saling berbagi impian terutama tempat tinggal idaman yang ideal.
“Kita dekati dulu wanitanya, nanti yang laki-laki akan mengikuti.”
Terciptanya wanita pastilah agar ia menjadi ratu di rumahnya sendiri. Karena wanita adalah ratu di rumahnya sendiri. Sehingga wanita akan tenang dan senang tinggal di rumah. Suami pun akan tenang meninggalkan keluarga di rumah. Demikian pula jika Ibu harus bekerja, tidak terlalu khawatir meninggalkan buah hati mereka di rumah.
Itu jualah yang membuat Mba Yovita yang juga first runner-up pemilihan Miss Scuba Internasional 2012, mendambakan lelaki yang punya rumah di Alam Sutera. Mba Yovita masih single loh.....
“Mau bangetttt,” ujarnya manja.
Ayo, siapa yang masih single dan punya rumah di Alam Sutera angkat tangan? Yang sudah bapak-bapak jangan ya!
Kembali ke topik perumahan Alam Sutera. Pada awal diberi kepercayaan untuk mengembangkan Alam Sutera, Bu Lia ingin mengembangkan perumahan sistem cluster. Bahkan pengembang Alam Sutera sampai mengunjungi 17 konsultan untuk awal perencanaan pembangunan kawasan hunian.
Alam Sutera ingin memiliki nilai tambah dibandingkan dengan kompetitor yang ada. Apalagi saat itu Alam Sutera adalah pemain baru di bidang konstruksi perumahan. Salah satunya adalah mengembangkan kawasan hunian berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
“Ada hal lain yang membuat saya bingung. Waktu itu istilah cluster belum begitu dikenal di Indonesia. Belum ada padanan kata untuk kata cluster. Mau diberi nama kompleks atau blok, juga tidak tepat,” jelas Bu Lia.
“Mungkin dulu orang berpikir aneh mengapa rumah tidak ada pagarnya. Kesannya menjadi terbuka dan plong. Orang bisa langsung masuk ke halaman rumah dan ketuk pintu,” tambah Bu Lia geli.
Sistem cluster secara umum adalah suatu permukiman yang dikeliling oleh pagar dan memiliki satu gerbang untuk keluar masuk. Fitur utama dari permukiman ini adalah adanya dinding pagar keliling kawasan sehingga seseorang, baik penghuni atau tamu, tidak dapat leluasa keluar masuk kawasan dengan bebas tanpa meminta ijin atau memiliki kartu anggota di pintu pejagaan.
Selain itu di setiap gerbang cluser dilengkapi dengan CCTV dan beberapa titik di kawasan Alam Sutera. Hingga semua kegiatan terpantau oleh pihak keamanan. Untuk sarana berolah raga, setiap cluster juga dilengkapi dengan kolam renang dan lapangan basket.
“Awalnya yang ada adalah fasilitas kolam renang dan lapangan tenis. Tetapi akhirnya diganti dengan lapangan basket. Lapangan tenis yang menggunakannya hanya bapak-bapak. Selain itu bunyi bolanya teng....tang....teng....tang, membuat penghuni sekitar terganggu. Kalau lapangan basket meski bunyi duk..duk..duk, yang main ‘kan remajanya.”
O begitu ya, Bu.
“Lalu mengapa kita membuat kolam renang di satu tempat tetapi ukurannya besar? Masalahnya adalah keterbatasan lahan. Tidak ada kolam renang bertingkat,” lanjut Bu Lia yang disambut senyum geli Kompasianer.
Kemudian seorang Kompasianer menanyakan : konsep arsitektur atau ciri khas apa yang digunakan oleh Alam Sutera untuk mengembangkan perumahan?
“Sebenarnya Alam Sutera lebih mengutamakan kenyamanan penghuni dengan dekat dengan alam. Sebagai negara tropis, perumahan yang cocok adalah perumahan dengan arsitektur nusantara dan menggunakan memaksimalkan banyak bukaan untuk udara. Buat apa punya rumah bagus tetapi bikin gerah.”
Bu Lia menyebutkan nama Prof.Dr.Ir.Josef Prijotomo, M.Arch, sebagai salah seorang yang menjadi inspirasinya. Prof. Josef adalah guru besar yang membangun pengetahuan budaya Nusantara menjadi referensi para arsitek dalam mendesain rumah. Ia melakukan kajian lapangan arsitektur Nusantara di berbagai provinsi.
Kecintaannya pada arsitektur Nusantara ia tuangkan ke dalam 9 buku. Menurutnya arsitektur Nusantara harus duduk setara dengan arsitektur Barat yang selama ini menjadi kiblat. Bahwa dalam era globalisasi adalah peluang mengolah arsitektur Nusantara kekinian untuk disumbangkan pada dunia.
Menurut Prof. Josef , sedikitnya ada dua arsitektur yang tidak bisa disatukan, yaitu arsitektur empat musim seperti di Eropa dan arsitektur dua musim di wilayah tropis. Arsitektur empat musim harus memisahkan diri dari alam, sebab kalau tidak manusia bisa mati karena ada musim dingin yang mengancam hidup. Sedangkan arsitektur dua musim cukup perlindungan atau berteduh dari panas kemarau atau hujan. Arsitektur dengan banyak bukaan di negara-negara tropis tidak akan mengancam keselamatan penghuninya. Karena fungsi bangunannya adalah untuk bernaung.
Selain itu, Bu Lia juga menceritakan salah seorang dosen arsitektur selama kuliah di Pennsylvania bernama Ian McHarg.
“Saya banyak berguru pada pengajar sekaligus dosen wali saya di Pennsylvania University bernama Ia McHarg.”
Penasaran ‘kan siapa yang yang dimaksud Bu Lia? Ian McHarg (20 November 1920 – 5 March 2001) adalah seorang landscape architect dan penulis terkait regional planning using natural systems yang berpengaruh. Ian juga salah seorang pendiri department of landscape architecture di University of Pennsylvania, Amerika Serikat. Bukunya Design with Nature (1969) menjadi pionir dalam konsep ecological planning.
Ian McHarg mempublikasikan hasil risetnya desain dengan alam pada tahun 1967 mengenai kerusakan lingkungan dan adanya degradasi lingkungan di dunia. Istilah – istilah seperti green, ecological design, sustainable design pun mulai muncul.
Istilah sustainable sendiri mulai diperbincangkan sejak Brundtland Commision menuliskan definisi dari sustainable development di tahun 1980. Yang kemudian diikuti oleh kesepakatan bersama di Rio Summit di tahun 1992. Dimana sustainabledidefinisikan sebagai adalah “sebuah pengembangan untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang dengan tidak mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. “
Selanjutnya, Bu Lia menjelaskan mengenai penanaman pohon penghijau di sepanjang boulevard (jalan utama) dan semua jalan lingkungan diteruskan. Begitu pula pembuatan taman lengkap dengan tanaman penghijau di setiap cluster.
Bu Lia juga membuat menerangkan adanya tiga danau yang berada di kawasan Alam Sutera. Salah satunya adalah danau buatan seluas tujuh hektar di antara cluster Telaga Biru dan Sutera Riviera yang berfungsi sebagai reservoar, penguapan air, sarana wisata sekaligus sumber cadangan air bersih saat musim kemarau.
Saat Bapedal (Badan Pengendali Dampak Lingkungan) mengukur baku mutu timbal di udara di Alam Sutera belum lama ini, kadarnya hanya 0,24 micron gram/nano meter kubik (nm3), jauh di bawah standar WHO dan pemerintah (masing-masing 0,5 dan 2 micron gram).
Berbicara mengenai smart city, Alam Sutera jauh-jauh hari sudah mempersiapkannya.
“Jadi ketika saat ini orang sibuk mempersiapkan smart city, Alam Sutera sudah mewujudkannya.”
Menurut pengakuan Ibu Lia, jika ditelusuri dari awal konsep pembangunan Alam Sutera, sesungguhnya metode smart city sudah lebih dulu diterapkan. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa seluruh kebutuhan koneksi informasi digital telah dibuat menjadi satu kabel, itu artinya efektifitas dan efisiensi juga sangat diperhatikan oleh Alam Sutera. Untuk fasilitas internet, tiap-tiap unit juga dilengkapi dengan Fiber to the Home (FTTH) dengan layanan quadplay (Home Internet Broadband, Home TV, Telepon, dan CCTV) dengan kecepatan tinggi mencapai hingga 2,5 Gbps untuk jarak yang lebih jauh (20 km). Seluruh jaringan kabel berada dibawah tanah sehingga tak terlihat kabel yang bergantungan di atas jalan atau bangunan.
Kawasan Alam Sutera memiliki 60% lahan jual dan 40% lahan untuk fasos/fasum, di mana 20,11% dari lahan fasos/fasum merupakan ruang terbuka hijau dalam bentuk danau, taman di dalam dan luar klaster, maupun area pepohonan di sepanjang Jalan Utama Alam Sutera. Ibu Lia menegaskan tidak akan menggunakan denah masterplan yang ada. Sedangkan 75% dari RTH yang ada digunakan untuk jalan. Sehingga Alam Sutera mensiasati dengan menggunakan lahan tersisa dari ROW. Misalkan ROW jalan 47 meter, terpakai 24 meter, sisa lahan itulah digunakan untuk penghijauan.
“Silahkan cek masterplan kami. Jika ada kawasan fasilitas sosial (fasos) atau fasilitas umum (fasum) yang berubah, maka Anda boleh memprotesnya. Kami tidak seperti pengembang lain yang mengorban fasos atau fasus untuk memperoleh keuntungan.”
Inilah salah satu kelebihan Alam Sutera dibandingkan dengan pengembang lain. Sejak awal Alam Sutera mempunyai komitmen yang tinggi dalam mengembangkan kawasan berwawasan lingkungan sehingga warga yang berada di Alam Sutera dapat merasakan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas.
Menurut Bu Lia, “Konsep awal perumahan ini sebagai permukiman yang concern terhadap kaidah- kaidah lingkungan harus saya pertahankan, meskipun saya dipercaya memimpin divisi pemasaran. Apalagi saya ikut mempersiapkan konsep itu. “
Bukan hanya itu, keasrian Alam Sutera itu juga mendongkrak pemasaran. Saat ditunjuk sebagai direktur pada puncak krisis ekonomi, pengembangan tahap pertama (300 ha) masih menyisakan lahan 200 ha. Enam tahun setelah itu, seluruh pengembangan rumah tahap pertama sudah terjual. Kini, Lia sedang mengembangkan tahap kedua seluas 400 ha.
Ibu Lia menambahkan, “Jadi kalau membeli rumah perhatikan masterplan mereka. Lihat area RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang mereka miliki, banyak atau tidak?”
Komitmen ini diwujudkan sejak tahap awal melalui perancangan master plan kawasan Alam Sutera dengan menggunakan pendekatan ecology planning method oleh konsultan master plan asal Amerika Serikat yaitu The SWA (Sasaki Walter & Associate). SWA adalah pemimpin di bidang landscape architecture, planning, dan urban design serta telah memenangkan 800 penghargaan. Karya-karya mereka mengapresiasi keindahaan alam secara mendalam.
Pendekatan ecology planning method diimplementasikan melalui pembagian zona area antara area residensial, komersial, dam fasilitas umum berdasarkan faktor iklim, vegetasi, hidrologi, geologi, topografi, sosio-demografi, akses dari masing-masing area tersebut. Sehingga penghuni akan betah bertempat tinggal dan beraktivitas di Alam Sutera. Seperti ditegaskan Ibu Lia, “Alam Sutera not creating product but create life."
Menurut Chiara dan Koppleman Standar Perencanaan Tapak (terjemahan,1989) bahwa pada suatu kawasan permukiman yang harus diperhatikan secara fisik yaitu (1) kondisi tanah dan lapisan tanah; (2) air tanah dan drainase; (3) bebas tidaknya dari bahaya banjir permukiman; (4) bebas tidaknya dari bahaya topografi; (5) pemenuhan pelayanan kesehatan dan jaringan utilitas; (6) potensi untuk pengembagan ruang terbuka; dan (7) bebas tidaknya dari gangguan debu, asap, dan bau busuk.
Terkait kebersihan dan bau busuk, saat ini untuk sampah Alam Sutera belum ada unit pengelolaan sendiri dan masih ikut pengelolaan sampah milik Pemda. Sampah perumahan sendiri diangkut mulai pukul 7 hingga 9 pagi. Sampah sudah harus sudah rapi dibungkus kantong plastik sehingga tinggal diangkut. Jadi kalau penghuni terlambat menaruh sampahnya, maka tidak akan diangkut.
Sedangkan ketersediaan air di Alam Sutera dipasok dari Sungai Cisadane dan Sungai Cipondoh yang terlebih dahulu ditampung di reservoir untuk diolah di pusat pengelolaan air Alam Sutera yang bertujuan agar kualitas air layak utuk digunakan oleh pengguna Alam Sutera baik disalurkan ke area perumahan, area komersial, area perkantoran, dan area pendidikan.
Water treatment plant (WTP) Alam Sutera memiliki lima pusat pengelolaan air yang masing-masing memiliki delapan buah reservoir di Pusat Pengelolaan Air Alam Sutera atau WTP dengan kapasitas 200 l/detik reservoir.
Lokasi reservoir WTP Alam Sutera tidak boleh sembarangan orang untuk datang ataupun melihat area tersebut karena area WTP sangat steril sehingga yang berada di area WTP hanya orang-orang yang bertugas pada WTP dan orang-orang tertentu yang dapat memasuki area tersebut.
Air yang telah diolah oleh pihak WTP Alam Sutera selalu melakukan uji laboratorium setiap dua bulan sekali untuk menjaga kualitas air bersih yang disalurkan kepada para penghuni di kawasan Alam Sutera. Penggunaan air untuk kebutuhan pemeliharaan taman dan kebersihan kawasan menggunakan air yang berasal dari selokan yang berada dekat dengan lokasi kegiatan pemeliharaan taman. Air yang berasal dari selokan ini masih layak untuk digunakan dalam kegiatan penyiraman tanaman. Karena semakin padatnya penghun wilayah Alam Sutera, pihak pengembang kini telah menambah satu WTP di bagian utara.
Bahwa istilah Jalur Sutera sudah begitu populer sehingga dimanfaatkan Alam Sutera untuk digunakan sebagai nama jalan sehingga masyarakat mudah mengingatnya. Meski tidak ada kaitan khusus dengan jalur sutera.
Bagaimana dengan akses menuju Alam Sutera? Alam Sutera mempunyaiprime accessibility atau kemudahan akses. Selain dapat diakses melalui Jalan Raya Serpong dan Jalan Bhayangkara/Graha Bintaro dari Tangerang dan Serpong, Alam Sutera juga memiliki akses tol dari dan menuju Jakarta. Akses tol Alam Sutera berada di Km. 15+400 yang diluncurkan 17 September 2009 membuat Alam Sutera menjadi lebih dekat dan mudah dijangkau dari Jakarta. Tak hanya itu, aksesibiltas yang baik tersebut juga mampu menyediakan manfaat baik dari aspek sosial maupun ekonomi bagi kawasan Alam Sutera dan sekitarnya.
Dana untuk pembangunan akses tol tersebut sebesar Rp 150 miliar. Terdiri dari biaya untuk pembebasan tanah Rp 100 miliar dan Rp 50 miliar untuk pembangunan fisiknya. Proyek ini melibatkan PT Wijaya Karya (Wika) sebagai kontraktor, sedangkan pengelolaan akses Tol Alam Sutera akan dilakukan sepenuhnya oleh PT. Jasa Marga. Akses tol tersebut terintegrasi langsung dengan jalan Tol Jakarta-Merak.
AksesTol Alam Sutera kian vital mengingat Gerbang tol Karang Tengah ditiadakan pada April 2017. Badan PengelolaanJalan Tol (BPJT) merespon keinginan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi akan membongkar gerbang tol Karang Tengah, Tangerang, agar tidak terjadi kemacetan panjang kendaraan dari arah Jakarta menuju Provinsi Banten. Dalam keterangan persnya, Menhub mengatakan,posisi gerbang tol Karang Tengah terlalu dalam ke daerah kota, sehingga kendaraan dari dalam dan luar kota bercampur di gerbang tol tersebut danmenimbulkan kemacetan
Alam Sutera akan fokus kepada pembangunan high rise building (vertikal). Hal ini terlihat dengan banyak pembangunan hunian vertikal, seperti Silktown, Saumata, The Noble, dan lainnya. Terhitung ada sekitar 13 hunian vertikal yang tersebar di wilayah Alam Sutera.
Belum termasuk pembangunan gedung perkantoran dengan jumlah lantai lebih dari 20. Tercatat Synergy Building, The Prominence dan Kino Office Tower. Termasuk gedung sarana pendidikan Binus University (21 lantai).
“Saat ini banyak perusahaan yang memindahkan head quarter-nya ke Alam Sutera. Seperti Deltomed, BCA Cash Center, KinoCare, dan Alfamart.”
Kalau kata orang untuk yang mencari rumah ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu : lokasi, lokasi, dan lokasi. Ibu Lili menjabarkan secara lebih rinci lagi, selain lokasi ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu : akses, healthy living, dan high investment return.
Menurut Bu Lia, jika kita bisa membuat produk yang dibutuhkan, pembeli akan datang sendiri. Selain itu, produk yang dibuat juga harus yang bisa memberikan kebahagiaan kepada pemiliknya. Misalnya, kawasan yang dibangun bisa memberikan kenyamanan dan keamanan tingkat tinggi, mudah dicapai karena memiliki aksesibilitas yang baik, dan menguntungkan karena nilai propertinya terus meningkat.
Dan yang tidak kalah penting adalah kepercayaan. Kepercayaan dibangun melalui sebuah proses yang cukup panjang. Alam Sutera berhasil meraih kepercayaan dari masyarakat karena berhasil memberikan kepuasan bagi konsumen sehingga melahirkan repeat buyer.
Saat ini sudah sekitar 80 persen lahan di Alam Sutera tergarap. Alam Sutera Grup mulai melebarkan sayapnya di wilayah lain seperti pembangunan hunian Suvarna Sutera di Pasar Kemis, Tangerang dan Kota Ayodhya yang berlokasi di Jalan MH. Thamrin, juga di kota Tangerang. Lalu ada juga pembangunan proyek gedung perkantoran The Tower di daerah Gatot Subroto yang berdiri di atas lahan seluas 10 ribu m2 dan dipasarkan strata title. Di luar Pulau Jawa, Alam Sutera Group sedang mengembangkan proyek Garuda Wisnu Cultural Park di Bali.
Acara talk show diakhiri dengan pengumuman pemenang Twitter dan Instagram Competition. Lalu dilanjutkan dengan sesi foto bersama di halaman parkir dan makan siang. Lucunya, saking semangatnya Kompasiner berfoto sampai lupa Bu Lia dan staf tidak turut berfoto.
“Lho, Ibu Lia-nya mana?”
Ternyata Bu Lia masih di dalam kantor pemasaran Alam Sutera.
Panitia kemudian meminta kesediaan Ibu Lia untuk berfoto bersama dengan para Kompasianer. Ayo, semua senyum!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H