Ayah senang dengan kemajuan positif kesehatan Ono. Apa saja yang diminta anak asuh semata wayang itu, pasti diberikan.
Segala macam mainan, terakhir.Ono minta radio. Ayah membelikan radio mini, berbentuk roket segitiga. Ono senang sekali. Loncat - loncat ia di atas ranjangnya, senang sekali, menerima kotak ajaib yang bisa menerima siaran stasiun radio.dari mana saja.
Sekarang siang malam, radio mini antik itu selalu berbunyi menghibur hati Ono, juga menghibur Ayah tunggalnya. Ibu angkatnya meninggal saat Ono masih balita, baru berumur tiga tahun, maka Ayah sangay sedih bila Ono sakit. Hanya Ono yang mengisi ruang sunyi hati Ayah.
Untunglah, berangsur Ono sehat dan nakal lagi.
"Kalau sudah cekatan begini, berarti besok bisa sekolah lagi, ya..", pinta Ayah sungguh - sungguh. Ono merengek.manja. dia menggelengkan kepala kuat - kuat. Ayah melotot galak, sambil berkacak pinggang. Ono menyerah. Mengangguk.
"Tapi Ono, masih lemas Ayah", rajuk Ono.
"memang kamu tidak.kangen sama teman - temanmu, bu Guru IPA mu siapa itu?", tanya Ayah mengernyitkan.dahi.
"Ha ha ha, mana bisa Ayah lupa.nama Ibu Imelda yang cantik itu. Dia belum punya suami Ayah..", goda Ono tangkas.
"Kamu pikir Ayah suka ya..?",hardik Ayah.memguji.
"emang nggak?", serang Ono lagi .
"Bohong !", Â teriak Ono
Ayah terkikik. Ono tergelak. Dalam batin, Ayah bersyukut melihat Ono perlahan.sehat lagi. Beliau prihatin, Ono terguncang dan terpukul batinnya, setelah melihat Ayah kandungnya cacat dan pernah mengidap.kusta.