Mohon tunggu...
Ayu WandanaYuantika
Ayu WandanaYuantika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret

mari berbahagia bersama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obsesi

12 Juni 2022   19:43 Diperbarui: 12 Juni 2022   20:01 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berarti banyak nyamannya?"

Aku terkekeh kemudian.

Memang benar, aku mulai memahami Lucas dan hal itu membuatku berpikir dengan berbeda. Mungkin, Lucas hanya ingin memberi perhatian padaku, mungkin ia tulus, dan hanya aku saja yang terlalu kaku berlebihan. Lucas memperlakukanku dengan menyenangkan, ia sering mengirimiku puisi, menjemputku, mengajakku makan, bahkan membantuku mengikat poniku ketika tanganku tengah sibuk mengaduk mie ayam ketika makan berdua.

Setelah kupikir-pikir ia adalah pribadi yang hangat, meskipun aku tak suka sikapnya yang sering membagikan kebersamaan kita melalui instastorynya. Hal sekecil itu tak menggangguku, hanya saja terkadang aku merasa risih bila Lucas melakukannya terus-terusan. Namun, aku mulai memakluminya, karena ia seorang selebgram yang tentu saja hidupnya pasti seperti itu.

Setelah sekian waktu Lucas tak henti memaksa keadaan agar kami bisa selalu bersama, entah bagaimana aku berada pada titik dimana aku merasa sangat luluh dengan segala hal yang dilakukan oleh Lucas. Aku benar-benar tak bisa memakai logikaku kali ini, dan hal sesepele tatapan mata Lucas bisa membuat jantungku berdegup kencang.

Wajah Lucas memang nyaman dipandang. Matanya indah, hidungnya cantik, senyumnya tulus, postur tubuhnya tak kalah menakjubkan. Secara visual, hadirnya terasa mengagumkan. Namun, secara karakter, aku sedikit merasa tak cocok dengannya. Ia terlalu terbuka dan terlalu memaksakan kehendak. Entah itu hanya keras kepala atau hanya pendiriannya saja yang teguh.

Kami sudah bersama untuk waktu yang lama, perasaan masing-masing kita sudah matang perlahan. Kami memutuskan untuk mengikat status diantara kami, ketika hari mendung pada Selasa sore. Kala itu, Lucas mengajakku pergi ke cafe dekat sebuah gedung lama. Aku tak menolaknya kali ini, tentu saja karena saat itu Lucas sudah sangat berhasil menarik perhatianku.

Kami duduk berhadapan, dengan music latar romantis yang tak begitu kuperhatikan, karena hatiku sudah segugup itu untuk sekedar memperhatikan keadaan sekitar. Lucas memesan kopi latte, dan aku memesan jus mangga. Seperti biasa, Lucas selalu berisik sibuk bercerita ini itu, dan aku sebagai pendengar setianya. 

Kali ini, tatapannya berbeda, aku sudah paham apa maksudnya. Ia meraih tanganku, kemudian memasangkanku sebuah cincin warna perak polos tanpa motif sedikitpun.

"Mulai sekarang, kita jadian. Kamu nggak bisa nolak"

Badanku bergetar hebat, tak ada yang bisa kulakukan selain mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun