Setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, separatis Armenia mengambil Nagorny Karabakh dalam sebuah insiden yang didukung oleh Pemerintah Armenia. Implikasi dari konflik yang berkepanjangan di Nagorno-Karabakh memicu terjadinya permasalahan seperti kekerasan etnis, penggungsi dan pembersihan etnis Nagorno-Karabakh, yang berujung pada timbulnya banyak korban jiwa (I Putu Angga Prasada Arnaya, I Made Anom Wiranata, 2015).
Setidaknya 30.000 orang dilaporkan terluka, 7.000 orang mengalami cacat seumur hidup, dan 5.000 orang dilaporkan hilang dari pihak Armenia.Â
Sedangkan pihak Azerbaijan melaporkan akibat konflik setidaknya 6000 orang hilang, 20.000 mengalami luka-luka dan lebih dari 5.000 orang tewas (Hartati, 2020). Hingga sekarang lebih dari 20% wilayah Azerbaijan yang diakui secara de jure masih berada dibawah kendali Republik Armenia. Hal ini juga berdampak pada orang-orang Nagorno-Karabakh yang hingga beberapa generasi tidak mengenal negara mereka.Â
Masalah dari penduduk yang dipaksa pindah terus berlanjut hingga ketempat pengungsian. Azerbaijan mengalami permasalahan dalam menangani beban pengungsian dikarenakan kondisi infrastruktur yang tidak memadai Hal ini merupakan dampak dari jumlah pengungsi yang mencapai 7% dari total populasi, salah satu tingkat pengungsi tertinggi di dunia, dimana sejumlah ratusan ribu orang terpaksa dipindahkan ketempat baru yang masih dijadwalkan pembangunannya.
Pada tahun 2007 insiden penembakan dan bentrokan bersenjata hampir tiga kali lipat dari angka tahunan sebelumnya; sekitar 30 orang telah terbunuh. Ranjau darat ditempatkan di sepanjang perbatasan dengan Azerbaija, dan konflik tersebut menyebabkan kerusakan fisik.Â
Pada tahun 2008 tanggal 4 dan 5 maret merupakan salah satu kejadian terburuk yang pernah terjadi. Kebakaran yang sering terjadi di sepanjang perbatasan Azerbaijan- Armenia dan di sepanjang garis kontak dengan Nargono-Karabakh menyebabkan korban, termasuk beberapa warga sipil (UMY, n.d.).
Pada tahun 2009 selama 11 bulan sumber pemerintah melaporkan bahwa selain tiga personil militer tewas dan dua lainnya cedera akibat ledakan ranjau darat, ditambah laporan tentang warga sipil yang terluka oleh sebab yang sama (Kompas, 2022).Â
Menurut informasi resmi penembakan di sepanjang garis kontak yang memisahkan pihak-pihak mengakibatkan 26 korban tewas di pihak Armenia, termasuk kematian enam personil militer dan melukai 18 personil militer dan dua warga sipil hal itu terus berlanjut dalam kedua belah pihak melakukan balasan satu sama lain, dilihat pada peristiwa penembakan helikopter milik Armenia yang terjadi.
Pada 12 November 2014 menggunakan senjata berat. Menurut sisi Azerbaijan helikopter tempur Armenia Mi-24 milik angkatan udara Armenia beroperasi pada siang hari tanggal 12 November saat bersiap untuk menyerang pasukan Azerbaijan di sekitar pemukiman Kangarli di wilayah Agdam.Â
Pihak Azerbaijan menyatakan bahwa helikopter tersebut merupakan bagian dari tim dua helikopter yang melanggar wilayah udara Azerbaijan dan setelah memasuki medan tempur melepaskan tembakan ke posisi militer Azerbaijan di dekat perbatasan dengan Nagorno-Karabakh.Â
Helikopter ditembak jatuh oleh tembakan balasan, yang menewaskan tiga tentara Armenia yang berada di dalam helicopter (Tempo, 2022). Sedangkan dari pihak Armenia mengklaim bahwa Mi-24 yang jatuh sedang mengikuti latihan dan tidak memiliki niat untuk terlibat dalam pertempuran . Dalam bertempur untuk memenangkan peperangan, masing-masing pihak yaitu Azerbaijan maupun Armenia, mengandalkan kekuatan mereka masing-masing.