Mohon tunggu...
aziz ahlaf
aziz ahlaf Mohon Tunggu... Editor - kita hanya berbeda acara dalam menggapai ridho tuhan

setiap kita punya cara unik dalam mengumpulkan pundi-pundi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Mesti Ada Banjir Dulu Baru Saling Peduli?

2 Januari 2020   14:28 Diperbarui: 2 Januari 2020   14:41 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
banjir di perkampungan, rabu (1/1) // dokpri

Andai kita mau instropeksi dan jujur pada diri sendiri lalu bertanya pada hati nurani "apa benar kita telah maksimal dan serius ikut andil dalam mengantisipasi banjir?", boleh saja langsung jawab dengan lantang "sudah dong, ada buktinya kok", apresisasi good job jika memang itu benar adanya.

Tengok saat musim kemarau, ingat-ingat lagi, dipinggaran jalan raya, di tepian sungai, banyak saluran drainase, pembuangan, tempat sampah, seolah mereka terabaikan untuk mendapat perhaatian khusus dari kita semua (kita adalah termasuk juga penulis.. hehe..). 

Minimnya kesadaran atas kebersihan lingkungan menjadi salah satu pemicu hingga kita lupa bahwa sampah dapat menjadi penyebab utama banjir. Tengok rest area, taman rekreasi, tempat pendidikan, pabrik, perkantoran, tempat ibadah, andaikan tidak ada petugas kebersihan apa ada jaminan tempat itu tetep bersih, indah, dan asri? Jawabnya "entahlah", atau tanya aja ke mbah Google yang serba tau katanya.

Namun, bagaimana kilas lalu, jadikan sebagai bahan perbaikan yang dimulai dari diri kita semua, minimal kita lakukan hal sebagai berikut :

Perhatikan saluran air di sekitar tempat tinggal kita, pastikan bahwa air diijinkan lewat dengan santai dan tanpa tersumbat oleh tumbukan sampah atau lainnya, biarkan air mengalir ikuti iramanya

a. Bersihkan selokan air secara berkala, bisa merangkul sesama lingkungan setempat

b. Bikin tanggul pemecah air banjir, jangan sampai bikin tanggul tapi justru malah menghalangi air yang mau numpang lewat. Bisa koordinasi dengan lingkingan dan pihak terkait

c. Buang sikap egosentris, adakalanya kita sok merasa berkuasa dilingkungan tempat tinggal karena merasa kasta sosial tinggi, hingga tak merelakan secuil tanahnya untuk dilalui air

dampak setelah banjir?

Sebagai umumnya kita tahu bahwa banjir memang berdampak pada kerugian besar, baik materil maupun moril, bahkan meninggalkan duka nestapa yang belum tentu dapat sembuh dalam sekejap atas trauma psikologis. Semua itu sangatlah wajar karena manusia hakekatnya sangat mencintai duniawiyah (kalu saya mah cinta dunia banget loh.. hehehe...). 

Saya juga pernah alami beberapa kali menjadi korban banjir, kalau di kampung halaman sih udah biasa melihat fenomena banjir terlebih rumah ortu saya sangat dekat dengan sungat liar (cie..cie.. ehm.. curcol). Selama di numpang hidup di jakarta dari tahun 2004 hingga 2010, sering loh bergaul dengan banjir (upss.. keceplosan). Dampak negatif tentunya masyarakat sudah sangat pintar untuk mengabsennya. Saya ingin mengabsen dampat positif dari banjir:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun