Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Revolusi Mental Berbasis Keluarga : Renungan dari Acara Nangkring Bareng BKKBN

7 Agustus 2015   23:06 Diperbarui: 7 Agustus 2015   23:06 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Layaknya teori pertumbuhan kuman, jangan sampai tingkat pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi.   Karena pertumbuhan penduduk yang tinggi  tanpa diimbangui dengan pertumbuhan ekonomi akan membawa dampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat.   Pertumbuhan ekonomi yang melambat tentu akan melahirkan penangguran, pemotongan anggaran kesehatan, juga jumlah suplai makanaan yang meningkat.  

Itu sebabnya program Keluarga Berencana akan kembali digalakkan di negeri ini dengan semboyannya yang abadi : “Dua Anak Saja Cukup.”

Ada yang menerima ada pula yang menolak program KB.   Mereka yang menolak KB karena biasanya faktor pendidikan atau pemahaman tentang KB masih minim.   Namun ada juga karena faktor agama/kepercayaan.  Beberapa orang   masih menganggap bahwa KB adalah pembunuhan yang menghancurkan takdir akan tumbuhnya seorang anak.   Ini perlu sosialisasi.

Seperti dikatakan Pak Suyono, perlu teknologi untuk membantu sosiliasasi program KB.  Bukankah hampir semua orang sekarang sudah mempunyai telepon genggam.  Apalagi jika para kompasianer yang hadir bisa menyampaikan hasil nangkring kepada masyarakat.    Sepeti efek bola salju, semakin banyak yang menulis di Kompasia.com mengenai BKKBN semakin besar pengaruh yang dirasakan para pembaca.   

“Kita perlu dukungan blogger untuk membantu mensosialisasikan program BKKBN.”

Meski diralat oleh moderator Mba Wardah Fajri dari Kompasiana “Yang disini bukan blogger, Pak.Kami menyebut mereka sebagai kompasianer.”

“Ya, dukungan dari para kompasianer,”ralat Pak Suyono sambil tertawa kecil (tertawa besar juga tidak apa-apa, Pak).  

Memang teknologi berperan besar dalam penyampaian informasi dewasa ini.   Saat ini tak hanya kelas menengah yang banyak menggunakan telepon genggam tetapi masyarakat akar rumput atau kelas bawah juga sudah banyak yang menggunakan untuk keperluan sehari-hari.    Mulai dari tukang sayur, tukang sate, sampai pengemis pun pakai telepon lho (mungkin pengemis memberi informasi kepada teman-temannya, di sini ada razia satpol atau ada acara keduri).

Seperti Cina yang melaksanakan program one child policy yang dikeluarkan Presiden Deng Xioping pada tahun 1979, dimana satu keluarga hanya boleh memiliki satu anak.   Ternyata saat ini Cina kekurangan tenaga kerja untuk menyediakan makanan dan pembangunan infrastruktur di wilayahnya.    Terpaksa mereka mengimpor tenaga kerja dari luar CIna.    Hingga akhirnya pada 2016 Pemerintah Cina berencana akan mengijinkan setiap pasangan suami isteri untuk memiliki dua anak.

Saya jadi ingat sebuah hadist, bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak berkeinginan mengubahnya.   Inilah yang menjadi tantangan untung mengubah pola pikir masyarakat.   Bangsa kita bukan kaum fatalis yang hanya pasrah pada takdir, tetapi berjuang untuk berubah menjadi lebih baik.  

Menurut Ibu Airin perlu perubaan mindset di masyarakat mengenai KB dan BKKBN.   Saat ini BKKBN membutuhkan 80 ribu penyuluh KB.  Dahulu pada saat maraknya pemekaran wilayah, banyak kader-kader BKKBN yang direkrut menjadi pejabat daerah seperti camat dan lurah karena mereka dekat dan dikenal oleh masyarakat.  Sehingga perlu pengkaderan kembali para petugas sosialiasi BKKBN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun