Azis Maloko
Al-Qur'an, Bulan Ramadan dan Puasa
Bulan Ramadhan tidak semata diidentikkan dengan syahr asy-shiyam karena di sana ada perintah untuk melaksanakan puasa. Ya, bulan Ramadhan adalah bulan di mana rukun Islam dan ajaran yang bernama puasa disyariatkan selama kurang-lebih satu bulan penuh. Itulah gambaran nyata yang terlihat ketika memasuki bulan Ramadhan dalam setiap tahun hijriah.Â
Apalagi hal demikian juga diperkuat kembali dengan keterangan yang termaktub dalam al-Qur'an sebagai sumber utama persyariatan ibadah puasa. Di mana sudah mafhum bahwa puasa adalah sebuah kewajiban yang diperintahkan untuk dikerjakan dalam bulan Ramadhan (QS Al-Baqarah/183-5).
Akan tetapi, bulan Ramadhan juga diidentikkan dengan syahr al-Qur'an. Pasalnya, al-Qur'an diturunkan dalam bulan Ramadhan, hatta tahapan proses turunnya dari Allah ke Lauh Mahfud lalu kemudian dari Lauh Mahfud ke Bait al-izzah hingga terakhir dari bait al-izzah kepada Nabi Muhammad dalam pelbagai bentuknya selama kurang lebih 23 tahun lamanya. Bahkan kitab-kitab suci agama samawi lainnya pun disinyalir turun dalam bulan Ramadhan sebagaimana hadis dari seorang Wasilah bin al-Aqsa' yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dihasankan oleh Imam as-Suyuti. Sehingga, selain terkenal sebagai bulan al-Qur'an juga sebagai bulan kitab-kitab samawi.
Banyak ayat-ayat al-Qur'an (begitu pula hadis tentunya) yang menjelaskan bagaimana "hubungan intim" antara bulan Ramadhan dengan al-Qur'an. Misalnya, QS al-Baqarah/185 yang menegaskan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan al-Qur'an. Begitu pula QS al-Dukhan/3, QS al-Qadr/1 dan QS al-Buruj/3 juga menginformasikan hal yang sama terkait "hubungan intim" al-Qur'an dengan bulan Ramadhan. Ayat-ayat tersebut menjelaskan sebuah peristiwa terkait turunnya al-Qur'an sekaligus hubungannya dengan bulan Ramadhan. Dapat diandaikan bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan pilihan dalam menurunkan al-Qur'an
Nampaknya pahaman demikian sudah termasuk pahaman umum berkembang di tengah-tengah masyarakat muslim dunia. Tidak ada salahnya. Sebab, fakta teologis menginformasikan demikian halnya. Bahkan peristiwa demikian, khususnya peristiwa nuzul al-Qur'an dari Bait al-izzah kepada Nabi, merupakan peristiwa "historis", hadir dalam settingan dimensi ruang dan waktu yang dilakoni umat manusia. Sehingga, peristiwa demikian bukan semata menjadi fakta teologis, akan tetapi juga fakta empiris dan historis yang dapat dengan mudah divalidasi kebenarannya. Apatah lagi peristiwa demikian juga turun disaksikan oleh banyak manusia pada masa-masa itu.
Namun, perlu dikemukakan di sini bahwa bulan Ramadhan sebagai bulan di mana al-Qur'an diturunkan itu belum ada pensyariatan ibadah puasa yang juga menjadi bagian integral dari bulan Ramadhan itu. Artinya, terdapat jarak yang terbilang begitu jauh antar proses nuzul al-Qur'an dengan pensyariatan ibadah puasa di dalam bulan Ramadhan. Karena, seperti diketahui secara bersama berdasarkan tarikh tasyri', pensyariatan ibadah puasa dalam Islam baru terjadi ketika proses hijrah dari Makkah ke Madinah. Itupun masih ada jaraknya, beberapa waktu kemudian baru disyariatkan ibadah puasa Ramadhan bagi umat Islam. Kurang lebih 10 Syahban 2 H.
Jika dihitung mundur kebelakang untuk mengetahui jarak antara waktu pensyariatan puasa Ramadhan pada 10 Syahban 2 H dengan peristiwa nuzul al-Qur'an untuk pertama kalinya pada tahun 611 M atau 13 SH, maka jaraknya kurang lebih 14 sampai 15 tahun baru kemudian Allah menurunkan ayat al-Qur'an yang mengatur hal ihwal terkait dengan pensyariatan puasa Ramadhan. Hal demikian dikarenakan ayat-ayat al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur dalam dua periode, Makkah dan Madinah. Pada awal-awal turunnya al-Qur'an belum ada ayat tentang pensyariatan puasa Ramadhan. Ya, karena pensyariatan puasa Ramadhan baru terjadi di Madinah.
Meskipun bulan Ramadhan saat Allah turunkan al-Qur'an belum ada dan atau belum langsung disyariatkan puasa, tidak mengurangi keutamaan dan keagungan bulan Ramadhan. Sebab, keutamaan dan keagungannya tidak semata dikarenakan di sana ada pensyariatan puasa Ramadhan, akan tetapi karena di sana terjadi sebuah peristiwa yang maha dahsyat dalam sejarah perjalanan kehidupan umat manusia, khususnya ketika terjadi masa-masa kekosongan utusan Allah, yakni peristiwa nuzul al-Qur'an. Dari peristiwa inilah lahir pelbagai pensyariatan ajaran Islam di dalam bulan Ramadhan, di antaranya pensyariatan puasa, tarawih, i'tikaf dan lainnya.
Al-Qur'an dan Civilization Engineering