Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bau

18 Oktober 2024   00:14 Diperbarui: 18 Oktober 2024   01:56 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Begitulah kemudian ia kembali ke kamar apartemen dengan asap keluar dari kepalanya, dan bau-bau busuk itu mulai keluar dari tubuhnya, bau busuk yang tak dibayangkannya sebelumnya.

Keringatnya keluar dari pori-pori tubuhnya, dirabanya kulitnya, keringat itu begitu menjijikkan, dirasakannya seperti cairan oli yang biasa rembes dari mesin mobilnya, mengental, berlendir, membuatnya berteriak kesetanan. Serasa ada yang memutar pengocok telur dalam perutnya. Ia pun dengan tergesa pergi ke kamar mandi. Menggosok kulitnya berjam-jam seperti sekarang ini.

Rasanya, malam itu begitu tambah mencekam, ketika kepalanya terus terbakar dan mengeluarkan asap yang juga berbau busuk, ia mengamati bayang-bayang tubuhnya, yang bergoyang-goyang, begitulah sesaat kemudian dari luka-luka menjijikkan yang terbuka di kulitnya itu, kecoak-kecoak kecil merayap keluar, hitam, berbuku-buku, bergerak-gerak. Dilihatnya pemandangan aneh itu, bercampur dengan bau busuk menyengat yang masih juga terus keluar dari tubuhnya,  nafasnya memburu.

Kecoak-kecoak kecil itu banyak sekali. Merayap begitu saja, bersamaan dengan lendir keringat sekental oli. Sementara Pono berusaha menyingkirkannya satu per satu, berendam dalam bak mandi pun tak berguna, air sabun telah bercampur minyak keringat yang kental diatasnya, sementara kecoak itu terus bertebaran, terbang.

Terbirit-birit ia keluar kamar mandi dan mengambil semprotan anti serangga, dibunuhnya kecoak-kecoak merayap itu yang telah memenuhi lantai, dinding, sofa, meja, ranjang, rak piring, meski kecoak-kecoak itu mati, tapi dari luka-luka tubuhnya, terus kembali keluar begitu saja kecoak-kecoak yang menjijikkan, merayap, bersamaan dengan lendir kental keringat, kecoak-kecoak itu beterbangan, terus memenuhi ruangan apartemen itu, setiap dibasminya kecoak yang keluar, dari luka kulitnya terus keluar lagi. Sementara lantai dan dimanapun juga berceceran lendir keringat yang kental seperti oli.

Maka diambilnya senar pancing dari peralatan pancingnya yang mahal di gudang, lalu meraih jarum dari sebuah laci. Ditutupnya lubang luka di sekujur tubuhnya itu, dengan tangannya sendiri, dijahitnya luka-luka itu, di dada, di perut,  tangan, lengan, paha, betis, leher, pipi, yang perlahan malah kelihatan menggembung dan terus menggembung, kecoak-kecoak itu tak dapat keluar lagi. Namun itu tak berlangsung lama.

Karena perlahan senar-senar pancing itupun terbuka juga, dan bertebaran keluarlah kecoak-kecoak yang meronta-ronta sedari tadi, juga lendir kental yang membuncah, berceceran di lantai, diikuti bau busuk, kecoak-kecoak itu terus memenuhi ruangan dan mencoba keluar lewat sela pintu.

Serangga-serangga menjijikkan itu terus merayap ke setiap celah ruangan-ruangan lain di apartemen itu, menimbulkan keributan tetangga-tetangga sebelah kamarnya yang merasa jijik dan terganggu, membuat mereka terpaksa keluar dari pintu-pintu kamar. Para penghuni apartemen menjerit-jerit melihat pemandangan mengerikan itu, mendapati Pono berlari-lari dengan tubuh yang ditutupi gerombolan serangga hitam, sementara kecoak-kecoak itu terus merayapi lantai, dinding dan langit-langit.

... 

Di dalam sebuah ruangan ber-AC yang terasa begitu dingin, Pono tengah duduk di sebuah kursi kulit hitam, menatap layar laptop di depannya. Tim suksesnya, yang terdiri dari beberapa orang berpakaian rapi, duduk mengelilingi meja, sibuk mencatat dan berdiskusi. Di dinding ruangan, terpampang poster besar bergambar wajah Pono, dengan songkok hitam berjas dan berdasi, juga  senyum lebar, disertai slogan: 

"Pono Jamin Rakyat Sejahtera!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun