Mohon tunggu...
aziz ahlaf
aziz ahlaf Mohon Tunggu... Editor - kita hanya berbeda acara dalam menggapai ridho tuhan

setiap kita punya cara unik dalam mengumpulkan pundi-pundi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Mesti Ada Banjir Dulu Baru Saling Peduli?

2 Januari 2020   14:28 Diperbarui: 2 Januari 2020   14:41 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
banjir di perkampungan, rabu (1/1) // dokpri

Saya termasuk yang minim peduli (ssttt... itu dulu), seringnya meliha fenomena banjir dan menjadi korban banjir itu asli nyesek bangget hingga sulit move on, dari situ kepedulian tumbuh. Karena bagaimana pun kita manusia dituntut untuk punya identitas saling peduli. (cie.. yok bijak).

e. Bersyukur membaik

Ada banyak manusia sangat tipis stok tabungan bersyukurnya, namun dengan adanya fenomena banjir mestinya menjadi manusia yang pandai bersyukur, atau mencari celah atas rasa syukur dari musibah yang dialami. Jakarta Februari tahun 2007 meski pernah kehilangan harta bendanya karena diculik oleh si banjir namun tetap masih bisa bersyukur karena dokumen berharga "ijasah" masih bisa diselamatkan.

f. Mengeluh berkurang

Mengeluh itu sifat manusia yang juga wajib dimiliki manusia, tanpa adanya mengeluh maka manusia akan terjebak dengan sifat takabur. Mengeluh adalah sisi lain dari ketidak berdayaan manusia atas kuasa dan kehendak tuhan, betapa manusia masih membutuhkan kehadiran tuhan (ehmm..sok bijak maning). 

Tapi serius loh, saat mengalami dampak banjir jiwa mengeluh berkurang dalam makna lain tidak larut dalam keluhan, karena setiap fenomena apapun, separah apapun hal buruk menimpa kita tentu ada yang ternyata lebih parah dari yang kita alami.

g. Cinta dunia menurun

Boleh kan sedikit saja rada bijak (masih rada sih, belum full bijak), segala hal adalah datangya dari tuhan, akan kembali kepada tuhan. Tak ada satu manusia normal pun yang senang atas kehilangan sesuatu hal, terlebih kehilangan sesuatu yang kita cintai atau sangat berharag, namun semua proses kejadian alam adalah tak lepas dari ketentuan yang telah digariskan tuhan, (mendadak kerasukan ustadz nih, hehe..)

h. Cinta akherat menaik

Adakalanya kita sesekali berfikir pada suatu masa yang kita belum berada di masa itu, namun kita pasti kana berada di masa itu, adalah akherat. Seindah apapun kehidupan dunia, secinta apapun pada duniawi toh pasti akan kita tinggalkan. 

Semua apapun, andai pun tidak percaya pada akhira tetap saja kita akan kembali ke sana, dengan melewati pintu gerbang utama menuju akherat, itulah yang disebut kematian. Hanya bekal amal yang akan dibawa mati, lainnya adalaha bagai debu berterbangan di gurun sahara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun