Mohon tunggu...
Ayu WandanaYuantika
Ayu WandanaYuantika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret

mari berbahagia bersama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obsesi

12 Juni 2022   19:43 Diperbarui: 12 Juni 2022   20:01 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Manusia itu hidup sebagai manusia. Mengapa berusaha begitu keras untuk menyakiti sesama? Kita sama-sama bernapas, kita sama-sama mengunyah makanan, kita sama-sama hidup dengan berkah dari langit.

Lalu apa bedanya? Hanya karena embel-embel "hidup lebih dulu" bukan berarti engkaulah pusat tata surya. Bukankah seharusnya "hidup lebih dulu" mengingatkanmu akan menjadi dewasa. Dewasa memang bukan soal usia, benar. Lantas mengapa manusia yang belum "dewasa" diberi amanah sedemikian rupa?

Seperti Lucas yang selalu sewenang-wenang dan malah memanfaatkan hidupnya yang tentu saja hanya lebih lama beberapa tahun dibandingku. Ia yang percaya diri mengatur semua aspek tentangku, dan kebodohanku yang menurutinya. Kala itu, aku hanya bisa mengangguk dan memercayai semua kata-kata Lucas tanpa pernah berpikir hal itu melukaiku.

Namun, aku mulai mengerti. Aku terlalu berharga untuk disakiti.

Aku benar-benar tidak mengerti cara berpikir Lucas yang tidak masuk akal. Mengapa ia selalu menyakitiku? Mengapa ia begitu ingin dibenci, begitu ingin memegang kendali? Apakah mungkin karena ia trauma pernah mendapatkan pengalaman pahit sebelum ini?

Diamlah, kau tak tahu apa-apa.

Tentu saja aku tak tahu apapun tentangmu. Bagaimana mungkin aku langsung mengenalmu, padahal kita baru saja bertemu? Bagaimana bisa kau tak menjelaskan apapun? Bagaimana bisa kau hanya terus menerus berbohong demi nama baikmu?

"Apakah aku mengusik perasaanmu?" Lucas meraih tanganku, yang kemudian langsung kutepis.

"Mengapa kau bertanya hal yang sudah pasti?"

"Kau tahu, aku juga terpaksa, aku tak bermaksud seperti itu, aku hanya berusaha memberitahumu betapa kejam dunia yang akan datang padamu"

"Kau tak perlu melakukannya, tak ada yang memintamu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun