Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... Penulis - seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu dan Suksesi Kepemimpinan Nasional: Antara Calon Pemimpin Otentik dan Kosmetik

24 Agustus 2023   10:06 Diperbarui: 26 Agustus 2023   07:01 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya, terlepas dari benar dan salahnya pandangan semacam itu, kita perlu melihat dalam konteks lain bahwa ternyata masih cukup banyak persoalan lainnya yang turut hadir dalam setiap Pemilu. Dengan kata lain, bukan semata persoalan terkait dengan gerakan "politik identitas" dan "politisasi agama" pada Pemilu mendatang, akan tetapi masih ada persoalan lain yang mestinya menjadi perhatian juga. 

Tentunya, persoalan dimaksud tidak dalam rangka untuk dibanding-bandingkan dengan persoalan seperti yang disampaikan pengamat, akan tetapi hanya sekedar untuk mengungkapkan bahwa ada (loh) persoalan lain dalam setiap kali Pemilu. Persoalan dimaksud juga memiliki efek domino setidak-tidaknya dalam berlangsung Pemilu dan setelahnya.

Salah satu persoalan yang mestinya menjadi perhatian publik adalah apa yang disebut-istilahkan dengan adanya hegemoni politik simulacrum dalam jagat perpolitikan kita. Hegemoni politik simulacrum tidak hanya menampilkan wajah-wajah palsu dalam berdemokrasi, akan tetapi juga turut mensuplai pelbagai issu-issu palsu atau hoax beserta sentimen di dalamnya. 

Seperti dikatakan Rocky Gerung bahwa suplai hoax yang terbanyak dan terbesar plus begitu terstruktur dan massive adalah (dimainkan) relasi kuasa. Sebab, relasi kuasa memiliki pelbagai instrumen dan pembendaharaan yang super lengkap untuk digunakan dalam menjalankan misi dan gerakan politik simulacrumny. Melalui relasi kekuasaan, pelbagai issu-issu dan narasi palsu bin hoax direproduksi dan disebarkan dengan begitu massivenya. Tujuannya adalah mengubah mindset dan merusak image rival politik.

Ancaman Pemimpin Kosmetik bagi Indonesia

Sebenarnya ancaman bagi masa depan bangsa dan negara Indonesia bukan saja cuman aliran komunisme dan radikalisme plus kolonialisme, akan tetapi masih banyak isme dan faktor lainnya. Salah satu di antaranya adalah ancaman calon pemimpin berwajah kosmetik. 

Bila dibandingkan dengan komunisme, radikalisme dan kolonialisme serta isme-isme lainnya, ancaman calon pemimpin kosmetik malah lebih berbahaya bagi Indonesia ke depannya. Sebab, isme-isme dimaksud menampakkan wajah aslinya dalam melakukan pelbagai gerilya terhadap Indonesia. Mereka tidak sungkan dan tidak pula takut memperkenalkan dan menampakkan diri, ideologi dan gerakannya untuk menjalankan misi-misi politiknya di bumi Indonesia.

Sementara pemimpin kosmetik malah sebaliknya, mereka menampilkan wajah palsu untuk memanipulasi psikologi publik dalam berdemokrasi. Mereka menyembunyikan wajah mereka yang sebenarnya dalam pelbagai event kontestasi politik. Mereka sungkan, malu dan takut memperkenalkan dan menampakkan wajah aslinya terkait dengan hidden agenda untuk Indonesia ke depannya secara apa adanya. 

Karena, popularitas dan elektabilitas hingga kemenangan politik mereka sangat tergantung pada pola dan taktik politik kosmetik. Sekiranya mereka tampil apa adanya tanpa ada polesan kosmetik melalui pelbagai event kosmetik dan maupun peran media niscaya mereka tidak memiliki ruang dan panggung politik.

Karena ketidakjelasan wajah calon pemimpin yang ditampilkan oleh media dan seterusnya, pada akhirnya membuat masyarakat semacam tertipu dan terhipnotis begitu saja oleh polesan kosmetik yang ditampilkan untuk calon pemimpin tertentu. Masyarakat menjadi kesulitan untuk membedakan dengan baik dan benar antara calon pemimpin otentik dan calon pemimpin kosmetik. 

Semuanya nampak abu-abu bahkan menjadi begitu remang-remang. Seolah-olah bangsa Indonesia tengah berada pada masa-masa kegelapan yang tidak memungkinkan masyarakat untuk melihat dengan jelas, pasti dan benar akan wajah calon pemimpinnya. Sehingga, mau tidak mau memaksa masyarakat untuk menerima dan memilih calon pemimpin kosmetik sebagai pemimpin Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun